3⃣ Ketiga

1K 95 22
                                    

Pagi itu cukup cerah. Udara terasa hangat dan nyaman sebab musim semi akan segera berganti. Rose membuka matanya perlahan. Merasakan matahari menyapa kulitnya yang halus. Ia tak bisa menggeliat sekedar meregangkan tubuhnya. Selang infus dan alat bantu kesehatan yang entah apa namanya, menempel ditubuhnya. Ia hanya menolehkan kepalanya ke kanan. Melihat Mingyu dengan setia menjaganya. Mingyu terlelap dengan kantung mata menghias wajahnya.

Rose bangkit perlahan. Duduk dan menegakkan badannya. Terlalu lama tiduran membuatnya merasa seperti seorang wanita penyakitan. Meski harus ia akui itu memang benar, ia hanya tak ingin terlihat lemah didepan suaminya.

"Rose? Kau bangun? Astaga! Kenapa tak meminta bantuanku?" Mingyu yang setengah mengantuk menghampiri ranjangnya dan merapikan keadaan Rose. Memeriksa selang infusnya agar terpasang dengan baik demi menjaga alirannya tetap stabil

"Aku bukan anak kecil. Tidak apa-apa. Kau pasti lelah." Rose tersenyum lembut sambil merapikan selimutnya sendiri.

Mingyu tersenyum lalu merapikan rambut panjang Rose. Menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga istrinya. "Tidak. Justru aku sangat senang. Aku bahagia," katanya dengan senyum tulus.

"Sekarang kau bisa tersenyum lagi?" tanya Rose sembari memainkan ujung kemeja kusut suaminya.

Mingyu mengangguk. "Keadaanmu sudah semakin baik. Jiho pasti sangat merindukan ibunya. Kita terlalu lama meninggalkan putri kecil kita, sayang."

Rose tersenyum dengan bibir pucatnya. "Aku senang operasi berjalan lancar dan hati pendonor cocok denganku. Sudah lebih dari dua bulan kita harus berkali-kali datang ke rumah sakit. Kita harus melakukan banyak pemeriksaan yang kurasa tak ada habisnya. Aku sudah diam berbaring di ranjang bahkan lebih dari 3 minggu. Aku berterima kasih kepada Tuhan karena memberikanku kesempatan kedua untuk menghabiskan lebih banyak waktu denganmu."

Mingyu membawa Rose dalam dekapan lembutnya. "Kau sudah sembuh, kita akan bisa pergi piknik dan jalan-jalan. Kau bisa kembali ke butik dan bisa mengantar Jiho pergi main ke taman lagi."

Rose membalas pelukan Mingyu. "Aku ingin bertemu pendonornya. Tidak bisakah kau mengantarku padanya?"

Mingyu diam seketika. Ia menelan ludahnya berat namun hanya sesaat. Ia kemudian mengusap rambut Rose dengan lembut. "Pendonornya tidak ingin kau tahu sispa dia. Lagi pula setelah perawatan pasca operasi, ia pergi bersama keluarganya meninggalkan negara ini. Ia berpesan supaya kau hidup sehat dan selalu bahagia."

Rose mengangguk meski ia kecewa karena tak dapat mengucapkan terima kasih secara langsung. "Emmm... mungkin, pendonor itu adalah malaikat. Dia baik sekali. Semoga dia juga bahagia. Dan semoga, kita bisa memiliki malaikat kecil lagi sebaik dia."

Mingyu tersenyum senang mendengar kalimat terakhir Rose. "Jadi, kau ingin seorang malaikat lagi?"

Rose tersenyum cerah lalu memeluk Mingyu lagi dengan malu-malu.

"Baiklah. Ayo cepat sembuh dan kita miliki lebih banyak malaikat kecil," kata Mingyu yang di balas anggukan setuju dari Rose.

Tepasang anak manusia itu nampak bahagia. Tanpa beban tanpa penyesalan.

Rose tak menyesal menuruti Mingyu untuk melakukan tindakan operasi meskipun ia sangat takut. Mingyu tak menyesal karena keputusannya membuat Rose bisa tersenyum dan bersemangat lagi bahkan kini ia makin sehat. Sementara seorang wanita yang melihat keduanya memalui kaca pintu merasa langkah yang ia ambil adalah benar. Ia sekarang bisa pergi dengan lebih ringan dan nyaman. Ia bisa menikmati waktunya sendiri dengan bahagia.


"Terima kasih sudah mendengarkan keinginanku, Mingyu. Dan... Rose.. kau beruntung. Terima kasih untuk mendampingi lelaki yang kucintai dan membuatnya bahagia."


Wanita dengan coat berwarna coklat tua itu berjalan meninggalkan rumah sakit. Menatap langit di luar dengan senyum cerah kemudian melangkah pasti menuju sebuah mobil yang membawanya menuju bandara.






END




__________


Jadi emang ceritanya gak panjang. Susauh kalau mau bikin konflik yang berat. Lelah mikirnya sama kaya lelah menahan rindu. Maaf kalau kalian kecewa sama apa yang kutulis. Tapi satu hal. Aku lega karena aku menyelesaikan apa yang kumulai sesuai keinginanku tanpa dikte dari pihak manapun. Buat yang menyempatkan baca, makasi ya.


Apakah berakhir seperti ini aja? Iya.. tapi.. tunggu epilognya ya... makasi buat rewardnya. <3

Can You Smile? (Mingyu x Rose) [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang