5

2 0 0
                                    

Sudah satu minggu Marisa di rawat di rumah sakit. Sharen selalu berada di samping ibunya dia sangat sedih mengetahui apa yang di katakan dokter waktu itu.

Flashback

Sharen menunggu ibunya di luar ruangan ICU dengan keadaan cemas dan air mata yang masih mengalir turun di pipinya.
Di saat seperti inilah sharen merasa kehilangan dunianya. Hatinya hancur melihat keadaan ibunya.

"Keluarga pasien?" Ucap dikter yang baru saja keluar dari ruangan itu

"Saya dok, saya anaknya. Bagaimana keadaan ibu saya? Apakah dia baik baik saja?"

"Tolong ikut saya keruangan"

Sharen mengikuti dokter tersebut dan duduk di kursi dekat dengan kurisi dokter itu

"Ibu Kamu mengidap penyakit gagal ginjal yang kronis kita harus melakukan operasi secepatnya setelah kita mendapatkan pendonor. Saya harap kamu bisa membantu pihak rumah sakit untuk mencari pendonor" ucap lelaki yang memaki jas putih di depan sharen

"Apakah saya tidak bisa mendonorkan ginjal saya dok?"

"Tidak nak kamu masih muda. Akan sangat sulit jika yang mendonorkan ginjal kamu. Kami bisa saja melakukan itu tapi apakah ibu mu bisa menerima kalau anaknya akan kehilangan satu ginjal untuk dirinya?"

"Tapi dok saya hanya ingin ibu saya sehat" ucapku dengan isak tangis

"Insya allah kita akan mendapatkan pendonornya. Kamu bantu berdoa dan bantu memcari semoga kita bisa cepat mendapatkannya"

Flashback off

Air mata itu tak pernah berhenti turun di pipi Sharen. Kenapa tuhan mengambil kebahagiaannya? Kenapa bukan dia yang terbaring di atas brankas itu kenapa harus ibunya?

"Bu.. Sharen kangen bu, aku sendirian di rumah nggak ada lagi hal ceria yang aku lakukan, nggak ada lagi ibu yang ngomel. Ibu ga cape baring terus? Ibu ga mau masakin aku? Ibu bilang kalau aku ga makan ibu bakal marah dan nyubit aku. Aku sekarang ga makan bu. Ibu bangun dan marahin aku hiks... Marahin aku bu pukul aku hikss... ibu bangunn" tangisan sharen pecah seketika.

"Ibu... sharen mau pulang dulu ga apakan? Sharen mau mandi dan belajar besok pulang sekolah sharen ke sini lagi janji yah. Sharen harap besok pas sharen ke sini ibu buka mata yah. Dadah ibu. Love you" ucap sharen dan mengecup kening ibunya

Sharen berjalan keluar membuka pintu kamar Marisa.

Setelah hendak berjalan menuju halte bus Sharen menemukan seorang kakek yang sedang duduk di halte itu.

"Kakek? Ada apa? Kenapa kau sendirian? Apakah kau tersesat?" Tanya ku bertubi tubi

"Tidak. Aku hanya berdiam diri di sini" ucap kakek itu dengan nada lemah

"Mana anak mu?"

"Anak ku sudah lama meninggal"

"Ohh maafkan aku. Aku turut berduka cita"

"Iya tidak apa apa"

"Oh iya. Kau tinggal di mana biar aku mengantar mu sampai rumah" gue liat dia hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan sharen tadi

"Kek? Apakah kau tidak mempunyai rumah?" kata gue dengan nada ragu

Dia hanya membalasnya dengan tersenyum. Dan sharen sudah tau jawabannya.

"Untuk sementara waktu Kakek boleh tinggal di rumah ku. Mumpung aku sendirian di rumah"

"Dimana orang tua mu?"

"Ibuku sedang di rawat di rumah sakit dan aku tidak mempunyai ayah" ucap gue dengan memelankan kaliamat terakhir

"Tapi apakah tidak merepotkan?"

"Tentu saja tidak. Ayok"

Tak lama setelah bercakapan kami busnya datang dan gue sama kakek tadi naik dan menuju rumah gue

----------------------------------

Tolong bantuin koment biar autor bisa memperbaiki ceritanya

Mohon maaf jika absurd ehehehee
Ini kali pertama autor nulis

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Proof of love (SlowUpdate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang