Chapter 1.2

560 39 6
                                    

*-Julia-*

          Berkendara sendirian sepulang bekerja adalah sebuah kebiasaan yang melelahkan. Ia tidak bisa menyuruh suaminya untuk mengantarnya pulang pergi bekerja karena sesungguhnya Jacob juga memiliki kesibukan tersendiri dan itu membuat Julia jadi mandiri seperti ini.

Bekerja mencari uang sendiri hanya karena tidak ingin terlalu menggantung kepada Jacob agar ia bisa bebas jika saja suatu saat nanti mereka bercerai atau terpisahkan oleh maut.

Julia memiliki pekerjaan mapan di usianya yang masih tergolong muda. Tiga puluh tiga tahun adalah angka usia yang kecil jika harus dibandingkan dengan pemilik perusahaan-perusahaan lain yang rata-rata sudah memiliki usia di atas kepala empat.

Hal itu juga menjadi salah satu kebanggaan bagi dirinya sendiri atas kerja kerasnya di masa muda. Ia tersenyum pasti meskipun kepalanya dilanda pening karena kelelahan dan meskipun badannya sudah pegal-pegal karena terlalu sering digunakan.

Saat Julia menyusuri jalanan kosong yang disampingnya dihiasi oleh banyak pohon, pandangannya tiba-tiba saja tertuju pada ransel merah hitam yang sedang digendong oleh seseorang yang sudah ia kenal dari sejak empat atau lima tahun yang lalu. Charlie.

Julia menghentikan mobilnya begitu saja tanpa berpikir dua kali dengan tindakan yang ia ambil sekarang. Ia segera membuka kaca jendela mobilnya dan kemudian berseru dengan nada yang sedikit berteriak "Charlie, apa yang kamu lakukan disini?" gadis tomboy itu tidak menjawab, dan itu membuat Julia segera mengeluarkan titah "Masuk ke dalam mobil"

Julia bisa melihat dari ekspresi wajah Charlie yang seolah merasa risih dan seperti sedang merasa tidak nyaman, dan entah kenapa Julia jadi merasakan kekhawatiran menghampiri hatinya begitu saja, namun pemikirannya berhenti seketika saat Charlie membuka pintu mobilnya lantas segera terduduk disampingnya.

Jendela tertutup dan membuat sirkulasi udara berputar disatu ruangan sempit mobil yang mereka tumpangi. Julia dapat mencium aroma tembakau yang kuat dari sampingnya, dan tanpa berpikir panjang –untuk yang kedua kalinya, ia segera saja mengusapkan tissue ke atas pangkuan Charlie yang dipenuhi oleh abu rokok, namun tangan-tangan panjang dan cekatan milik Charlie segera mengambillnya dan mengelapnya dengan sendiri.

Saat Julia memasukkan mobil kedalam garasi, Charlie melompat begitu cepat dan segera berlari memasuki rumahnya, membuat Julia hanya bisa tertawa renyah karena tingkah gadis tomboy itu.

Ia segera melangkah gontai dengan senyum tipis saat ia mendapati suaminya menatapnya dengan tatapan meminta penjelasan.

Julia sudah tahu hal ini pasti akan terjadi, karena mereka pernah melaluinya empat atau lima tahun kebelakang. "Sayang, apa yang dia lakukan disini?" tegur Jacob dengan nada tidak senang.

Julia menghela napas. Ini dia. "Dia membutuhkan bantuan kita Jack" ujar Julia dengan nada meminta pengertian.

Bukannya malah mengerti, Jacob malah menghela napas kasar karena tidak suka "Aku merasa tidak nyaman dengan keberadaan dia disini" katanya disertai dengan membalikkan majalah yang sedaritadi ada didepannya.

Julia memutar bola mata dengan sebal "Sayang, aku tahu kamu tidak suka dengan tingkah dia yang semena-mena karena suka mendengarkan lagu dengan volume tinggi.." belum sempat Julia menamatkan perkataannya, Jacob sudah memotongnya terlebih dahulu "Bukan itu masalahnya" ucapnya seraya berdiri dan segera melanjutkan "Dia terjebak padamu, mencintaimu. Ak,. Aku tidak tahu pastinya seperti apa. Dia mengatakan itu padaku" katanya seraya menghembuskan napas berat.

Julia terperangah barang beberapa detik, namun akhirnya ia tertawa renyah. Tawa yang merupakan tawa ketidakpercayaan dengan apa yang sudah dikatakan oleh suaminya "Aku yakin dia hanya bercanda" balas Julia masih disertai dengan kekehan yang membuat Jacob merasa tidak suka

Lelaki yang masih mengenakan kemeja kerjanya itu mendengus kasar "Aku tidak ingin membantunya. Aku tidak nyaman dengan keberadaannya" ujarnya dengan nada titahan.

"Honey please. Aku khawatir jika dia terus menerus hidup di jalanan" mohon Julia dengan nada lemah "Aku tidak ingin terlibat apa-apa jika Charlie kenapa-napa"

"Kita sudah terlibat" ujar Jacob seraya melangkah pergi dan membuat lelaki itu berpapasan dengan Charlie yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.

Charlie mamasang senyum "Maaf karena telah mengacau dan mabuk malam itu"

"It's ok dude" ujar Jacob lantas segera pergi begitu saja dan membiarkan suasana canggung mulai tercipta.

Charlie hanya memberikan senyuman tipis saat ia berusaha membuka jaketnya dan kemudian melangkah pergi keruang tamu tempat dimana ia akan beristirahat untuk sementara waktu ini.

     *09:12 PM*

          Julia bisa melihat Charlie sedang terduduk santai di Gazebo sambil menikmati teh buatannya, gadis tomboy itu juga sedang memainkan rokok putih diantara jari-jarinya yang panjang dan terampil dan hal itu membuat Julia jadi ingin menghampirinya hanya untuk menikmati kecantikan gadis itu dari dekat.

Charlie membakar rokoknya saat Julia sudah terduduk sambil menggenggam segelas teh hangat yang mengepulkan asap tipis.

Gadis tomboy itu menyerahkan rokoknya pada Julia namun gadis cantik itu malah menolaknya dengan gelengan kepala. Gadis tomboy itu hanya membalas dengan senyuman dan kemudian menghisap rokoknya dengan tenang, ia menghembuskan asap tipis setelahnya.

Melihat Charlie begitu menikmati rokok yang ada diantara jari-jari lentiknya, Julia jadi penasaran dan ingin mencicipi bagaimana rasanya merokok. Ia menengadahkan tangan yang mana langsung dihadiahi senyuman manis oleh Charlie seraya menyerahkan batangan kanker itu ke atas telapak tangan Julia yang menerimanya secara langsung.

Julia mencoba menghisapnya dengan perlahan persis seperti apa yang dilakukan oleh Charlie, namun ternyata tenggorokannya tidak merespon dengan baik karena ia tidak terbiasa mengonsumsi rokok. Alhasil, ia batuk habis-habisan seperti seorang nenek tua yang mana malah dihadiahi kekehan memuakkan dari bibir tipis Charlie.

Saat Julia berhasil menenangkan diri dari batuk-batuknya yang sangat menyedihkan, wanita cantik itu dapat melihat suaminya berdiri dipintu besar yang terbuka setengahnya, ia tersenyum pada Julia sambil lalu berkata dengan nada meminta pengertian "Sayang, pergilah tidur. Sudah terlalu malam untuk menetap diluar seperti ini. Aku tidur lebih dulu karena besok akan ada rapat. Selamat malam" ujar lelaki itu seraya mulai melangkah masuk dan menutup pintu dengan perlahan

"Nanti aku menyusul tidur. Selamat malam" jawab Julia dengan dibarengi senyuman. Yang tidak disangka-sangka adalah Charlie melemparkan senyum mengejek seraya ikut menjawab perkataan Jacob "Night daddy" dengan nada mengejek yang membuat Julia mengeplak tangannya dengan ekspresi menegur.

Charlie hanya tersenyum saat ia melihat ekspresi teguran itu terpahat jelas diwajah cantik milik Julia dan segera kembali menikmati rokoknya yang tinggal setengah.

Tidak ada pembicaraan hangat seperti apa yang selalu saja membuat Julia merindu akan momen mereka, tidak ada musik melantun dibelakang dan tidak ada lilin-lilin yang menyala diantara mereka berdua, tidak ada juga segelas wine yang akan membuat mereka berdua merasa hangat atau setidaknya pelukan-pelukan manja dan juga canda tawa seperti apa yang selalu saja mereka punya disaat dulu kala.

Mereka terdiam dan hanya menikmati angin-angin yang menggoda mereka untuk segera berpelukan dan menghangatkan diri, menikmati tiap tetes dari teh yang mengepulkan asap tipis diatasnya, dan juga saling tatap satu sama lain tanpa berniat untuk memecahkan keheningan barang sedikitpun.

Dengan perasaan jengah dan juga gerogi, Julia meninggalkan Charlie di Gazebo, membiarkan gadis itu menikmati waktu malamnya dengan tenang. Sementara ia mulai berjalan ke kamarnya dan melihat Jacob sudah menunggunya disana dengan hanya menggunakan T-shirt warna putih yang mencetak badannya yang berisi. Saatnya Julia untuk kembali berakting bahagia didekat Jacob.

*-----*

Riska Pramita Tobing.

Note:

So, di setiap partnya pasti ada poin part berikutnya yaitu dari sudut pandang orang yang lain, jadi jangan bingung kenapa part ini diberi judul dengan chapter 1.2 karena pada dasarnya, memang akan ada dua bagian disetiap chapternya. Kalian pusing? Iya, saya juga susah ngejelasinnya kaya gimana, jadi kita impas -_-

Bird Of Prey (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang