4

3 2 0
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian itu gue lebih deket sama Aldi. Ke kantin bareng masuk kelas bareng dan terkadang gue juga di antar jemput sama Aldi

Selama itu pun gue memendam rasa sama dia.

Tapi gue ga berani buat ngungkapin takut dia ngejauh dari gue. Biarlah gue pendem sendiri suatu saat gue berharap dia memiliki perasaan yang sama seperti gue

Gue tau berharap itu ga enak tapi gue juga ga bisa berbuat apa apa biar waktu yang menyelesaikan itu.

Seperti saat ini gue sama aldi lagi berjalan ke kantin buat makan. Seperti biasa gue membawa bekal yang telah ibu gue buat setiap pagi. Dan membawa itu ke kantin

"Kita duduk dimana nih penuh gitu ga ada yang kosong" aldi berdecak kesal dia kebingungan mencari tempat kosong

"Renn....." tiba tiba ada yang manggil gue

"Sinii masih kosong kok. Ayok!"

Gue noleh ke sumber suara

"Di. Itu temen gue manggil kita mumpung ada yang kosong. Ayok duduk di sana" gue natep aldi

"Iya lu kesana aja gue pesen makanan ntar gue kesana" ucap aldi dan gue ngangguk

Gue langsung menuju ke teman teman gue. Udah beberapa hari gue nggak makan sama mereka because gue selalu makan sama aldi dan gue merasa bersalah

"Hai. Maaf yah gue beberapa hari ini ga makan sama kalian"

"Ga papa kok. Lagian lu kan lagi pdktan sama aldi kan" ucap shelli menggoda gue

"Apaan sih shell, ya kali" gue memutar bola mata malas.

"Aahh bilang aja kali ren gue restuin kok! Eh eh eh itu dia pangerannya sharen dateng" mereka terkekeh melihat muka cemberut gue

****

Bel pulang sudah berbunyi semenjak satu jam yang lalu tapi sharen masih saja berdiam diri di dalam kelas entah apa yang sharen terus pikirkan.

Kejadian tadi setelah mereka makan membuatnya tidak bisa berpikir jernih

Sharen tidak menyangka apa yang dia lihat tadi. Orang yang telah meninggalkan sharen waktu kecil. Iya tadi sharen melihat sang ayah masuk ke ruangan kepala sekolah entah apa yang ayahnya lakukan

Kenangan itu. Rasa sakit yang sangat dalam timbul dengan sendirinya.

Tanpa sadar setetes air mata jatuh di pipi sharen. Mengapa dia harus bertemu dengan lelaki yang sudah menyakiti dirinya dan ibunya.

Selang beberapa lama berdiam sharen berjalan keluar kelas sharen tidak perlu menceritakan ini kepada ibunya. Biarlah hanya dia yang melihat lelaki itu. Walaupun sharen harus berbohong untuk ke dua kalinya kepada ibunya tetapi menurut sharen ini yang terbaik agar ibunya tidak mengingat lelaki itu lagi.

****

"Ibu... Sharen pulang" terikan sharen menggema, tetapi dia tidak mendapatkan ibunya di mana mana

"Ibu...."

Setelah mencari ibunya di seluruh penjuru rumah sharen tidak menemukannya

Dia membuka knop pintu kamar sang ibu.

"IBUUUUU" sharen menjerit kencang kala melihat Marisa terbaring lemah di lantai

Penyakit Marisa kambuh. Sharen tidak tau harus berbuat apa sharen berlari keluar rumah untuk meminta bantuan

"Ada apa nak sharen kenapa kamu menangis?"

"Ibu saya pak dia pingsan saya tidak bisa membawanya ke rumah sakit. Tolong antarkan ibu saya" Sharen mengucapkan itu dengan air mata yang senantiasa menjalar di pipi cabynya

"Baik dimana ibu mu?"

"Dia ada di kamarnya pak. Ayok"

Mereka berdua akhirnya berlari masuk ke dalam rumah dan bapak itu mengangkat Marisa menuju mobilnya dan membawa ibu sharen ke rumah sakit.

Sharen yang duduk di belakang dengan memangku kepala Marisa di pahanya dan menangis tersedu sedu. Sharen tidak mau kehilangan ibunya hanya marisa yang sharen punya.

------------------------------------

Pendek banget keknya tapi cuman sampe situ aja pemikiran author

Mentok dah...:))

Like and coment

Salam hangat...

Proof of love (SlowUpdate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang