"Hujan nya deras sekali.."
Sinar dari lampu jalan menerangi area sekitar toko bunga milik keluarga Miko, dari balik kaca yang dihiasi lampu warna-warni, seorang gadis bersurai indigo menghembuskan nafas nya lelah.
Amethyst nya mengedar menatap jalanan sepi didepan toko, sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 21.45 malam. Gadis itu berbalik menuju meja kasir, ia duduk disana sambil menopang dagunya bosan.
"Nee-chan apa tidak kita tutup saja tokonya?" Suara gadis kecil dari pintu belakang mengalihkan perhatian Hinata, ia sedikit tersenyum pada Hanabi dan menggeleng pelan.
"Kita harus tunggu sampai ada pengunjung yang datang." Kata Hinata.
Hanabi mengernyit heran, pengunjung apa yang dimaksud nee-chan nya ini. Mustahil akan ada orang yang membeli bunga dimalam hari, apa lagi hujan sedang turun deras. Hanabi tidak mengerti apa sebenarnya niat dari Hinata, yang bisa ia lakukan hanya duduk didepan meja kasir itu.
Ting!
Lonceng pada pintu toko menandakan bahwa ada seseorang yang baru saja membuka pintu, kedua gadis itu mendongakkan kepala mereka. Hinata mengembangkan senyumnya, sedangkan Hanabi hanya diam memperhatikan kakak perempuannya yang beristraksi pada seorang penjaga pos.
Pria dengan topi dan tas khusus miliknya itu memberikan sesuatu kepada Hinata, sebuah paket kiriman dari seseorang yang belum diketahui nama nya. Setelah usai menandatangani buku penerima, Hinata kembali masuk kedalam toko. Ia menyimpan paket itu dibawah meja kasir, masih menimbulkan tanda tanya pada Hanabi yang sedari tadi memperhatikan.
"Apa itu milik Nyonya Miko?" Tanya Hanabi. Hinata sedikit menoleh, ia mengedipkan sebelah mata nya dan masuk kedalam.
Hanabi tidak mengerti, ia mengidikkan bahu nya acuh, berjalan kedepan toko sembari mematikan lampu dan mengembok pintu toko itu kuat. Sementara malam sudah semakin larut, kedua nya tidur didalam kamar kecil dalam toko itu. Hanabi sedikit melirik Hinata yang sudah lebih dulu terlelap, ia menghela nafas, pandangan nya meredup.
"Aku berharap, hari esok tidak pernah ada. Aku tidak tau, apa yang menjadikan nya sekuat itu."
Hanabi menarik selimut nya, ikut memejamkan mata menunggu sampai matahari terbit, sedangkan diluar sana hujan turun dengan sangat deras.
-
-
-"Eggh"
Hinata mengerang saat sinar matahari menyusup membuat mata nya terasa silau, gadis itu bangkit dari posisi tidur nya sembari mengerjab-ngerjabkan amethyst nya pelan.
Berjalan kearah gorden dan membuka jendela yang langsung berpapasan dengan kebun bunga itu, ia menghirup nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nya secara perlahan, sungguh udara pagi yang segar.
Hinata berjalan melewati Hanabi yang masih terjaga, menghampiri pintu belakang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri nya. Setelah usai dengan ritual mandi nya, Hinata kembali membuka toko Flower Shop tempat ia bekerja dan ia tinggal.
Namun amethyst nya harus dikagetkan dengan seorang pemuda yang tertidur didepan pintu. Hinata yang kaget lantas berteriak, membangunkan Hanabi dan pemuda itu secara bersamaan.
"Onee-chan apa yang terjadi?"
Plakk!! Plakk!
"Dasar penyusup, kau ingin mencuri ya!!"
Gagang sapu itu mengenai tubuh pria yang tak bersalah, pria bersurai kuning itu menangkis gagang sapu yang mengarah pada nya dengan secepat kilat. Ia melempar sapu itu kesembarang arah sontak membuat Hinata tergelonjak kaget dan langsung mengeluarkan pisau tanaman andalan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fate Of Love In The Flower Shop |End
Фанфик[M.Kishimoto] [NaruHina] [Romance/Drama] [T+] Kekerasan fisik yang sering Hinata dapatkan mengantarkan gadis itu pada seorang Ceo muda langganan toko bunga tempat ia bekerja, namun saat Hinata harus kehilangan pekerjaannya. Pada saat itu cahaya munc...