Chapter 3

778 39 3
                                    

NejiTen + SasuSaku

Neji terpana mendengar pertanyaanku. Sudah kuduga, pertanyaanku memang terlalu aneh…
"Erm… Cinta ya…" Gumam Neji. Aku tersentak kaget. Ia menatapku. Aku mengangguk pelan, pelan sekali.
Ia terdiam. Aku juga membisu, terlalu malu untuk mengatakan sesuatu. Apa yang telah kutanyakan? Itu sangat memalukan…
"Begini, Tenten…" Kata Neji tiba-tiba. Aku tersentak.
"Ya?" Tanyaku. Neji menjawab lirih.
"Erm, yah, ng, cinta itu…" Gumamnya. Aku memajukan badanku, antusias dengan jawabannya.
"YAA?" Pancingku. Wajah Neji memerah.
"Eh… Jadi… Kok susah bilangnya… Yah…" Gumamnya lirih. Aku kembali memajukan badanku lebih dekat. Aku sudah kelewat antusias mendengar jawabannya.
"Ya? Jadi?" Tanyaku bertubi-tubi. Wajah Neji kini merah sepenuhnya. Ia mulai mundur.
"Erm, Tenten?" Katanya gugup. Aku menjawab.
"Ya? Ada apa?"
"Kau mungkin mau mundur sedikit…?" Katanya. Kusadari bahwa wajahku kini sangat dekat dengan wajahnya. Kurasakan wajahku memanas.
"Ah, maaf." Kataku sambil mundur beberapa meter secepat kilat. Neji terkejut melihat kelakuanku, lalu tertawa.
"Hahahaha! Tidak usah sampai sejauh itu juga… Ayo kesini!" Kata Neji sambil tertawa. Ia menyuruhku duduk disampingnya. Aku tersenyum kecil, bangkit berdiri, dan duduk disebelahnya.
Aku dan Neji menatap cahaya gemerlap dari lampu-lampu kota Konoha. Sangat indah… Ditambah lagi cahaya lembut rembulan yang menyinari kami, dan juga kelap-kelip jutaan bintang di atas kami. Angin berhembus pelan, lembut namun menyejukkan.
Kami berdua hanya diam untuk beberapa saat. Menikmati keindahan yang disajikan alam untuk kami semua….
Aku menoleh, menatap Neji. Wajahnya tampak tenang saat melihat jauh ke kota. Hembusan angin membuat rambut panjangnya berantakan, namun semua itu tampak keren untuknya. Tanpa sadar, aku terus memandanginya. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya…
Tiba-tiba Neji menoleh kearahku. Aku tersentak.
"Tenten… Kau benar-benar mau tahu seperti apa cinta itu?" Tanyanya. Wajahnya penuh tekad, entah tekad apa. Aku mengangguk gugup.
"I, iya…?" Jawabku. Neji menarik napas panjang, dan mulai berbicara.
"Begini, Tenten… Cinta itu perasaan." Kata Gray pendek. Aku mengerutkan dahi.
"HAH?" Sentakku. Ia mengangkat bahu.
"Iya, cinta itu perasaan." Jawabnya santai. Aku mengepalkan tinjuku.
BUAK!
"Hei! Sakit tahu!" Seru Neji sambil memegang kepalanya yang baru saja kujitak.
"Kalau itu sih aku sudah tahu! Maksudku, bagaimana caranya mengetahui kalau itu adalah perasaan cinta?" Seruku kesal. Neji mengacak rambutnya lagi.
"Aaah, kau ada-ada saja…" Gumamnya. Ia menatapku.
"Begini, Tenten… Cinta itu perasaan yang membingungkan…" Katanya pelan. Wajahnya serius. Angin kembali berhembus pelan.
DEG!
Kurasakan jantungku berdetak kencang. A,apa ini? ADA APA INI?
Aku panik, namun aku berusaha mati-matian untuk tidak menunjukkannya.
"Saat kau mencintai seseorang, kau akan sangat senang berada disekitar orang itu. Kau akan merasakan jantungmu berdebar keras saat orang itu menatapmu. Kau akan berusaha mati-matian melindungi orang itu, meskipun nyawamu adalah taruhannya…" Lanjut Neji. Ia lalu menunduk, menyembunyikan wajahnya.
Aku terdiam, tidak tahu harus mengatakan apa. Dalam diriku, aku merasakan beberapa kesamaan dari semua hal yang disebutkannya.
"Erm, Neji?" Panggilku. Ia menoleh, melihatku.
"Ya?" Jawabnya.
"Kau…Punya orang yang kaucintai?" Tanyaku gugup. Kurasakan jantungku berdebar keras. Sial Tenten, mengapa kau tanyakan hal seperti itu padanya?
Neji terlihat sangat terkejut mendengar pertanyaanku. Ia mengalihkan pandangannya.
"Ya… Ada." Gumamnya lirih. Kini giliranku yang terkejut.
"Si, siapa?" Tanyaku. Kurasakan jantungku berdebar semakin keras. Neji menunduk.
"Er… Yah… Aku tidak bisa mengatakannya…" Jawabnya lirih.
DEG!
Jantungku serasa tertohok, diiringi rasa sakit yang dalam. Kenapa ini?
Aku memaksa diriku tersenyum.
"O,oh… Begitu…" Gumamku.
Kini suasana canggung.
Aku mengutuk diriku sendiri. Tenten, apa yang telah kaulakukan…
Neji menatapku. Lama sekali. Aku menoleh kembali kearahnya.
"Neji? Kenapa?" Tanyaku. Neji menggeleng.
"Hmm.. Tidak ada apa-apa…" Katanya sambil tersenyum. Ia lalu bangkit berdiri.
"YEP! Tenten, ayo kita ke kota!" Serunya. Aku mengerutkan dahiku.
"Hah? Buat apa?" Tanyaku. Ia nyengir lebar.
"Untuk senang-senang, tentu saja! Bukannya hari ini ada festival besar di kota Konoha? Ayolah, kau akan menikmatinya!" Seru Neji bersemangat. Aku tersenyum lembut.
"Yah… Baiklah!" Kataku sambil bangkit berdiri. Kami berdua pun berjalan menuruni bukit, menuju pusat kota untuk menikmati Festival bersama dengan teman² yang lain…
.
.
.
.
-At Festival-
"TENTEN!"
Aku menoleh kaget. Siapa yang memanggilku?
Kulihat Sakura berlari riang menghampiriku. Ditangannya ada manisan apel, di sisi kepalanya ada topeng lucu. Aku tersenyum.
"Sakura. Kulihat kau bersenang-senang." Kataku sambil menunjuk 2 benda tadi. Sakura mengangguk.
"Yah, jarang-jarang ada perayaan meriah seperti ini kan? Lebih baik aku bersenang-senang!" Kata Sakura sambil tersenyum lebar. Aku mengangguk kecil.
"Itu memang benar." Balasku sambil tersenyum kembali. Aku mengibaskan tanganku dan melihat sekeliling. Neji sudah menghilang.
Kurasakan sedikit perasaan kecewa. Tunggu. 'Kecewa'? HAH?
Tenten, jangan bercanda! Kataku pada diri sendiri. Huh! Untuk apa aku kecewa?
"Apakah kau mencari Neji?" Tanya Sakura seakan membaca pikiranku. Aku tersentak. Kurasakan mukaku memanas. Sakura tertawa.
"Hahahaha! Neji ada disebelah sana~" Tunjuk Sakura ke arah stand taiyaki. Aku tersenyum melihat tingkah Neji yang kekanakan seperti meminta taiyaki lebih banyak dan sebagainya. Namun aku segera mengalihkan pandanganku.
Sakura menatapku aneh. Aku menatapnya balik.
"Apa?" Tanyaku bingung. Sakura menggeleng.
"Tidak…" Jawabnya pelan sambil tersenyum kecil. Lalu ia menarik tanganku.
"Ayo kesini! Ada yang ingin kubicarakan denganmu…" Katanya sambil berjalan. Aku terburu-buru mengikutinya.
Kami tiba di sudut dimana suasana cukup sepi. Ada beberapa pasangan disini, namun aku tak menggubris mereka. Sakura berhenti tiba-tiba dan melepas tanganku.
"Tenten?" Panggilnya. Aku menyahut bingung.
"Ya? Kenapa kau membawaku ke sini, Sakura? Ada sesuatu?" Tanyaku. Ia menatapku dalam-dalam.
"Apakah…. Apakah kau suka pada Neji?"
"A, Ap-?"
"Apakah kau suka padanya?" Tanya Sakura bertubi-tubi. Aku bingung harus menjawab apa.
"A, aku…"
"Ya?"
"Er, aku.."
"YAAA?" Sahut Sakura bersemangat.
"Er, Sakura, aku tidak tahu." Jawabku gugup. Sakura menghela napas kecewa.
"Yaaah… Kukira kau suka padanya…" Gumam Sakura pelan. Aku tertawa kecil untuk menutupi perasaan terkejutku tadi.
"Hahaha! Apa yang membuatmu berpikir begitu?" Tanyaku sambil tertawa gugup. Sakura mengangkat bahu.
"Yah… Aku melihat matamu mencari Neji saat aku berbicara padamu. Dan… Yah, kupikir…" Kata-kata Sakura menghilang dari pendengaranku. Pikiranku melayang.
Apakah benar aku suka pada Neji?
Aku memejamkan mata. Memikirkannya. Mengingat senyumnya. Kata-katanya. Postur tubuhnya. Kehangatannya…
Aku…
"Ten? Tenten! Kau mendengarkanku?" Sakura memecahkan lamunanku. Aku tersentak.
"Ah. Apa yang tadi kau katakan?" Tanyaku. Sakura menghela napas.
"Lupakan saja, Tenten. Ayo kita kembali.." Gumamnya sambil tersenyum penuh arti. Aku merasakan firasat buruk. Senyum Sakura terkesan…. Jahil, dan mengetahui semuanya.
"Maafkan aku-" Kata-kataku terputus.
"Sudahlah, aku tahu." Kata Sakura sambil tersenyum.
"Kau memang suka padanya, Tenten, dan tadi, aku yakin sekali, kau pasti sedang memikirkan Neji, kan?"
Sakura memandangku. Senyumnya penuh arti.
Kurasakan wajahku memanas.
"AHAAAAA! Ternyata benar?" Tanya Sakura kaget. Aku mengangguk lemah. Sakura tertawa senang.
"Akhirnya, Tenten ini ditaklukan! Tak kusangka Neji yang menaklukan hatimu…" Kata Sakura riang. Hei, apa-apaan dengan kata 'ditaklukan' ini?
"Erm, Tenten—"
"Aku tak menyangka! Neji? Neji yang itu? Dia memang memikat sih, kuakui itu, namun sampai Tenten jatuh hati padanya… Tak kusangka!" Sakura sibuk dalam dunia kegirangannya sendiri. Aura cerianya sampai terpancar kemana-mana.
"Err, Sakura, aku—"
"Tenten dengan Neji, ya? Cocok juga! Aku tak sabar menanti kelanjutan kisah mereka—"
"Sakura!" Seruku. Sakura menoleh.
"Ya?" Tanyanya. Aku menghela napas.
"Dengar, aku belum tahu apakah benar aku suka padanya atau tidak." Kataku tegas. Sakura mengerutkan dahi, aura cerianya hilang.
"Eh? Kenapa?" Tanyanya bingung. Aku menatapnya. Ia mengerti.
"Ah. Karena 'orang itu'…. Ya kan?" Tanya Sakura sedih. Aku mengangguk, dan melihat ke arah lain. Orang itu. Kankuro.
"Kau… belum bisa melupakannya?" Tanya Sakura lagi. Aku tidak menjawab. Hatiku terasa sakit, bahkan hanya karena mengingat namanya.
"….Ayo kita kembali saja, Sakura. Mungkin aku hanya butuh waktu… untuk memikirkan perasaanku." Gumamku. Sakura menunduk sedih.
"Yah… Baiklah…"

-TBC-

Arti CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang