4

531 73 8
                                    


"..... iya, rasanya mau aku patahkan saja lehernya. Bikin malu."

Gelas yang semula terisi penuh oleh coklat panas itu masih tersisa setengahnya dalam genggaman Seongwu. Sudah dingin karena sejak satu jam lalu pemuda tampan itu tak kunjung meminumnya. Terlalu sibuk 'menjatuhkan' temannya demi menghasilkan lengkungan di kedua sudut bibir Daniel.

"Hahaha aduh perutku sakit." Pemuda yang berhasil mencuri hati Seungwu itu memegangi perutnya, tertawa hingga matanya membentuk bulan sabit dengan hidung yang berkerut lucu.

Dalam hati Seongwu berteriak puas karena berhasil membuat Daniel tertawa, meski dalam artian harus mempermalukan Jaehwan. Tapi Seongwu janji akan memberikan temannya itu imbalan dengan membelikannya pizza nanti malam. Simbiosis mutualisme katanya.

"Teman hyung lucu." Daniel berujar lagi setelah berhasil meredakan tawanya.

Ting! Ting! Ting!

Suara dari ponsel Daniel di atas meja mengejutkan keduanya. Dengan cepat ia mengambil benda itu untuk mematikan alarmnya, seketika raut wajahnya berubah murung.

Alis Seongwu berkerut bingung memperhatikan Daniel. Ingin bertanya namun ia urungkan saat Daniel menatapnya dengan wajah yang semakin tertekuk. "Aku harus ke ruanganku sekarang. Dokter Jung akan segera memeriksaku." Binar di matanya bahkan ikut meredup. "Padahal aku masih mau ngobrol dengan hyung."

Tentu saja bukan hanya Daniel yang merengut kecewa, Seongwu lebih tidak rela. Memikirkan tidak bertemu dengan Daniel lagi saja sudah membuatnya gila.

Apa mungkin takdir membuat Daniel menabraknya lagi untuk yang ketiga kalinya?

Seongwu menggelengkan kepalanya, kesempatannya terlalu kecil meski tidak ada yang tahu jalannya takdir. Maka ia memutar otak. "Berikan aku nomor ponselmu." Katanya kemudian, menyuarakan cara termudah yang ia dapatkan.

"Ya?" Daniel memiringkan kepalanya, menatapnya dengan begitu polos. Seongwu menahan diri untuk tidak mengacak rambutnya gemas.

"Eung i-itu aku akan menghungimu nanti? Ja-jadi kita bisa mengobrol?" Seongwu rasanya ingin menampar dirinya sendiri karena lagi-lagi tergagap. Salahkan Daniel dengan segala keimutannya.

"Ah! Ne! Mana mana berikan ponsel hyung!" Pemuda manis itu berseru, nyaris berteriak karena terlalu bersemangat. Seolah Seongwu baru saja menemukan ide paling cemerlang.

Meraih ponsel dalam saku celana ia memberikan ponselnya pada Daniel yang langsung fokus mengetikan nomornya.

Seongwu tak dapat menyembunyikan senyumnya saat mengecek ponsel yang sudah dalam genggamannya kembali.

Danyelll~

Daniel menyimpan kontaknya sendiri di ponsel Seongwu dengan begitu lucu.

"Hyung jangan lupa hubungi aku ya."

***

"Pagi hyung."

Daniel memeluk Chanyeol yang sedang sibuk dengan masakannya. Menempelkan pipinya pada punggung pemuda yang lebih tinggi, Daniel mengusap matanya. Kantuknya belum hilang tapi aroma lezat dari arah dapur membuat ia menyeret kedua kakinya.

Mematikan kompor Chanyeol kemudian berbalik. Membuat Daniel merajuk karena terpaksa harus melepaskan pelukannya. Pemuda jangkung itu kemudian terkekeh, gemas melihat bibirnya yang mengerucut lucu dengan mata yang masih terpejam.

"Hey sleepyhead." Ia mencubiti kedua pipi gembil Daniel, tertawa puas saat si empunya kembali merengek.

Menarik kursi di depan meja makan, Chanyeol menuntun Daniel duduk sambil menepuk-nepuk kepalanya gemas. "Bangun. Makanannya sudah jadi tuh. Mandi dulu selagi hyung siapkan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's love? || OngnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang