part #2

24 2 0
                                        

******

Takk takk takk

Dan ia menemukan seseorang disana yang tengah berjalan kearahnya dengan raut tak terbaca.

Hentakan hils merah darah yang ia pakai disetiap langkah kakinya terdengar anggun sekaligus tegas, menyuarakan seperti apa watak sang pemakainya.

Dress tanpa lengan dengan warna senada yang membalut tubuhnya hingga sejengkal diatas lutut tampaknya tidak mampu menutupi keindahan tubuh yang ia miliki.
Warna merah darah yang ia kenakan terlihat kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus, rambutnya disanggul asal membuatnya tampak semakin seksi.
Meskipun ia tidak mengenakan dress dengan dada yang rendah, tapi tetap saja dress itu tak bisa menyembunyikan kemolekan dada penuhnya.

Sangat menawan dan sangat berbeda dengan wanita-wanita lainnya yang ada disini, seksinya mereka justru jelas terlihat sangat murahan.

Sangat tidak adil rasanya, ia terlihat tetap cantik meskipun terus saja berjalan tanpa ekspresi, sangat disayangkan. Padahal jika ia tersenyum pastilah akan menambah kecantikannya.
Meskipun wajahnya terlihat tak bersahabat tapi entah mengapa gadis muda itu merasa kalau wanita itu sebenarnya orang yang baik.

Gadis muda itu masih dalam mode ketakjubannya, ia terus saja menatap wanita yang tengah berjalan dengan angkuh dihadapannya tanpa berkedip.
Otaknya sempat menerka-nerka berapa kira-kita usia wanita cantik itu, dari yang kelihatannya usia meraka tidak jauh. Atau mungkin mereka seumuran. Tapi apa yang dilakukan gadis secantiknya ditempat kotor ini.

Tampaknya gadis muda itu bukanlah satu-satunya yang merasakan ketakjuban terhadap wanita cantik itu. Karena orang-orang yang tadinya berbisik-bisik dan menertawakannya pun ikut terdiam. Mata mereka fokus tertuju pada wanita cantik yang sedang berjalan di lorong itu.

Dan disini jelas terlihat perbedaan ekspresi yang ditunjukkan oleh kaum pria dari kaum wanita.
Kalau semua pria itu menunjukkan ekspresi takjub dan terpesona, lain halnya dengan para wanita yang justru menunjukkan ekspresi beragam. Ada yang tersenyum, ada yang terlihat kesal dan kebanyakan dari mereka malah terlihat takut.

Taakkk

Tepat ketika suara hentakan kakinya yang terakhir, yang hanya berjarak 30 cm dari tempat gadis muda tadi terduduk. Membuat gadis muda itu pun tersadar dari keterpukauannya lalu ia mendongak untuk bertatapan langsung dengan wanita berdress merah darah itu.

Lagi-lagi didalam hatinya ia memuji kecantikan wanita bedress merah darah itu, ia sungguh merasa iri.
Bahkan sepertinya ia lupa dengan apa yang akan terjadi pada nasibnya saat ini.

"berikan!"

Gadis muda itu terlihat bingung, ia tidak mengerti ketika melihat interaksi antara ketiganya. Namun ia terus memperhatikan mereka.

Wanita berdress merah darah itu menengadahkan tangannya kearah salah satu pria berseragam hitam yang membawanya ke tempat kotor itu.

Setelah meyerahkan sebuah amplop ketangan wanita cantik itu, kedua pria berseragam hitam itu pun pergi ke arah pintu dan keluar dari rumah itu.

"tidak! Kenapa mereka pergi meninggalkan aku disini. Dan apa tadi maksudnya? Apa mereka baru saja menyerahkanku kepada wanita ini? Apa apaa wanita ini adalah seorang mucikari?"

Karena terlalu syok dengan fakta yang tak ia sangka-sangka. Gadis muda itu sampai tidak menyadari bahwa ia sedang diamati oleh wanita berdress merah darah itu.

"Berdiri!"

Gadis muda itu terkejut karena dibentak oleh wanita yang tadinya ia kira wanita baik. Dengan refleks ia pun berdiri. Berhadapan dan bertatapan langsung dengan wanita yang tadinya ia puji-puji.

"Siapa namamu?"

Wanita cantik itu bersedekap dan menatapnya dengan angkuh.

"Apa yang akan kau lakukan padaku? Aku tak ingin berada di tempat menjijikkan ini! Aku ingin pulang. Biarkan aku pulang!"

Bukannya menjawab pertanyaannya gadis muda itu justru berteriak histeris setelah menyadari kemana arah nasibnya akan berlanjut.

Ia berusaha lari ke arah pintu tapi dengan segera pula ada yang menahan kedua tangannya.
Ya... Mereka adalah dua gundik seksi yang tadi ikut menertawakannya.

"Lepaskan! Kenapa kau menyakitiku?"
Gadis muda itu merintih dan menangis karena cengkraman dikedua lengannya terasa amat sangat sakit, seolah mereka sengaja melakukannya.

"Lepaskan dia!"

Begitu mendengar perintah dari wanita berdress merah darah itu, dengan seketika pula mereka melepaskan cengkramannya.

"apa kau ingin mematahkan kedua lengannya heh? Membuatnya cacat dan tidak akan berguna!"

Wajah wanita cantik itu terlihat garang, ia juga melotot karena marah.
Dan kelihatannya itu cukup berhasil untuk membuat kedua gundik seksi itu menjadi ketakutan.

Sementara itu, si gadis muda mengelus-ngelus kedua lengannya yang memerah.
Perkataan wanita yang ia kira mucikari itu semakin menambah tangisnya.

"Tuhan, akankan berakhir seperti ini? Aku tak ingin menjadi wanita kotor. Tolong beri aku keajaiban"

Ia terus saja membatin dan bedo'a berharap ada keajaiban untuknya, yang akan menyelamatkannya dari kehancuran yang sudah didepan mata.

"Kalian semua kembalilah ke aktivitas masing-masing, biar gadis muda ini aku yang urus!"

Mendengar perintahnya yang tegas semua orang yang sejak tadi asik menonton pun bubar untuk kembali pada kesibukan masing-masing, tak terkecuali dua gundik seksi itu.

Sekarang tinggallah mereka berdua di tengah-tengah ruangan yang ada di rumah itu. Si gadis muda dengan tubuh gemetar dan air matanya, pula si wanita cantik dengan berdiri angkuh dan wajah datarnya.

"Julia..."
Wanita cantik itu memanggil seseorang dengan cukup keras namun tetap mempertahankan tatapannya ke arah gadis muda yang gemetaran itu.

"Iya nona..."

Lalu muncullah seorang wanita paruh baya dari balik lorong yang sama dengan wanita cantik tadi, lorong pojok.

Sebenarnya kemunculan wanita paruh baya itu menimbulkan berbagai pertanyaan dibenak gadis muda itu.

"bagaimana bisa ada seorang wanita paruh baya di tempat kotor ini? Apa ia juga bekerja disini? Tapi sebagai apa?"

Ucapan wanita cantik itu seketika menarik kesadaran si gadis muda.

"Bawa gadis ini ke belakang, aku akan memberitahukan tugas barunya"

Wanita cantik itu beranjak dan berjalan membelakangi si gadis muda dan wanita paruh baya yang ia sebut sebagai Julia.

"Kenapa kau begitu tega? Aku tidak ingin menjadi seorang pelacur. Tidak akan pernah sudi. Orangtuaku menjual diriku, dan sekarang aku harus menjadi seorang pelacur. Tidak ada yang lebih buruk daripada ini, lebih baik aku mati daripada harus menjadi seorang pelacur."

Ucapan gadis muda itu yang sambil terisak menghentikan langkah kaki wanita cantik itu.

"Ini belum seberapa, kau terlalu lemah."
Wanita itu menghela nafas pelan sejenak.
"Cepat bawa dia Julia"

Setelah selesai berbicara, wanita itu melangkah dengan cepat dan menghilang dibalik lorong.

"Ayo, kau tidak punya pilihan lain. Ikutlah denganku, mungkin kau akan mempunyai satu harapan baik"

Typo bertebaran, udah kaya ketombe aja wkwk 😆😂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebab disini GELAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang