"Nih!!" God menempelkan kaleng minuman dipipi Bas membuat Bas memekik kaget. Wajahnya langsung menggambarkan "Ah sialan."
God mendengus geli,melihat Bas yang menerima minuman dengan enggan sedang muka dipasang semasam mungkin. Mulutnya komat kamit mendesiskan umpatan kebencian.
Jujur, God kangen dengan berandalan kampus ini padahal baru satu malam tidak bertemu rasanya sudah bertahun-tahun. God rindu mendengar mulut besar Bas yang sangat berisik. Jika sebagian orang tidak menyukai kicauan Bas, lain hal nya dengan God. Mendengar suara Bas yang berisik, ia serasa mendapat nyanyian dari syurga. Begitu menenangkan.
Ok abaikan God yang tertular virus lebaynya Tee.Entah kenapa tingkahnya membuat God ingin sekali......ingin....menci......
Tunggu!!
Kenapa otak dan fikiran God miring begini? Fokus God!! Fokus!!!God mengambil tempat duduk disamping Bas, namun detik kemudian Bas buru-buru berdiri. God dengan sigap menarik tangan Bas, menggenggamnya kuat. Erat.
"Mau kemana?"God bertanya dengan tatapan tajam.
Bas berdecih."Ke kelas."
God masih memegang tangan Bas, tak melepas tangan itu. Begitu Bas berusaha untuk pergi, God menariknya hingga Bas terduduk lagi.
"Jangan pergi dulu. Kelasmu masih lama,kan? Minuman kita belum habis."Bas berdecih,God menyeringai.
Membuat Bas tunduk adalah masalah kecil bagi God. Dia telah memegang kartu AS Bas,ingat?God membuka tutup kaleng minumannya,lalu meneguk isinya. Bas meliriknya diam-diam. Setelah itu dia mengikuti apa yang dilakukan God.
"Kenapa menghindar,Yang?"
Seketika itu Bas tersedak minuman didalam mulutnya. Apa dia bilang?? Yang?? Sayang?? Demi celana dalam Selena Gomez, Bas merinding disko mendengar kata Yang dari mulut God.
Cepat-cepat ia membersihkan mulutnya,sementara God nyaris saja tertawa."Siapa yang menghindar,hah? Yang Yang. Siapa yang kau panggil sayang? Memangnya aku pacarmu?"pekik Bas sengit.
"Memang kau pacarku,kan?"God menjawab santai.
Bas mengebrak meja. "Aku pacaran denganmu? Bermimpilah, God Itthipat!!!"elak Bas dengan wajah semerah cherry. Bas itu sudah malu.
Matanya mengedar keseluruh penjuru kantin, semua mata memandang padanya. Bahkan ada beberapa yang berbisik-bisik kearahnya. Bas meringis. Imagenya makin hancur jika begini terus. Kenapa sih harus di kantin lagi? Semenjak insiden kemaren, Bas sangat membenci yang namanya "KANTIN KAMPUS". Ia bahkan telah menandai agenda hariannya bahwa kantin adalah tempat terkutuk yang harus ia hindari. Tapi pria es ini seenak jidat menyeret Bas.Dengar...
Sebagian ada yang berceloteh..."Oh pasangan baru yang tidak normal itu."
"Astaga mereka sweet."
"Cih dasar homo."
"Mereka cocok juga."
Sumpah!! Bas tidak tahan.
Menghiraukan pekikan Bas, God menyandarkan punggungnya disandaran kursi sambil mengusap-usap lubang telinganya. Kenapa berandalan kecil ini suka sekali berteriak? God jadi kuatir gendang telinganya akan pecah jika lama-lama didekat Bas. Ini bahkan baru satu hari setelah mereka........ehm JADIAN.
"Apa kau selalu berbicara seperti ini?"God mendengus."Berteriak-teriak tidak jelas, memangnya kau wanita?"
Bas mengeram. "Kau meragukan genderku, hah? Apa aku perlu membuka celana disini agar kau lihat bahwa aku ini pria, BODOH!!! P-R-I-A. Apa yang kau punya,aku juga punya. Jadi masih kurang jelas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUTH or DARE (BoyxBoy)
Teen FictionBas Suradet adalah seorang laki-laki straight tulen. Bagaimana jika ia terjebak permainan yang dimainkannya bersama kedua temannya dan bertemu dengan Pangeran Es yang ternyata adalah seorang bisex?