"Ayo ceritakan padaku bagaimana rasanya?"Kimmon menanyai Bas dengan mengguncang-guncang badan Bas yang lebih kecil dibanding dirinya.
Sementara Copter, dia hanya bersandar pada bagian depan mobil Bas yang terparkir.
Ya, saat ini mereka bertiga telah berada di pelataran parkir kampus yang lumayan sepi karena jam perkuliahan sudah usai beberapa jam yang lalu. Kecuali bagi mereka yang memiliki jadwal sore atau malam.Setelah kejadian--yang menurut Bas--memalukan itu, Bas menyeret paksa kedua teman idiotnya keluar dari kantin yang penuh sesak. Ia tidak rela menjadi bulan-bulanan mahasiswa yang kebetulan berada di kantin. Ia malu. Merasa tak punya muka lagi.Bas ingin menghilang saja. Reputasinya sudah hancur ulah sahabat idiotnya.
"Bagaimana rasanya mencium lelaki?"ulang Kimmon dengan wajah idiot. Menaik turunkan aliasnya.
Bas menyentakkan kedua tangan Kimmon dibahunya lalu tiba-tiba menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ah, Kimmon dan Copter jadi kaget dan gelagapan sendiri. Pikir mereka, Bas akan menangis.
"B-Bas.......maaf....."lirih Kimmon dibalas anggukan kepala oleh Copter. Mereka merasa sudah kelewatan batas. Bagaimanapun juga mereka susah berteman bertahun-tahun,cukup lama semenjak sekolah menengah pertama. Bahkan Kimmon lupa kapan hari dan tanggalnya. Seingatnya,mereka kemana-mana selalu bertiga jadi kalau salah satu diantara mereka ada yang bersedih, yang lain tak akan tega juga seperti sekarang ini.
Bas melepas telapak tangannya dari wajah dan mendongak kasar ke arah Kimmon dan Copter. Ternyata ia tidak menangis. Hufftt!! Diam-diam kedua lelaki bergender sama itu menarik nafas lega.
"Ini semua gara-gara kau!!!"
Kimmon nyengir, mengusap tengkuknya dengan canggung."Kenapa aku? A-aku menyuruhmu untuk mencium bukan berarti kau harus menciumnya di.....bibir."
"Apa???!!!"Bas memekik dengan mata melotot seperti ingin melompat keluar dari sarangnya.
"Kau bisa menciumnya di pipi kan? "Kata Kimmon dengan wajah polos tanpa dosa.
"Sialan!!"desis Bas menghampiri Kimmon dengan tatapan tajam. Jika saja tatapan bisa membunuh, mungkin tubuh Kimmon sudah terbelah menjadi beberapa bagian. Membayangkannya membuat Kimmon bergidik.
"Kau mau mati,P'Kim??!!! Kau yang menyuruhku menciumnya, BODOH!!! "Bas menjulurkan tangannya mencekik Kimmon untuk yang kedua kalinya tapi Copter lagi-lagi menahan tangan Bas.
"Astaga Bas tarik nafas, lalu hembuskan. Ulangi!!! Tarik nafas, lalu hembuskan!! Kau harus tenang ."kata Copter.
"Kau bilang tenang?"pekik Bas membuat Kimmon dan Copter reflek menutup kedua telinga mereka. Demi tuhan, pekikan Bas membuat gendang telinga mereka pecah.
"Reputasiku sudah hancur gara-gara permainan bodoh kalian. Mau taruh dimana muka gantengku ini?"keluh Bas dramatis. Mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Oh ayolah, dari pada ganteng Bas lebih pantas di katakan cute. Entah dari mana pemikiran yang mengatakan dirinya ganteng. Cantik iya. Eh
Tiba-tiba gerakan tangan Bas terhenti. Tak sadar jemarinya telah turun ke bibir. Menekan-nekan bibir itu sedang raut tampak setengah bingung. Bibirnya terasa lebih kenyal dan tebal. Bayangan saat God melumat rakus bibirnya berkelebat di kepala Bas membuat wajahnya memerah.
"Sial! Panas sekali!!"lirih Bas mengipas-ngipas wajahnya.
"Apa? Panas katamu? Ciuman God itu panas? Yak!! Kenapa kau seperti wanita begini Bas??"pekik Copter khawatir.
"Astaga!!! Apa manusia es itu menyulapmu menjadi wanita?"Kimmon menambahkan dengan tampang horor.
Bas merengut kesal. Memukul kepala Copter dan Kimmon tanpa ampun seraya berkata "RASAKAN" membuat kedua bocah itu menjerit-jerit kesakitan.

KAMU SEDANG MEMBACA
TRUTH or DARE (BoyxBoy)
Teen FictionBas Suradet adalah seorang laki-laki straight tulen. Bagaimana jika ia terjebak permainan yang dimainkannya bersama kedua temannya dan bertemu dengan Pangeran Es yang ternyata adalah seorang bisex?