tiga

41 10 11
                                    

Langit semakin berwarna orange dan bel yang dinantikan para murid selama berjam-jam akhirnya berbunyi. Mereka menyambutnya dengan penuh bahagia.

"Ra, tumben banget kamu gak ketiduran waktu pelajaran geografi? Biasanya molor," kata Rahma mengejek sekaligus bercanda.

Aira hanya menggeleng tidak tahu.

"Eh, ini si Rian udah--" omongan Rahma terputus ketika Pak Zayn memanggil Aira dari balik pintu keluar kelas.

Pak Zayn meminta tolong untuk membantu mendata dan menganalisis data teman-teman sekelasnya. Sebenarnya Pak Zayn ingin meminta tolong Popo, tapi berhubung dia sudah pulang akhirnya sebagai wakil ketua kelas yang bertanggung jawab, ia mengerjakkan kewajibannya.

"Aira maafin aku! Kalo aja hari ini aku gak les, aku pasti bakal bantu!" Rahma meminta maaf sambil membungkuk.

"Gak apa-apa kok. Aku bisa selesein ini sendiri dan gak bakalan lama. Ini kan udah jadi kewajibanku juga." Aira tersenyum kecil sambil membuka laptop milik Pak Zayn.

Sebelum Rahma pergi dari kelas, Rahma bilang kalau Arian menunggu Aira di tempat parkir. Namun, Aira meminta Rahma agar menyuruhnya untuk pulang.

"Dih.. Tu anak percaya diri amat. Ngapain coba nungguin aku. Kenal juga engga." cibir Aira dalam hati ketika Rahma sudah pergi dari kelas.

Beberapa menit kemudian, suasana sekolah berubah menjadi sunyi. Seperti hanya Aira yang masih tinggal di sekolah.

Karena sepi, Aira pun mendengarkan lagu mp3 dari handphoone-nya menggunakan earphoone. Lumayanlah untuk mengusir rasa kesepian saat ini.

"Aaaaa!" teriak seseorang tiba-tiba dari balik pintu. Suaranya lebih keras daripada suara lagu yang sedang didengarkan Aira.

Sontak Aira terkejut dan juga ikut berteriak. Ia pun menengokkan kepalanya ke arah pintu. Terlihat di situ tidak ada siapa-siapa.

"Ahahaha!" tiba-tiba terdengar suara tawa seseorang dari balik pintu. Lalu tak lama setelah itu, munculah Arian dari balik pintu.

Bibir Aira yang sebelumnya terbuka karena ketakutan langsung mengerucut ketika Arian memasuki kelas.

"Yo! Aira! Kagetmu lucu banget asli!" ucap Arian kemudian dilanjutkan dengan tawanya yang lepas.

Aira hanya terdiam. Menatap kesal laki-laki itu. "Kurang kerjaan banget sih? Udah sana pergi aja!" bentak Aira sebal, kemudian ia melanjutkan mengetik di laptop Pak Zayn.

"Haha. Iya, iya maaf. Lagi ngerjain apa?" Arian memulihkan suasana dengan mengganti topik.

"Udah pergi sana, ah. Ganggu aja," usir Aira galak ketika Arian duduk di samping Aira.

"Ngetiknya lama banget. Sini sini. Aku bantu. Dasar kukang." Arian mengambil laptop Pak Zayn secara paksa.

Dahi Aira mengkerut sangkin sebalnya dengan Arian. "Ah, minggir sana! Belum kenal tapi udah sok-sok kenal gini!" bentak Aira lagi.

Arian hanya terdiam. Kemudia ia bangun dari tempat yang dia duduki sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Kalau begitu, aku mulai dari awal. Aku Arendro Arian kelas X MIPA 5. Aku cuma manusia biasa yang gak baik juga gak jahat. Punya dua bolongan hidung sama satu hati." Arian tersenyum kecil sambil menatap mata Aira.

Sepoi-sepoi angin membuat korden tipis di jendela berkibar-kibar halus bersamaan dengan masuknya sinar matahari sore. Kedua pasang bola mata Arian dan Aira saling pandang.

"Aku Aira Micellia Adirga. Temennya Rahma." kata Aira setelah membuang pandangannya dari mata Arian.

Arian menurunkan tangan kanannya yang terulur karena tidak dihiraukan oleh Aira tadi.

"Mulai sekarang kamu udah kenal aku dan aku juga udah kenal kamu." Arian tertawa kecil.

Aira tampak seperti tidak menghiraukannya. Tapi dia mendengarkan apa yang dilontarkan oleh Arian.

"Karena tadi kamu pingin aku pergi, aku bakal pergi sekarang. Kamu harus tau Aira, yang namanya menunggu itu gak enak. Tapi, beda kalo nunggu buat 'seseorang'." Arian mulai melangkahkan kakinya menuju pinti keluar kelas.

Aira tetap pada posisinya. Tidak menengok sedikit pun ke arah Arian.

"Satu lagi. Aira, aku bakal buat kamu jatuh cinta sama aku!" ungkap Arian sungguh-sungguh. Setelah itu, Arian langsung pergi keluar dari kelas.

Wajah Aira memerah. Pikirannya seketika buyar ketika mendengar Arian mengatakan kata-kata terakhir sebelum keluar dari kelas tadi.

Dia terlalu percaya diri. Aku gak bakalan jatuh cinta sama dia!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Es Em ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang