Last Chapter 2/2

380 33 13
                                    

*Julia*

          Api unggun memembantu menghangatkan suasana diantara Julia dan Charlie. Sinar temaramnya membuat wajah Charlie terlihat seksi dan sangat menggoda, dan bahkan membuat Julia hampir tidak bisa menatap pada sosok lain selain wanita disebelah kanannya. Mereka terduduk disana, tepat dibelakang rumah Julia sambil menikmati vodka untuk membantu mereka menghangatkan tubuh.

Setelah sekian lama hanya membolak-balikkan kayu yang perlahan berubah menjadi abu, Julia membuka bibir dan akhirnya angkat bicara "Kemana kamu akan pergi?" tanya Julia tanpa mengalihkan pandangannya dari api unggun barang sedikitpun.

Charlie tidak menjawab, ia hanya menyesap vodka dari dalam botol dalam diam, seolah sedang berusaha untuk mengulur waktu agar ia bisa menjawab. Sepersekian detik selanjutnya, Charlie menyimpan botol vodkanya di dekat kaki, membuat Julia jadi melirik dan mulai memfokuskan pandangannya pada Charlie yang tengah menggelengkan kepala "Aku tidak tahu" balas Charlie seadanya.

Julia tergelak ironi didalam hati. Ia tidak ingin Charlie pergi, entah karena alasan apa. Alasan tidak pasti yang belakangan ini kembali menghantui kehidupannya. Alasan karena wanita cantik itu kembali merasakan cinta yang dulu sempat ia abaikan. Alasan bodoh yang sebenarnya tidak pernah disadari oleh Julia.

Tanpa sadar, Julia menatap Charlie begitu lama sampai membuat gadis tomboy itu membalas dengan tatapan tidak percaya. Sebenarnya Julia ingin untuk menutup mata Charlie dengan ciuman mereka, sebenarnya Julia ingin merengkuh tubuh Charlie agar gadis itu menghangatkannya, sebenarnya Julia sangat ingin mengulang memori-memori indah mereka dahulu kala, tapi apa daya? Maka alih-alih menarik Charlie kedalam pelukannya dan mulai melakukan sesi make out yang menggairahkan, Julia berusaha memutuskan pandangan mereka dengan menoleh pada api yang masih membara.

Entah mengapa, perhatian Julia tidak bisa berubah dari sosok disampingnya, wanita cantik itu masih saja memandangi Charlie tanpa tahu bagaimana cara untuk berhenti menatap pada sosok sempurna yang membuatnya selalu mendamba. Sampai sepersekian detik selanjutnya, Charlie akhirnya menatap mata Julia sambil menopangkan pipinya di atas tangan. Saat Charlie menatap Julia, wanita cantik itu tahu kalau Charlie menyadari keinginannya untuk tidak meninggalkan Julia untuk pergi, namun ternyata Charlie berpaling, ia lebih ingin untuk mengikuti egonya ketimbang bertahan disini dengan Julia. "Mungkin aku hanya akan terus berpindah-pindah" jawab Charlie seraya menggigit jari kelingkingnya dengan gemas.

Jawaban yang tidak diharapkan oleh Julia akhirnya dapat didengar oleh kedua telinga wanita itu dengan jelas, membuat keduanya jadi terdiam dan tidak bisa mengangkat pembicaraan lain. Angin malam mengganggu mereka berdua, menggelitik keduanya untuk membuka bibir sampai akhirnya Julia berucap "Victor memberitahukan sesuatu kepadaku. Tentang apa yang diucapkan Alicia kepadamu" ujar Julia dengan nada lemah sekaligus nada tidak terima dan juga sakit hati didalam ucapannya. Charlie menoleh tidak senang "Itu sebabnya kau meminta Jacob untuk mengusirku, or something?" ujar Charlie dengan nada menghujat yang tepat membuat Julia terperangah tidak percaya setelahnya. Bagaimana mungkin Charlie berpikiran seperti itu kepada dirinya disaat dirinya tidak ingin Charlie untuk hengkang barang sedetikpun dari sampingnya?

Charlie membuang muka dengan emosi yang masih tersimpan didalam dadanya "Suamimu adalah orang brengsek" ujar Charlie dengan nada datar yang membuat Julia jadi enggan untuk menatap gadis tomboy itu lagi meskipun ia selalu saja dihantui dengan paras cantiknya yang menggoda. Julia memutuskan pandangan dan membiarkan pandangannya pandangannya bertubrukan dengan api unggun. Wanita cantik itu menggeleng penuh pembelaan "Jangan berkata seperti itu" perkataan Julia membuat Charlie menggelengkan kepala karena tidak percaya kalau ternyata wanita itu akan membela suaminya seolah tidak percaya dengan pembelaan yang dilontarkan Julia pada Jacob.

*-----*

Julia menghempaskan tangannya di atas udara, merasa bodoh tentang apa yang didengarnya dari Jacob. "Kau akan jatuh cinta lagi kepada gadis itu jika aku tidak mengusirnya pergi" ujar Jacob dengan nada keras seolah ada ketidak inginan tercipta dari nada bicaranya.

"Aku hanya ingin membantunya Jack! Aku tidak ingin melihat Charlie seperti gelandangan. Aku menaruh perhatian terhadapnya, biar bagaimanapun juga dia adalah saudara kita Jack! Dia tidak memiliki tempat tinggal! For god shake! Aku tidak mengerti kenapa kau berfikiran dangkal seperti itu" balas Julia sambil sesekali menghentakkan kaki dengan kesal. Wajah gadis itu memerah karena amarah "Kau tidak bisa berbuat semena-mena terhadap dirinya!" lanjut Julia mati-matian membela Charlie didepan suaminya sendiri namun ternyata Jacob tidak menerima alasan Julia dengan cepat.

Lelaki itu justru berkacak pinggang "Kau lebih membela dia daripada suamimu sendiri?! Persetan denganmu!" umpat Jacob dengan nada tinggi yang memekakkan telinga, saat Julia mengira kalau suaminya sudah selesai dengan umpatannya, Jacob menarik napas dan memulai lagi argumennya "Aku tidak ingin kau menjadi lesbian Julia! Itu menjijikan!" teriak Jacob membuat Julia manjadi hilang akal dalam seketika "Aku sudah menjadi lesbian sejak lama Jacob. Jika kau tidak bisa menerimaku seharusnya kau pergi menikahi wanita lain! Aku tidak akan mungkin berubah! Aku dilahirkan untuk menjadi seperti ini" balas Julia dengan nada tinggi.

Jacob hampir saja melayangkan tangannya untuk memukul Julia, namun ia malah menarik tangannya kembali dan berkata dengan lirih "Sudah sepatutnya aku meninggalkanmu dari dulu" ujar Jacob seraya melangkah menjauh. Lelaki itu memasang tampang jijik pada Julia dan hal itu membuat Julia langsung berlari ke kamarnya dengan luka menganga didalam dada.

Julia tidak percaya kalau ternyata Jacob mengatakan kata-kata itu pada dirinya, kata-kata yang sempat Charlie ucapkan dulu saat Julia dan Jacob memberikan undangan pernikahan mereka pada gadis tomboy itu. Bagaimana mungkin Jacob mengatakan hal itu dan membuat luka lama didalam hatinya menjadi kembali menganga lebar karenanya?

Dengan satu kali hentakan kasar, Julia menutup pintu kamar dan langsung menangis di balik selimutnya. Membiarkan air matanya meluncur begitu saja, seolah sedang menikmati luka-luka yang ditorehkan Charlie di masa lalu dan juga luka yang Jacob berikan yang sama mengerikannya dengan apa yang dilakukan Charlie dahulu kala.

Baru saja Julia menghentikan tangisnya yang pilu, ia bisa mendengar pintu kamarnya terbuka secara perlahan diikuti dengan langkah lembut yang mendekat ke kasurnya, dan tidak lama setelahnya kasur bergerak. Julia tidak ingin berbalik, ia takut kalau seseorang yang berada dibalakangnya kini adalah Jacob, namun saat ia merasakan sentuhan kulit lembut itu Julia mengalah dan berbalik hanya untuk melihat Charlie berbaring disampingnya.

Julia bisa melihat kalau Charlie sedang menatapnya heran saat ia melihat setetes air mata meluncur melewati pipi Julia, tapi Julia tidak perduli dengan kernyitan keheranan itu dan mulai berbisik dengan nada memohon "Jangan pergi. Kumohon" ujarnya yang mana membuat Charlie tidak kuasa. Pandangan gadis tomboy itu terpaku pada bibir basah Julia yang membuatnya ingin segera menyatukan bibirnya dengan bibir milik Julia. Tanpa ragu, ia mengusap rambut Julia dan menyingkirkan beberapa lembar rambut gadis itu yang membingkai wajah cantiknya.

Charlie menatap tegas pada Julia, namun Julia tidak membalas tatapannya, gadis cantik itu malah terfokus pada bibir Charlie yang hanya beberapa senti dari bibirnya. Sampai akhirnya Julia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Ia menyatukan bibir mereka dan mulai saling memaut satu sama lain. Menciptakan sebuah sensasi yang selama ini hilang entah kemana, membuat keduanya melayang tanpa arah dan tujuan, membuat keduanya seolah sedang dimabuk dengan asmara.

*-----*

Riska Pramita Tobing.

Note: Btw, adegan hot nya nanti saja ya di bagian bonus, karena kalau ada adegan hot disini kayaknya bakal menghancurkan suasana romantis yang sedang ada. Saya nggak terima kalau moment sosweet disamakan dengan moment sex yang menggila. Jadi di tunggu nanti ya adegan hotnya. Saya akan usahain kok.

Ps: Alasan kenapa saya nggak bikin hot scene di part ini adalah karena cerita ini sad ending.

PPs: Alasan lainnya adalah karena saya sedang buntu untuk memikirkan adegan panas, jadi nggak sekarang dulu deh ya hehe piss

Bird Of Prey (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang