The One

438 78 10
                                    


"Dia begitu mempesona." Seungwu berujar untuk yang kesekian kalinya hari ini. Matanya terpejam, membayangkan pemuda manis yang ditemuinya siang tadi dikala hujan.

"Dan aku bersumpah Kim Jaehwan senyumnya sangat manis." Memasang senyum yang paling lebar ia berujar lagi.

"Ahh jantungku bahkan berdebar hanya dengan memikirkannya. Kau merasakannya kan? Astaga aku bisa gila jika begini." Kali ini Seungwu sudah menempelkan telapak tangan Jaehwan di dadanya, membuat sahabatnya merasakan detak jantungnya yang berdebar lebih cepat.

"Aku bahkan sudah gila mendengar ocehanmu hyung." Jaehwan berdesis pelan disela helaan nafasnya.

Ia menyuruh Seungwu untuk jatuh cinta agar temannya menjadi manusia normal yang tak gila kerja, bukannya menjadi manusia lebay begini. Yang berteriak 'Aku jatuh cinta!' di depan apartemennya dengan baju basah kuyup. Yang sejak lima jam lalu terus berteriak histeris dengan bibir yang tak pegal mengembangkan senyum.

"Saat aku melihatnya berlari ke arahku, aku merasa duniaku hanya tertuju padanya. Astaga Jaehwan-ah." Seungwu berteriak histeris di depan wajah Jaehwan, bahkan ia sudah mengguncang bahunya dengan begitu keras.

Sedangkan Jaehwan hanya memutar bola matanya. "Dasar lebay." Rutuknya pelan, tak terima karena wajahnya dihujani hujan lokal entah untuk yang keberapa kali. Lama-lama bisa luntur kadar ketampanannya.

"Apa katamu?" Seungwu memicingkan matanya.

"Tidak ada." Jaehwan malah menjawab santai sambil mengangkat bahu. Tidak tahu saja kalau Seungwu sudah ancang ancang menimpuknya menggunakan bantal sofa.

"Ya!" Akhirnya si benda empuk sukses mendarat di wajah Jaehwan yang mengeluarkan teriakan dramatis karena tak terima (lagi) wajah tampannya dinistakan oleh Seungwu.

Seungwu mengambil pas bunga di meja nakas. "Kau pikir dari tadi aku tidak mendengarnya hah?!"

Tuhan tolong, temannya makin gila. Jaehwan salah mengambil langkah.

***


'Kim Jaehwan ku pastikan aku akan membunuhmu nanti.' Seiring dengan langkah cepatnya Seungwu terus saja mengumpat dalam hati.

Hari ini harusnya ia menikmati waktu santainya, namun si Kim -sialan- Jaehwan itu beralasan sakit hingga dialah yang ditugaskan untuk mengambil beberapa laporan ke rumah sakit. Padahal Seungwu tau pasti jika sebenarnya temannya itu tengah merayakan hari jadi yang ke 100 dengan kekasihnya.

Manusia lebay satu itu. Seungwu tidak akan membiarkannya tidur nyenyak malam ini.

Mengambil langkah ke sebelah kanan, tubuhnya oleng saat seseorang menabraknya cukup kencang. Seungwu berdesis tidak suka, siap melayangkan ocehannya.

"Kalau jalan itu li-" Kalimat Seungwu terputus kala melihat pemuda di depannya.

Baju rumah sakit yang sedikit lusuh, rambut serupa karamel yang nampak berantakan dengan raut wajah pemuda yang kentara panik itu membuat Seungwu seakan lupa caranya mengambil napas.

Daniel.

Otaknya dengan cepat menghasilkan satu nama yang kerap kali hanya menjadi angannya.

Sudah hampir sepekan sejak Seungwu pertama kali melihatnya di taman. Hampir setiap hari ia datang kesana dengan harapan akan bertemu kembali dengan pemuda yang berhasil mendapatkan hatinya hanya dalam hitungan detik itu. Namun ia harus terus memendam kekecewaannya saat tak mendapati Daniel disana.

Meski begitu Seungwu tak pernah lelah menunggu, berharap Daniel akan datang bersama hujan.

Maka kesempatan ini tidak boleh ia sia-siakan. Pokoknya Seungwu harus berkenalan, mendapat nomor handphonenya, kalau bisa dapat alamat rumahnya juga.

It's love? || OngnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang