Robert Pov
Disinilah kami sekarang berada diruangan fisioterapi. Aku memapah Shane berjalan pelahan-lahan di antara kayu yang dia pegang. Kakinya mulai terbiasa bergerak.
"Sepertinya ini tidak memakan waktu lama untuk kakimu bisa digerakan lagi" ucapku
"Iya kamu benar. Aku mulai bisa mengerakkan kakiku"
"Sekarang kamu coba bergerak sendiri tanpa bantuanku"
"Tapi aku takut terjatuh Bert."
"Begini saja kamu berjalan pelahan-lahan kesana dan akau akan di depan menunggumu jika kamu terjatuh aku akan langsung siaga membantumu"
"Baiklah." ucapnya
Shanne berjalan pelahan-lahan dalam mengerakkan kakinya. Ia seperti bayi yang sedang berusaha berjalan sendiri. Wajahnya terlihat begitu polos hampir sama dengan bayi mungil mungkin. Ia berjalan pelan kearahku. Aku sudah siaga apabila dia akan terjatuh seketika aku akan membantunya.
"Bagus Shanne sedkit lagi. Kamu pasti bisa" uapku memberi semangat. Ia hampir sampai ke tempatku. Aku merenggangkan tanganku. Ini seperti seorang ayah saja.
"Oh. Uwo..." Shanne kehilangan keseimbangannya. Seketika aku memeluknya agar tidak terjatuh. Sungguh nyaman. Tanpa sadar aku memeluknya lebih erat.
"Terima kasih" ucapnya
"Wah. Sungguh cepat kemajuannya pak. Saya rasa kaki anda sudah mulai terbiasa digerakkan. Mungkin dengan seharian berlatih esoknya kaki tuan bisa lagi digerakkan seperti sedia kala.
Suara dokter itu menghentikan lamunanku seketika membuatku menjauhkan tubuh Shanne dariku.
"Ekhm... baguslah kalau begitu. Sepertinya persiapan untukmu sebelum kita pergi ke pesta itu tinggal sedikit lagi. Hari ini kita latihan sampai kakimu bisa berjalan utuh dan esok kita akan membeli semua keperluanmu di Mall." ucapku sembari memapah Shanne menuju tempat latihannya.
"Baiklah" ucap shane tersenyum
Esoknya.
Fisioterapi shane berjalan lancar. Sekarang dia sudah bisa berjalan normal lagi.
"Bert..." suara Shanne
"Iya ada apa?" tanyaku sembari merapikan dasiku di depan cermin besar.
"Bajumu apa tidak ada yang lebih kecil lagi?" aku menatap Shanne dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Ia memakai kemeja putihku. Kemeja itu kebesaran bagi Shanne. Panjangn kemeja itu sampai ke pahanya. Ia tdak memakai celana kaki putih nan mulusnya terekspos sempurna. Aku tertegun sesaat. Sungguh pemandangan menggoda. Aku menggeleng-geleng kepala menghilangkan pikiran kotorku.
"Benar kamu terlihat aneh dengan pakain itu" aneh tapi lucu- batinku."
"Tunggu sebentar" aku mengamil handphone di sakuku dan membuka aplikasi onlineshop terdekat disekitar rumahku. Lebih baik pesan baju seadanya dulu nanti di Mall baru beli yang pas untuknya.
"Aku sudah pesan baju yang pas untukmu. Aku sudah pesan dengan ukuran terkecil mungkin 20 menit lagi sampai kesini. Nanti sebelum aku kekantor kita ke Mall dulu membeli semua keperluanmu.
"Baik." angguk Shanne.
"Sekarang kita sarapan dulu" ajakku.
Disinilah kami di meja makan. Ini untuk kedua kalinya aku makan disini. Biasanya aku makan sendirian di kamar. Semuanya mulai beruah sejak dia hadir. Aku memperhatikan Shanne diujung sana dia memakan supnya berlepotan. Ia terlihat mengemaskan sekali. Tanpa sadar aku tersenyum melihatnya. ada yang aneh pada diriku belakangan ini. Sudah sejak kapan aku mudah tersenyum seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cool's Man and The Prince's of Mermaid
Fantasy"Sebagai seorang pangeran dan anak bungsu dari keluarga ini sudah saatnya bagimu untuk menikah Shanne, sama halnya dengan kakakmu yang menikah karena perjodohan dari Daddy". Daddy terus memaksakan kehendaknya akan pernikahanku. Aku tidak mau menika...