Sekarang.....
"Kau akan membuatnya membeku jika terus menatapnya seperti itu."
Sebuah suara mengalihkan perhatian God. Matanya sepenuhnya lepas dari pemuda yang beberapa saat lalu menggombalinya. Ketika menemukan Tae yang berbicara, ia mendengus dan menyeruput teh kemasannya dengan khidmat. Masa bodoh jika mereka dan bahkan sahabatnya sendiri mengatainya dingin seperti es.
"Aku tidak keberatan jika kau naksir padanya."kata Tae lagi. Ia menaruh baki makanan yang baru didapatnya ke meja.
"Dia yang naksir padaku!"ralat God acuh tak acuh.
Tae memutar bola mata."Kita sudah saling mengenal sejak kau masih merah,God. Tatapanmu mengatakan bahwa kau naksir padanya."
"Aku akan membuktikannya kalau dia yang suka padaku."
"Dia straight, bila kau lupa."
"Whatever."kilah God."Banyak laki-laki straight yang akhirnya menjadi gay karena keadaan."
"Maksudmu,kau mau membuatnya jadi Gay?"tanya Tae. Saat God hendak menjawab,seorang temannya lagi datang membawa baki makanan. Itu Tee Jaruji---yang tidak ada yang tahu bahwa ia adalah pacarnya Tae.
"Kenapa kau lama?"tanyanya pada Tee."Banyak wanita yang malah bergosip disana, menghalangi antrean."bibir Tee Jaruji mengerucut sebelum akhirnya memakan ayam dalam piringnya.
Saat Tae mengacak-acak rambut Tee,God mendengus."Jangan lakukan itu didepanku!!!"
Tae terkekeh. Tee pernah bilang bahwa ia menyukai Tae dengan ekspresi seperti itu. Tae seorang Bi. Awalnya dia adalah straight--sebelum mengenal Tee. Mereka bertemu tanpa sengaja dipesta ulang tahun teman Tee. Ketika Tee mengenalkannya pada God, Tee dibuat terkejut karena mereka adalah teman masa kecil. Mereka bertetangga. Dan Tae sudah tahu mengenai orientasi seksual God sejak lama.
Kisah percintaan Tae dan Tee tidak rumit. Ketika keduanya dekat, akhirnya Tee berani mengakui bahwa ia gay. Dengan gaya congkaknya bahkan menyatakan perasaannya pada Tae, yang tanpa disangkanya, Tae menerima perasaan itu.
"Jangan iri, God. Itu membuatku muak."jawab Tee.
"God sedang mengalami cinta sepihak, kau harus menghiburnya."Tae berkata pada Tee.
Mata Tee berbinar."Benarkah?Siapa orangnya? Kenapa dia menolakmu?"
"Belum menolak, God belum menyatakan cinta."ralat Tae.
"Oh God, sampai kapan kau akan jadi Pangeran Es terus?"Tee memutar bola mata."Kau harus cari pacar supaya kau tidak dikejar-kejar penggilamu itu."
God memilih menulikan pendengarannya. Fokus matanya kembali pada pemuda berisik yang dua jam yang lalu sudah memasuki otaknya. Jarak pada pemuda itu hanya terpisah satu meja bundar.
Tak sulit untuk menangkap ekspresi mendung yang terpampang jelas diwajah putih Bas. Tanpa sadar God tersenyum, sepertinya Bas memang kehabisan kata-kata karena kedua teman-temannya mengejeknya habis-habisan.
Sebenarnya God mendengar beberapa kata yang dilontarkan teman-teman Bas tersebut. Dan ekspresi Bas setelah itu terkadang kaget dan matanya membelalak lucu. God sudah tahu bahwa ia dijadikan objek permainan oleh mereka. Alih-alih marah, God malah ingin berterima kasih.
"Namanya Bas Suradet."suara Tae mengagetkannya,ternyata kedua temannya masih sibuk membicarakannya. "Wajahnya sangat mulus untuk ukuran laki-laki, kan? Lihatlah matanya begitu indah."
"Oh menurutmu begitu?"Tee memutar bola mata.
"Tapi kau jauh lebih baik dibanding dia."kata Tae disela kekehannya. Kecemburuan Tee begitu jelas walau ia tak mengatakannya langsung.

KAMU SEDANG MEMBACA
TRUTH or DARE (BoyxBoy)
Genç KurguBas Suradet adalah seorang laki-laki straight tulen. Bagaimana jika ia terjebak permainan yang dimainkannya bersama kedua temannya dan bertemu dengan Pangeran Es yang ternyata adalah seorang bisex?