Judul: Aku Nggak Gila!
Genre: General Fiction-Spiritual
Jumlah word: 1053Catatan: Diambil dari kisah nyata. Nama telah disamarkan.
Selamat membaca 😊
_____Di sebuah kampung kecil terdapat seorang gadis cantik bernama Sasha. Sedari kecil Sasha selalu diajari keluarganya untuk selalu taat terhadap Tuhan. Keluarga agamis begitu orang memanggilnya.
Setiap sore Sasha selalu pergi mengaji dengan teman-temannya dan tak lupa setiap adzan berkumandang Sasha selalu melakukan kewajibannya sebagaimana umat muslim. Hidup dalam keluarga agamis membuat gadis itu terjaga dari marabahaya.
Beranjak dewasa Sasha juga tidak pernah neko-neko. Ia tetap taat kepada yang di atas dan juga hormat terhadap kedua orangtuanya. Hingga suatu ketika Sasha ditembak oleh seorang pria yang membuat hatinya bimbang.
Sejak awal Sasha menetapkan diri agar terhindar dari yang namanya status berpacaran. Meski sempat terlintas untuk menerimanya, tapi gadis itu sudah berkeyakinan bahwa ia hanya akan berhubungan dengan seorang pria dengan jalur ta'aruf bukan jalur berpacaran.
Setelah seminggu kejadian penolakan itu terjadi. Sasha sakit-sakitan hingga berulang kali masuk UGD dan pernah dirawat di rumah sakit selama tiga hari.
Dokter saat itu hanya mendiagnosa Sasha dengan penyakit maag kronis dan vertigo. Namun yang dirasakan Sasha saat itu adalah syaraf-syaraf ototnya kaku dan sering kejang-kejang. Akhirnya pihak rumah sakit hanya bisa merujuk Sasha ke ahli psikiater dan ahli syaraf.
Selama beberapa bulan menjalani itu semua, namun tak memberikan efek apa-apa untuk Sasha. Dia masih kejang-kejang dan merasakan pusing yang hebat di kepalanya.
Sementara keadaan Sasha seperti itu, orangtua kemudian menduga-duga bahwa ada seseorang yang sengaja membuat kedaan putri mereka hingga seperti itu. Sebuah usul untuk melakukan ruqiah pun keluar. Diadakannya acara pengajian di rumah dengan bantuan rekan-rekan kerjanya.
Di pagi harinya, tepat pukul setengah empat pagi. Sasha tiba-tiba mendengar suara cekikikan kuntilanak. Bukan merasa ketakutan, tapi Sasha malah mendatangi arah suara itu.
"Astagfirullah ...."
Merasa belum sembuh juga, akhirnya dengan bantuan keluarga Sasha dibawa oleh kakak ipar dari kakaknya untuk melakukan ruqiah kembali.
Di sana lah sebuah kemalangan terjadi. Berbekal kepercayaan untuk sembuh, Sasha melakukan apa saja yang disuruh oleh orang itu. Mulai dari minum obat ini itu, hingga tanpa sadar ada niat terselubung dari kakak ipar kakaknya tersebut.
Dalam keadaan tanpa sadar itu, Sasha telah di cuci otaknya oleh orang tersebut. Hingga akhirnya Sasha menyerahkan semuanya pada malam itu.
Sasha tahu betul bahwa orang tersebut berasal dari keluarga yang sama-sama agamis. Tapi apa yang telah dilakukan kepadanya tidak mencerminkan sebagaimana seseorang yang mengerti akan agama dan larangan-larangannya, hingga Sasha mengalami rasa trauma yang berat.
Menangis dan menangis Sasha hanya bisa melakukan hal itu sembari terus berkaca diri.
YaAllah, aku sudah tidak suci lagi. Tangis batinnya.
Dua minggu kemudian Sasha mulai memberanikan diri untuk bercerita kepada orangtuanya, pertama pada sang ibu.
Shock? Jangan ditanyakan lagi. Siapa yang tidak shock saat mengetahui anak kesayangan mereka keperawanan anaknya direnggut begitu saja dengan embel-embel pengobatan ruqiah.
Dalam tangisnya, sang ibu bertanya, "Sampai kan keinginanmu. Kamu ingin melihat dia bagaimana?"
Sembari terus memegangi dadanya yang terasa sesak akibat tangisannya, Sasha kemudian menjawab pertanyaan sang ibu. "Aku ... Ingin dia dipenjara, Bu."
Hati ibunya benar-benar retak saat mendengarkan penuturan anaknya yang begitu pedih dan menyayat hati. Membayangkannya saja sudah membuat ulu hatinya sakit, bagaimana dengan sang anak yang mengalaminya.
Sang ayah yang mengetahui fakta menyakitkan itu pun sama shock-nya. Tanpa pikir panjang beliau mendatangi kediaman pria brengsek yang telah menodai putri kandungnya tersebut.
Bukannya mengaku atas apa yang telah dilakukannya terhadap Sasha. Pria yang masih ada ikatan tali persaudaraan itu malah balik menuduh Sasha yang menggodanya duluan.
Ayah mana yang tak naik darah ketika putrinya dituduh seperti itu. Seketika amarahnya memuncak dan hampir saja menghajar orang itu. Beruntung lah orang itu tidak jadi babak belur karena pada saat itu bukan hanya ayah Sasha yang ada di sana. Tapi kerabat dekat pun hadir untuk menjadi saksi.
Karena kurangnya bukti, membuat niat melaporkannya ke pihak berwajib pun diurungkan. Tetapi rasa trauma yang dirasakan Sasha bukan lah omong kosong belaka. Sasha benar-benar merasakan trauma berat akibat kelakuan bejat yang dilakukan oleh orang brengsek itu.
Menjalani hari-hari yang tak bisa dikatakan baik. Membuat kehidupan Sasha mulai berubah seratus delapan puluh derajat. Semenjak kabar buruk itu menyebar dari orang ke orang, membuat Sasha benar-benar merasakan apa itu hukum sosial. Dia dijauhi, dihindari oleh orang-orang.
Dalam hatinya Sasha berkata. Apa salahku, yaAllah? Kenapa semua orang tega padaku?
Pernah suatu seketika Sasha keluar rumah. Dia berjumpa dengan anak-anak majelis taklim yang kebetulan lewat. Ia kemudian berbincang dengan mereka.
Di sana Sasha ditawari untuk melakukan ruqiah kembali, dan Sasha menyetujuinya. Disampaikan lah niatnya kepada orangtuanya. Namun, suatu kejanggalan pun terjadi. Bukannya di ajak untuk melakukan ruqiah tapi sang ayah malah membawa sang putri ke rumah sakit jiwa di Grogol.
Awalnya sang ayah bilang, bahwa hanya beliau yang akan cek up di sana. Karena pada kenyataannya, sang ayah memang mengidap skizofrenia, atau gangguan terhadap mental seseorang.
Sampai ke dalam rumah sakit jiwa tersebut, akhirnya dia tahu kalau bukan sang ayah yang akan di cek, melainkan dirinya.
"Ayah bohong! Bukan ayah yang cek up! Tapi aku!"
Sasha saat itu menjerit-jerit ketakutan karena tidak mau menuruti perintah dokter yang mengobatinya. Dia sampai menangis berteriak, "AKU NGGAK GILA! AKU NGGAK GILA!"
Tapi apa daya seorang Sasha? Dia hanya bisa sabar menghadapi semuanya. Ia percaya bahwa apa yang sekarang ia lakukan adalah sebuah jalan agar kehidupannya kembali berjalan dengan normal, meski sebuah cap baru sebagai orang yang pernah menjadi bagian dari rumah sakit jiwa selalu melekat dalam dirinya.
Beberapa tahun kemudian kehidupan yang ia tunggu-tunggu telah datang. Menjemputnya dalam kesengsaraan. Kekuatan dan kepercayaannya terhadap kekuasaan yang maha kuasa tak pernah luput dari ingatan.
Sekarang hatinya sudah lega karena semua beban yang ada dipundaknya perlahan menghilang seiring berjalannya waktu.
Kesabarannya menjalani hidup adalah sebuah teladan yang baik untuk kita manusia agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak benar. Karena apa pun yang dilakukan oleh kita, percayalah bahwa Tuhan akan selalu memantau segala pergerakan kita.
Hidup dan segala lika-likunya sangat rumit dan sukar untuk ditebak. Tapi bukan satu alasan untuk kita tidak menjalaninya dengan sebaik mungkin. Semoga dengan kisah ini pembaca bisa mengambil sisi baiknya dan membuang sisi buruknya.
Saya di sini hanya sebagai perantara untuk menyampaikan kisah inspirasi ini kepada pembaca. Bukan untuk menyinggung pihak tertentu atau golongan tertentu, karena balik lagi saya hanya perantara untuk kalian.
Saya Ras, mohon undur diri. Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE SHOOT
Short StoryKumpulan OS karya saya. Selamat membaca. Dan jangan lupa tinggalkan jejakmu :)