NejiTen + SasuSaku
Tenten's POV
"Aku tidak mengerti apa itu cinta."
"Aku tidak tahu apa itu cinta."
"Aku...""Tenten-chan!" Seru seseorang. Aku tersadar dari lamunanku dan menoleh ke sumber suara. Ternyata Sakura.
"Sakura. Ada apa?" Tanyaku sambil tersenyum.
"Kau lihat Sasuke? Aku tidak melihatnya seharian ini..." Kata Sakura. Aku mengerutkan dahi.
"Tumben. Biasanya kau bersama dengannya sepanjang waktu..." Jawabku. Sakura diam sebentar, lalu mengulang pertanyaannya.
"Bagaimana? Apa kau melihatnya?" Tanyanya. Aku menggeleng.
"Maaf, Sakura-san, tapi aku belum melihatnya seharian ini..." Jawabku. Sakura tampak kecewa.
"Ooh... Begitu ya..." Gumamnya. Untuk sesaat wajahnya terlihat sedih. Namun ia kembali tersenyum.
"Terima kasih ya, Tenten-chan! Jangan terlalu murung ya~" Katanya.
"Iya...Eh?" Kataku kaget. Sejak kapan ia tahu aku punya masalah?
"Dadah~!" Seru Sakura. Lalu ia berbalik dan berjalan kembali ke arah lapangan.
Aku menghela napas.
Masalah? 'Ini' bukan masalah. Ini sama sekali bukan masalah. Aku hanya sedang melamun, itu saja. Itu saja...
Namun...
Apa benar ini bukan sebuah masalah bagiku? Atau aku hanya menipu diri?
"Aah! Sudahlah..."
"Sudahlah apa?" Tanya seseorang. Aku terlonjak kaget.
"Ne, Neji!" Seruku kesal. Ia menatapku.
"Ada apa Tenten? Tumben. Biasanya kau akan menyadari kehadiranku..." Tanyanya heran. Aku mendengus kesal.
"Itu bukan urusanmu, kan?" Kataku. Ia menatapku, kali ini lebih tajam.
"Tenten, katakan padaku sebenarnya ada apa. Sudah berhari-hari kau seperti ini! Ada apa sebenarnya?" Kata Neji dengan nada memaksa. Aku memalingkan muka, lalu menjawabnya dengan nada dingin.
"Sudah kubilang, Neji, itu bukan urusanmu." Jawabku.
"....Hmph. Baiklah. Kalau kau tidak mau jujur padaku, tidak apa-apa." Kata Neji. Lalu kudengar suara langkah kaki menjauhiku. Neji pergi.
Aku kembali menghela napas.
Mengapa aku tidak bisa menatap mata Neji? Apa-apaan ini?
Lalu, soal itu... 'Cinta'...
Aku tidak mengerti cinta. Mungkin lebih tepat kalau aku tidak lagi mengerti apa itu cinta. Tidak setelah Kankuro...
"Hentikan pikiran itu, Tenten... Hentikan saja.." Batinku. Rasanya hatiku sakit...
Aku menopang dahiku dengan tangan dan menatap keluar jendela. Langit senja berwarna kemerahan terlihat jelas.
"Panda madu..." Gumamku tanpa sadar. Ingatanku melayang ke hari dimana Kankuro masih bersamaku dan yang lainnya.,,
Aku mengingat semuanya.
Saat ia memberiku nama Panda madu...
Aku menatap langit kemerahan itu dengan sendu. Aku terus memikirkan Kankuro tiap kali melihat langit kemerahan itu.
"Aku tidak boleh begini terus..." Gumamku.
Aku bangun dari bangkuku dan berlari menjauhi tempat berkumpul Rokie 9.
"Tenten-chan, mau kemana?" Tanya Gai Sensei. Aku masih berlari saat menjawabnya.
"Aku mau ke kota!" Seruku, dan terus berlari.
"Tapi-"
Kata-kata Gai Sensei selanjutnya tidak dapat kudengar. Aku sudah terlanjur keluar dari tempat perkumpulan Rokie 9 dan terus berlari ke kota.
Kurasakan angin menerpaku, membuat rambut merahku berkibar. Aku terus berlari, dan berlari...Matahari hampir tenggelam sepenuhnya saat aku sampai di pusat kota. Lampu-lampu sudah dinyalakan, membuat seluruh kota gemerlap akan cahaya.
Pusat kota tampak ramai. Sepertinya ada sebuah perayaan. Semua orang tampaknya berada di pusat kota. Bahkan Ino dan Sakura ada disini, bersama dengan teman-teman lainnya. Neji ada di stand buah disebelah sana. Tapi, aku tidak melihat Sasuke disini.
Aku baru akan pergi saat Ino dan Sakura menyapaku.
"Tenten-chan! Akhirnya kau datang juga!" Seru Sakura.
"Hah?" Tanyaku bingung. Ino menjawab sambil tersenyum senang.
"Perayaan ulang tahun kota! Kakashi Sensei telah mengatakannya kemarin kan? Kami kira, kau tidak akan datang~" Kata Ino.
"Aku tidak... Aku..."
"Selamat bersenang-senang, Tenten-chan! Cerialah!" Kata Sakura. Lalu ia dan Ino pergi ke tempat Neji. Aku menatap mereka semua.
"Ceria..ya?" Gumamku. Aku tersenyum kecil.
Keadaannya benar-benar bising disini. Aku butuh tempat tenang...
Aku menoleh ke sekitarku. Kulihat sebuah bukit tak jauh dari sini. Bukit itu tempat aku dan yang lainnya bermain saat kami masih kecil. Bahkan sampai sekarang pun, beberapa dari kami masih sering kesana.
Lagipula, suara di pusat kota tidak akan mencapai bukit itu. Berarti bukit itu sunyi.
Aku tersenyum kecil, dan kembali berlari, kali ini menuju bukit itu.
Suara bising perlahan-lahan mengecil selama aku berlari.
Setelah beberapa saat, akhirnya aku sampai di bukit itu. Bintang sudah terlihat jelas saat aku sampai. Suasananya memang sepi seperti dugaanku. Udara yang sejuk mengalir ringan.
Sempurna.
Aku duduk di samping pohon yang biasa dipanjat Sasuke dan yang lainnya dulu. Kusandarkan kepalaku pada batangnya yang kokoh.
Kota terlihat indah dan menabjubkan dari sini, begitu juga dengan jutaan bintang yang bergemerlap di langit. Cahaya bulan bersinar lembut.
"Indahnya.." Gumamku.
"Ya... Aku suka tempat ini karena keindahannya, Tenten!" Kata seseorang. Aku tahu suara itu. Itu...
"Sas..suke?" Tanyaku ragu-ragu.
"Yep! Sedang apa kau disini?" Tanyanya. Aku menoleh ke sekitarku.
"Kau dimana?" Tanyaku. Sasuke menjawab.
"Di atas sini..." Katanya. Aku mendongak. Ia sedang duduk di salah satu dahan pohon yang kusandari. Ia lalu meloncat turun dan duduk disampingku.
"Jadi, Tenten... Apa yang kau lakukan disini? Kenapa tidak di kota?" Tanya Sasuke. Aku menatapnya.
"Kau sendiri? Bukannya kau semestinya bersama Sakura?" Tanyaku balik. Ia mengangkat bahu.
"Aku... Sedang ada pikiran." Jawabnya. Aku mengangkat alis.
"Ia mencarimu seharian ini, tahu. Kemana saja kau?" Tanyaku.
"Hei, Tenten, satu-satu dong. Aku disini dari tadi kok." Jawab Sasuke.
Aku meggelengkan kepala tidak percaya.
"Kenapa kau ini?" Tanyaku.
"Ia sudah mencarimu seharian. Kenapa kau menghindarinya?"
"Jangan aku duluan dong. Bagaimana dengan kau? Mengapa kau tidak di kota?" Tanya Sasuke sambil menatapku.
"Yah... Aku-"
"Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu ya?" Tanya Sasuke memutus perkataanku. Aku mengangguk kecil.
"Sudah kuduga.." Gumamnya. Aku diam saja. Sejak kapan ia berubah menjadi seperti ini? Ia lebih... Ingin tau urusan orang lain?
BWOSH.
Sekerlip api muncul dari mulut Sasuke. Ia mengambil beberapa ranting kayu, lalu menyusunnya, membentuk susunan kayu untuk api unggun. Lalu dengan api tadi ia membakar kayu-kayu tersebut, menghasilkan api unggun kecil dengan cahaya lembut.
Aku menatapnya. Ia menatapku balik, dahinya berkerut.
"Kenapa?" Tanyanya. Aku menyelipkan rambutku ke telinga. Aku mendongak, menatap bintang-bintang.
"Entahlah, Sasuke. Akhir-akhir ini aku aneh..." Gumamku pelan.
Sasuke hanya diam. Ia lalu ikut menatap bintang.
"Aku terus memikirkan hal ini... Sasuke, kau pernah mengalami hal seperti ini?" Tanyaku. Ia menoleh.
"Hal apa?" Tanyanya. Aku membuka mulutku, berusaha menjawab pertanyaannya.
"Yah... Itu..."
"Ya?"
".....Tidak jadi deh." Kataku, menyerah. Susah...
"Tidak apa-apa kalau kau belum bisa bilang, Tenten..." Katanya. Lalu ia memandang jauh ke kota. Pandangannya, entah mengapa, agak sedih.
Aku hanya diam. Ia benar-benar berubah...
Neji juga... Ia lebih perhatian sekarang.
Sakura juga... Ia lebih tegar dari yang dulu.
Mengapa hanya aku yang tidak berubah?
Aku menulis secara asal di rerumputan. Semua ini memusingkan saja...
"Ten, Tenten?" Panggil Sasuke tiba-tiba. Aku menoleh.
"Ya? Ada apa?" Sahutku. Ia diam sebentar.
"Menurutmu... Apa Sakura bahagia?" Tanyanya gugup. Aku mengerutkan dahiku, entah kesekian kalinya dalam hari ini.
"Maksudmu?" Tanyaku bingung. Ia bermain-main dengan apinya sekarang.
"Yah.. Apa menurutmu Sakura bahagia bersamaku?" Tanya Sasuke, suaranya memelan. Aku menatapnya.
"Tentu saja dia bahagia. Kau kan pacarnya. Berarti dia mau dan senang bersamamu dong?" Tanyaku balik. Sasuke mengangguk.
"Ya, aku tahu itu..." Katanya pelan. Lalu ia menatap api unggun itu dengan murung.
"Lalu? Mengapa kau berpikir Sakura tidak bahagia?" Tanyaku. Sasuke menghela napas panjang.
"Akhir-akhir ini aku sering mendapat misi yang berbahaya. Kau ikut di beberapanya kan?" Tanya Sasuke. Aku mengangguk.
Ia lalu melanjutkan ceritanya.
"Yah.. Kau ingat misi kita yang terakhir?" Tanya Sasuke lagi. Aku kembali mengangguk. Misi itu memang berbahaya.
"Ya. Saat kita pergi bertiga dengan Neji kan?" Tanyaku memastikan. Sasuke mengangguk.
"Nah... Sebenarnya Sakura juga mau ikut." Kata Sasuke. Aku mengangkat alis.
"Lalu? Kenapa dia tidak bersama kita?"
Hening.
Hanya terdengar suara semilir angin yang dingin.
Sasuke membuka mulutnya.
"Karena aku melarangnya...."
.
.
.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Cinta
RomancePerjalanan Tenten untuk mengetahui apa itu cinta. Apakah Tenten menemukan cinta sejatinya? Dan apakah Sasuke yakin dengan perasaannya terhadap Sakura NejiTen + SasuSaku