Budayakan vote dulu ya, bosque... :*
Rara
" Ra, itu adek lo bukan sih?"
Fokusku langsung terbagi begitu mendengar suara Dea. "Mana?" tayaku celingukan.
" Itu yang lagi berdiri di luar. Dia nunggu lo tuh kayaknya." Aku mengerutkan kening heran. Lah, Zidan bahkan nggak ngomong kalau mau ke kantor.
" Oh iya, itu Zidan. Bentar, gue samperin." Aku langsung berdiri dan berjalan keluar menghampiri Zidan. Dia ngapain nunggu aku? Aku juga nggak minta dia jemput. Memang, sebentar lagi sudah jadwalnya pulang.
" Udah lama Dan? Maaf ya, aku baru selesai."
Langkahku langsung terhenti begitu melihat Pak Danu menghampiri Zidan. Nah, Zidan ke kantor bukan buat jemput aku? Kan bisa sekalian, dia pakai motor, aku nebeng. Motorku dia pakai. Motornya masih di bengkel. Meski kakinya masih di perban, tapi anak itu sudah ngotot pengin bawa motor sendiri.
" Nggak kok mas. Belum ada lima menit."
" Ya udah ayo kita pergi sekarang." Pak Danu merangkul Zidan. Aku melongo. Sejak kapan mereka jadi akrab begitu?
" Bentar mas, aku mau ketemu Mbak Rara dulu. Aku kesini pake motor dia. Kalau aku ikut Mas Danu, biar motornya dibawa Mbak Rara."
Zidan menoleh dan kebetulan tepat mengarah kearahku.
" Loh... itu Mbak Rara di situ." Zidan langsung berlari kearahku.
" Mbak, aku mau pergi sama Mas Danu dulu ya, ini motornya dibawa Mbak Ra aja. Biar ntar nggak usah naik bis trans."
Aku menerima kunci motor dari tangan Zidan.
" Kamu mau ngapain emang?"
" Biasa, urusan cowok."
Aku mencibir. Urusan cowok? Hello, Zidan sama Pak Danu bahkan nggak seumuran. Urusan seperti apa yang bisa menyatukan mereka?
" Mau nge-game ya?!!! Nggak-nggak. Kamu langsung balik aja. Bentar lagi udah ujian."
" Saya cuma mau bawa adik kamu ke rumah saya. Mau saya pinjamin buku." Aku menoleh kearah Pak Danu yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Zidan.
" Iya loh mbak, buku bacaan doang."
Aku memicing melihat mereka berdua bergantian. Aku jadi curiga, Pak Danu ngasih apa ke Zidan sampai adikku ini mau ikut ke rumahnya. Bukannya gimana-gimana, Zidan ini termasuk anak yang cukup tertutup.
" Jam delapan harus sudah pulang. Kalau belum, mbak jemput."
" Kamu tahu rumah saya emang?" timpal Pak Danu santai.
" Gampang. Saya bisa tanya Mbak Luna."
" Terserah kamu saja, yang penting hari ini Zidan saya bawa dulu."
" Dan, beneran kamu mau ikut? Kok tumben, cepet akrab sama orang baru?"
"Aku butuh bukunya mbak, kebetulan Mas Danu masih nyimpen. Ya udah, aku pinjem."
" Ya udah kalau gitu. Aku masuk lagi."
" Ra, jangan lupa, deadline kerjaan kamu dua hari lagi." aku hanya melirik Pak Danu malas.
Sialan itu orang, ngasih kerjaan nggak kira-kira!
Saat itu juga, aku balik badan dan kembali masuk ke dalam. Namun, setelah masuk kantor, aku langsung mengawasi mereka. Zidan berjalan dibelakang Pak Danu dan mereka menghilang di belokan menuju parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Match (Sequel) [END DI DREAME]
Fiction générale(Dianjurkan membaca "I Love You, Sir!" terlebih dahulu) Hanya cerita sederhana tentang Danu dan Rara. Nimpuk kepala atasan dosa nggak sih? -Rara- Sekali-kali jadi orang jahat boleh juga. -Danu-