Kamu, Bagian yang Tak Aku Semogakan

199 12 19
                                    

Dingin pagi menusuk sukma. Fajar menampakan gema nya sedikit demi sedikit. Mata ini enggan membuka kelopaknya padahal diluar suara Adzan kian mendengung. Aku paksakan kedua mataku membuka kelopaknya untuk menunaikan kewajibanku. Seperti biasa aku melakukan rutinitas sehabis salat aku mandi-sarapan-berangkat sekolah. Kini aku tengah duduk di bangku sepuluh. Aku bersekolah di SMA Himalaya, Bandung.

Aku bukanlah seorang wanita yang cantik. Bukan juga wanita pintar. Famous? Haha enggak sama sekali. Aku hanya wanita biasa yang menjalani kebiasannya. Yaps! wanita biasa yang mengharapkan cinta yang luar biasa. Kedengarannya aneh. Tapi, berharap itu gratis kan. Untuk urusan cinta aku belum jagonya, bahkan belum pernah sama sekali merasakannya. Masuk zaman-zaman SMA katanya cinta bersemi disini? Aku agak ngakak sendiri sih ngedengernya. Cewek biasa kayak aku emang bisa jatuh cinta? Aku dengan segala kepolosanku ini sih kayaknya enggak dulu deh sama cinta. Hey jangan ngatain sok suci atau apalah enek ga sih ngedengerin temen sendiri curhat tentang pacarnya selingkuh mah inilah itulah, hadehhh. Pucing dede.

Inilah Bandung yang katanya banyak rindu yang bersemi disini. Lah, aku dirinduin siapa?

-oOo-

"Fira, hati-hati ya, diluar lagi marak-maraknya kejahatan, kriminalitas dimana-dimana, whatsapp kamu harus online terus Mamah gak mau tau."

"Ya Allah, Mah. Fira udah gede kan. Udah bukan Fira kecil Mamahnya lagi, Fira tiap hari hati-hati kok,Mah. Mamah tenang aja. Lagian kalo Mamah anter Fira, Adek nanti kesiangan. Kita kan ga sejalur Mah. Ya udah ya Mah, Fira mau berangkat dulu. Assalamu'alaikum Mah. Fira sayang Mamah." Ucapku sembari mencium tangan Mamah.

"Wa'alaikumsalaam." balas Mamahku, sembari mencium keningku.

Dari rumah ke jalan raya agak cukup jauh sih, jalan kaki tiap hari cukup buat aku sehat bugar kayak gini haha. Sesampai di jalan raya, damri pun datang. Wahh kebetulan banget gak usah nunggu lama. Aku pun naik dan mencari tempat duduk kosong. Di belakang sana! Aku bergegas berjalan cepat takut ada orang yang duduk duluan. Yang dilakukan sekarang tinggal duduk manis dengerin lagu ucapku dalam hati. Akupun mengeluarkan headseat dari saku seragamku memutar lagu kesukaanku.

....Hasrat berlapis mekarnya seperti seruni
Ku sentuh wajahmu dimimpi yang sunyi
Dekapan tulus membuai nurani
Tak kunjung ku temui dimana kau bersembunyi.......
(payung teduh-selalu muda)

Aku menyanyikannya dengan khidmat dan mantap, tak lama kemudia seorang lelaki sama berseragam putih abu merasa keheranan ini anak ngapain? Ya kurang lebih ekspresi mukanya gitu. Aneh. "Nyanyi neng? Maaf gak ada receh"

Hah? Aku salah denger dia ngomong sama siapa? aku lirik kiri kanan yang cocok dipanggil 'neng' ya cuma aku, samping dia anak bapak-bapak samping aku ibu-ibu.

"Dih, siapa juga yang ngamen mas." ujarku kesal.

"Tapi nyanyian kamu kedengeran tau kayak loudspeaker kondangan aja. Tuh liat banyak orang liatin. Untung telinga gue gapapa ngedengerin orang nyanyi suaranya jelek tapi pede nya tingkat dewa."

Oh God. Oke aku pura-pura gak tau, tampang muka tanpa dosa, dalam hati-bukanguewoyyangnyanyi.

Eh, tapi cowok itu aku kayak kenal deh, dari logo baju di seragamnya kita satu sekolah, oh iya dia Nanda Prasetya. Cowok paling jutek super cuek bebek, gaya so cool padahal biasa aja muka standar pas-pasan gak ada gantengnya, kenapa ada aja ya cewek yang naksir sama dia? apa karena dia jaim banget? Iyw banget.

Tertipu SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang