Empat

41.6K 3.2K 50
                                    

Hari ini Farrel dan Gisel tidak masuk kuliah karena kepindahan Farrel ke rumah keluarga Sandjaya dilaksanakan hari ini.

Sebenarnya Gisel tidak mau ikut campur dan ingin masa bodoh saja. Tapi, ayahnya yang datang untuk membantu membawa barang-barang Farrel menatapnya dengan tajam seolah memperingatinya untuk jaga sikap. Gisel pun akhirnya membantu membawa barang-barang Farrel yang mudah dia bawa. Lagi pula Gisel juga harus menghormati mertuanya. Gisel tidak mau mencari masalah dengan kedua mertuanya. Karena dari wajahnya juga Gisel bisa melihat kalau orangtua Farrel bukanlah orang yang lemah lembut. Terkesan menyeramkan. Sangat berbeda dengan Farrel yang lemah.

Gisel mengangkat sebuah kardus berisi buku-buku milik Farrel. Kening Gisel berkerut saat mengangkat kardus yang berat itu. Sepertinya Farrel lebih banyak mengoleksi buku dari pada pakaian. Tentu saja, buku Farrel ada sekitar 5 kardus. Sedangkan pakaiannya hanya 1 koper. Benar-benar cowok aneh bagi Gisel.

"Biar aku saja." Gisel menengok ke belakang. Disana Farrel berdiri dan menatapnya. Tangannya terulur meminta kardus yang Gisel bawa.

"Nggak perlu. Kau bawa aja yang lain." Ucap Gisel dengan ketus seraya melenggang pergi meninggalkan Farrel yang terdiam. Farrel pun mengalah. Tadinya dia kasihan saja saat melihat Gisel yang terlihat keberatan membawa kardus itu. Tapi ya kalau Gisel mau tak apa juga.

Farrel pun berjongkok untuk membawa kardus yang tinggal satu lagi. Setelah itu Farrel berjalan mendekati pintu. Saat sudah diambang pintu, Farrel berbalik sebentar dan menatap kamarnya yang sebentar lagi akan dia tinggalkan. Farrel merasa berat meninggalkan kamar yang sudah dia tempati selama belasan tahun itu. Tapi, dia juga tidak bisa apa-apa. Ayah dan ibunya pun merelakannya untuk pergi dari rumah itu. Berarti dia juga harus rela berpisah dengan orangtuanya dan saudara-saudaranya.

Farrel berjalan lagi lalu menutup pintu. Mulai hari ini semuanya akan berubah. Dan Farrel harus siap untuk semua perubahan yang akan terjadi. Entah itu perubahan yang baik ataupun buruk.

***

Keesokan harinya

Farrel sudah siap untuk pergi kuliah. Dia masih berada didalam kamar barunya yang ada di rumah keluarga Sandjaya. Dia juga tidur sendiri, tidak bersama Gisel. Katanya Gisel tidak mau tidur bersamanya dan ingin pisah kamar. Farrel tentu tak keberatan. Dia bahkan lebih nyaman jika sendiri.

Farrel menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. Dia memakai celana jeans berwarna hitam dan kemeja lengan panjang berwarna merah. Kemeja dimasukkan kedalam celana dan semua kancingnya dikancingkan. Matanya dilindungi oleh sebuah kacamata dan rambutnya yang tertata begitu rapi.

Penampilannya memang tidak keren. Pantas saja Gisel menyebutnya cupu. Karena itu memang benar adanya.

Terkadang Farrel juga berkeinginan untuk berubah, sama seperti keinginan ibunya. Tapi Farrel tidak bisa. Dia tidak tahu bagaimana caranya. Hingga pada akhirnya dia kembali seperti ini.

Mungkin memang sudah takdirnya kalau dia harus menjadi laki-laki seperti ini. Yang cupu dan lemah.

Farrel menunduk sesaat lalu berbalik dan berjalan ke arah meja belajarnya untuk mengambil tas yang sudah dia siapkan sejak tadi malam. Farrel meraih tas itu lalu menyampirkannya di bahu kiri.

Setelah itu Farrel pun keluar dari kamar bercat kuning itu.

***

Farrel kini berada dikelasnya. Dia duduk dibangku paling depan seraya membaca buku. Dosen yang mengajar pun belum datang.

"Yang, nanti ikut aku oke?" Sebuah suara terdengar memasuki gendang telinga Farrel. Itu adalah suara laki-laki yang Farrel kenal.

"Tentu dong Yang." Farrel bergidik geli mendengar suara seorang perempuan yang membalas pertanyaan si laki-laki.

Farrel kuliah dan mengambil jurusan bisnis. Dia memiliki cita-cita ingin menjadi seorang pengusaha sukses hasil dari kerja kerasnya sendiri. Namun, satu tahun yang lalu ibunya mengatakan kalau Farrel harus memimpin perusahaan keluarga Ibunya yang sekarang dipimpin oleh kakak kedua Farrel. Farrel hanya mengiyakan saja.

Dan Farrel tidak menyangka kalau ternyata Gisel dan Marco mengambil jurusan yang sama dengan Farrel. Dua suara dibelakangnya tadi itu adalah suara Marco dan Gisel.

Farrel sudah tahu perihal hubungan Marco dan Gisel bahkan sebelum dia menikah dengan Gisel. Dan ternyata mereka masih berhubungan walaupun sekarang Gisel sudah berstatus istrinya. Itu mengartikan kalau Gisel memang tidak mau berita pernikahan mereka diketahui anak-anak kampus dan Gisel tidak akan pernah menganggapnya.

Farrel memang merasa tidak nyaman dengan kenyataan ini. Karena sekarang, dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Maksudnya, dia jauh dari orangtuanya dan ibunya tidak tahu apa yang terjadi padanya. Biasanya ibunya lah yang selalu menghibur dan menguatkannya. Tapi sekarang tidak. Apalagi dengan sifat dan sikap Gisel yang seperti itu membuat Farrel semakin merasa sendiri.

"Pergi sekarang aja yuk Yang. Males ketemu sama si botak." Suara Marco terdengar lagi.

"Tapi kan..."

"Sstt jangan tapi-tapian. Kita pergi sekarang." Farrel masih setia mendengarkan. Tak lama kemudian dua orang yang berbicara dibelakangnya berjalan melewati Farrel.

Farrel melirik sedikit dan dia bisa melihat Marco yang merangkul bahu Gisel. Farrel menunduk dan menghela nafas pelan.

Pernikahannya memang tidak layak untuk dipertahankan.

____________________________________

Haii...
Maaf ya aku up nya pendek...

Vote dan komen ya..

My Nerd Husband [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang