Budayakan vote dulu ya: bosque :*
Rara
" Ayo masuk..." Mbak Luna mengajakku masuk ke rumahnya. Praktis aku mengekor di belakang sambil sesekali celingukan. Rumahnya gede!
Hari ini niatnya Mbak Luna mau ngasih tau aku gimana caranya ngatur jadwal rapat Pak Danu dan lainnya. Aku juga kurang paham sebenernya. Ya iya lah, orang aslinya aku daftarnya bagian accounting bukan sekretaris apa asisten. Sarap emang tuh bos satu.
" Aku ambil mapnya bentar ya, kamu duduk sini dulu." Mbak Luna mempersilahkan aku duduk di ruang tamunya. Mataku menatap keseluruh sudut ruangan dan aku cukup terkagum dengan desain ruang tamunya. Sepertinya, suami Mbak Luna ini orang kaya deh.
" Loh sayang, udah makan?" aku langsung menoleh kearah ruang tengah begitu mendengar suara Mbak Luna.
" Udah dong ma," sahut suara lembut milik laki-laki yang di buat-buat seperti suara anak kecil.
" Dia makan banyak nggak mas?"
" Nggak terlalu. Masih nggak enak mungkin."
Kali ini aku mengakkan badanku ingin melihat Mbak Luna sedang ngomong sama siapa. Mataku menyipit begitu melihat seorang laki-laki berdiri tepat di depan Mbak Luna sambil membopong anak kecil. Ah, mungkin dia suami Mbak Luna. Wajahnya nggak begitu terlihat soalnya lagi nunduk.
" Ada tamu ya?"
" Adik kelasku dulu waktu SMA."
" Oooh, yang gantiin kamu itu."
" Iya."
Untuk beberapa saat lamanya, aku hanya memainkan ponsel sementara Mbak Luna mengambil map yang dia maksud.
" Adik kelasnya Luna ya?"
" Eh?!"
Aku mendongak dan mataku langsung melebar begitu melihat suami Mbak Luna berdiri menjulang di depanku sambil membopong anak kecil.
BUSSSET! GANTENG BANGET ANJIR!
" Eh iya... emmm..."
" Panggil Mas Reza aja Ra." Timpal Mbak Luna yang tiba-tiba sudah duduk di sofa sebelah.
" Ah iya mbak." jawabku akhirnya.
" Pa... pa... paaa..." Aku langsung meringis gemas melihat anak Mbak Luna berusaha manggil papanya sambil menggerakkan tangannya lucu. Sumpah, anak itu lucu banget...!
" Berapa tahun mbak?" tanyaku sambil melirik anak Mbak Luna yang saat ini sedang asik dengan papanya.
" Dua bulan lalu baru ulang tahun yang pertama."
" Ganteng banget tau mbak... jadi gemes."
" Makasih loh Ra. Tapi ngomong-ngomong aku sebel tau nggak sih, tuh bocah kaya duplikat bapaknya. Emaknya nggak dapet apa-apa masak. Mulai hidung, bentuk wajah, bibir, semua milik bapaknya dia embat. Padahal mah wajah emaknya juga pengen nurun ke anaknya."
" Tapi matanya mirip kamu loh mbak."
" Masak sih?"
" Iya mirip. Matanya bagus kaya punya emaknya."
" Haha... kamu bisa aja sih Ra." Aku dan Mbak Luna kompak tertawa.
" Sayaaang, tamunya dibikinin minum. Junanya lagi nggak bisa di tinggal." Tiba-tiba ada teriakan dari arah ruang tengah. Mbak Luna langsung menepuk jidat begitu mendengar itu.
" Astaga Ra, maaf ya. Malah dianggurin. Bentar, aku bikini minum dulu."
" Nggak usah mbak, nggak papa." aku menahan tangan Mbak Luna nggak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Match (Sequel) [END DI DREAME]
General Fiction(Dianjurkan membaca "I Love You, Sir!" terlebih dahulu) Hanya cerita sederhana tentang Danu dan Rara. Nimpuk kepala atasan dosa nggak sih? -Rara- Sekali-kali jadi orang jahat boleh juga. -Danu-