Chapter 2

804 46 1
                                    

NejiTen + SasuSaku

Suasana masih sunyi.
Hanya terdengar semilir angin dan gemerisik lembut dedaunan.
Aku terus menatap Sasuke. Terdiam oleh perkataannya. Sasuke melarang Sakura mengikuti misi? Mengapa?
"Apa maksudmu, Sasuke?" Tanyaku. Sasuke masih menatap api unggun.
"Kau tahu, Tenten, saat kau begitu menyukai seseorang, kau tidak ingin orang itu terluka dalam bentuk apapun. Kau hanya ingin melindunginya…" Kata Sasuke pelan. Aku masih tidak mengerti.
"Lalu?"
"Yah… Aku hanya ingin mencegahnya masuk ke medan berbahaya…" Gumam Sasuke. Aku terpana.
"Sasuke." Panggilku pendek. Ia menoleh.
"Apa?"
BUAK!
Aku memukul kepalanya.
"OUCH!" Seru Sasuke kaget.
"Apa yang kau—"
"Itu bukan mencegahnya menghadapi bahaya kan? Itu sama seperti kau mengurungnya dalam kotak! Lagipula, apakah kau tahu bagaimana perasaan Sakura yang sesungguhnya?" Kataku dengan nada keras. Sasuke terpana.
"Coba kau ingat-ingat apa reaksinya saat kau bilang ia tidak boleh ikut. Aku memang tidak bisa mencampuri hubungan kalian berdua, tapi kalau melihat Sakura yang sekarang…" Suaraku menghilang. Sasuke menunduk muram.
"Yeah, Tenten, kau benar." Gumamnya pelan. Aku menghela napas.
"Yah… Aku juga tidak berhak bilang apa-apa sih sebenarnya…" Kataku pelan. Aku menatap api unggun yang memancarkan cahaya redup namun hangat.
Suasananya sunyi.
Aku hanya diam, memikirkan masalaku sendiri yang sebenarnya sudah kulupakan tadi. Apa yang tadi kukatakan? Aku tidak berhak mengatakan hal macam itu…
"Tenten?" Panggil Sasuke tiba-tiba, membuyarkan lamunanku.
"Ya?" Tanyaku.
"Kau tahu dimana Sakura? Aku, aku ingin minta maaf." Kata Sasuke pelan. Senyum mengembang di wajahku.
"Hmm~ Sakura ada di kota bersama Ino dan yang lainnya." Kataku. Sasuke bangkit berdiri.
"Oke! Aku akan menemuinya!" Seru Sasuke. Aku mengangguk.
"Yeah, temui dia, Sasuke." Kataku sambil tersenyum. Sasuke mengangguk dan mulai berlari.
"SASUKE!" Seruku tiba-tiba. Ada sesuatu yang lupa kukatakan.
"Apa?" Tanyanya.
"Ingatlah, Sakura merasakan hal yang sama denganmu!" Seruku lagi. Ia mengerutkan dahinya.
"Maksudmu?" Tanyanya. Ia menghampiriku lagi. Aku menarik napas panjang.
"Yah, kau ingin melindungi Sakura kan? Sakura juga ingin melindungimu. Makanya dia minta ikut misi. Ya kan? Ingat itu!" Kataku. Ia terpana sedetik, dan langsung berlari.
"TERIMA KASIH, TENTEN!" Serunya sambil berlari. Aku melambaikan tangan.
"Yeah, sama-sama, Sasuke." Gumamku pelan. Senyum di wajahku luluh pelan-pelan.
Kini aku kembali pada kesendirianku.
Kembali pada masalahku. Aku… Aku masih tidak mengerti.
Mengapa permasalahan macam "Cinta" saja sampai ribet seperti ini. Konyol sekali…
Tapi, aku bisa sampai murung seperti ini. Susah. Haah.
Aku terus melamun, bingung. Mengapa aku seperti ini ya? Dan lagi-lagi, Neji muncul di kepalaku. Apa-apaan ini?
Aaah, sudahlah. Biarkan saja. Aku jadi bingung sendiri kan…
Well… Lebih baik aku bergabung pada Neji dan yang lainnya sajalah…
"Haaah…" Aku menghela napas panjang untuk kesekian kalinya di hari ini. Aku beranjak berdiri, dan mulai berjalan.
KRSAK!
Aku menoleh tiba-tiba.
"SIAPA?" Seruku. Aku mengeluarkan sebuah kunai.
Sesosok orang muncul dari kegelapan. Aku bertambah siaga.
"Tu, tunggu, Tenten. Ini aku!" Seru orang itu. Aku terpaku. Suara itu…?
"Neji… ya?" Tanyaku. Orang itu menyahut.
"Iya lah. Siapa lagi? Simpan kunaimu, Tenten!" Serunya. Aku menghilangkan kunaiku.
"Astaga…" Kataku pelan. Ia mengerutkan dahi.
"Hei, kau nyaris mencabut nyawaku, tahu tidak?" Gumamnya. Aku mengibaskan tanganku.
"Siapa suruh kau mengedap-endap seperti itu?" Balasku. Ia mengangkat bahu, lalu duduk di rerumputan. Aku mengikutinya.
Aku duduk disebelahnya. Kami berdua hanya diam, melihat bintang. Tidak berbicara apapun.
Aku menatapnya. Ia tampak… Berbeda. Lebih dewasa, mungkin? Lebih tenang… Dan ia mulai perhatian dengan yang lainnya… Itu kemajuan, kan?
Aku menunduk sejenak.
"Tenten?" Tanya Neji. Aku menghela napas.
"Ya?" Sahutku, tidak menatapnya kembali.
"Apa kau punya masalah? Kau terlihat… Bingung." Gumam Neji. Aku mendongak, dan tersenyum.
"Bukan masalah besar, Neji~" Kataku, berusaha menutupi perasaan kalut dalam hatiku. Namun, Neji tidak dapat ditipu. Ia menatapku dalam.
"Ayolah, Tenten, aku megenalmu sejak kecil. Aku tahu kau bingung akan sesuatu! Bilang saja, kenapa sih?" Desaknya. Aku menghela napas.
"Haaah… Ini tidak semudah itu kukatakan, tahu?" Gumamku. Neji mengerutkan dahi.
"Apa salahnya? Cuma tinggal bilang saja, begitu kan?" Kata Neji. Aku tersenyum kecil.
"Ya, kau benar…" Jawabku.
Hening.
Neji mengacak rambutnya.
"Dengar, Tenten—"
"Neji?" Panggilku, memutus perkataannya. Aku menatapnya. Ia menatapku balik.
"Ya?" Jawabnya. Aku menarik napas panjang, dan bertanya padanya.
"Neji… 'Cinta' itu seperti apa?"
.
.
.
-Chapter 2, END-

Arti CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang