1⃣ Kesatu

1.1K 110 16
                                    

Warna jingga yang hangat menghiasi ufuk barat di musim semi. Suara denging teko air panas yang mendidih, juga suara pisau beradu dengan talenan kayu memenuhi dapur dengan cat warna pastel. Sesekali sang ratunya dapur nampak sibuk mengerakkan tangannya secara bergantian. Memindahkan satu panci ke atas kompor setelah mengangkat teko yang sudah selesai bertugas. Tangannya yang lembut juga bergerak untuk menumis masakan di atas wajan yang sudah panas. Menimbulkan suara khas masakan yang memenuhi ruangan.

Wanita dengan rambut panjang yang diikat rapi di belakang kepala itu nampak tersenyum sambil menghias piring juga menuangkan hasil masakannya. Ia sesekali merapikan anak rambut dan menyelipkan di belakang telinga. Ia melepas celemek setelah selesai menata piring makanan di atas meja makan. Tepat setelah ia selesai memasukkan kantung teh ke dalam teko kaca, suara pintu terbuka membuatnya tersenyum.

"Sayang, aku pulang," Mingyu masuk ke rumah setelah mengganti sepatu dengan sandal rumah.

Rose tersenyum menyambutnya. Ia segera meninggalkan teko teh di meja makan kemudian menyambut suaminya. Wanita dengan pakaian rumahan itu mengambil tas kerja Mingyu dan menyimpannya di dalam kamar.

"Cucilah tanganmu lebih dulu. Aku akan membangunkan Jiho. Peri kecil kita bilang dia akan makan dengan ayahnya," ujar Rose.

"Tentu saja. Oiya, aku hampir lupa. Bulan depan Jiho akan genap berusia 3 tahun. Haruskah kita membuat sebuah pesta kecil untukya?" tanya Mingyu sambil menggulung lengan bajunya.

Rose nampak berpikir kemudian tersenyum. "Ide bagus. Aku akan meminta bantuan Jinhwan, Eunha, dan Bona. Mereka akan sangat senang. Mereka selalu bersemangat untuk membuat pesta."

"Baiklah. Aku akan membantu nanti. Oiya sayang, kau lupa sesuatu," kata Mingyu.

Rose nampak mengingat-ingat. "Apa?" tanyanya.

Mingyu mendekat kemudian mencium kening istrinya dengan lembut. "Sudah. Itu yang kau lupakan," ucapnya kemudian tersenyum manis dan meninggalkan istrinya yang terdiam dengan wajah merona.









*****













"Bona, bisakah kau memesan undangan di tempat biasa? Karena kita memerlukannya untuk acara minggu depan, aku ingin semuanya sempurna." Eunha berkata dengan cepat bersamaan dengan tangannya yang sibuk menari di atas papan keyboard.

"Baiklah. Akan aku lakukan. Emm, bisakah aku minta sesuatu?" tanya Bona sambil memutar kursinya menghadap Eunha yang meja kerjanya tepat di belakangnya.

"Apa?" tanya Eunha yang kemudian menghentikan aktifitas kerjanya. Ia menatap Bona serius yang dibalas tatapan sendu sahabat sekaligus teman kerjanya.

"Eunha, jangan seperti ini. Sudah tiga tahun. Aku ingin kau melupakan apa yang terjadi antara kalian bertiga. Kau harus bahagia, Mingyu dan Rose juga. Mungkin dengan sikapmu seperti ini, baik Mingyu maupun Rose takkan berubah. Tapi, apakah hatimu baik-baik saja? Setidaknya katakan padanya meski hanya sekali. Hanya mengatakannya dan tak boleh berharap lebih. Bukankah kau sudah berjanji untuk menerima kenyataan bahwa Mingyu memilih Rose?"

Eunha terdiam kemudian menjatuhkan tangannya dan menundukkan kepalanya. "Ini tak semudah yang kau katakan, Bona. Mingyu sudah memiliki ruang sendiri di hatiku. Jika aku mengatakannya, mungkin saja dia akan berubah."

"Tapi setidaknya kau takkan tersiksa. Kau pikir aku baik-baik saja melihatmu tersenyum di depan mereka, sementara aku tahu hatimu tersakiti. Hanya biarkan Mingyu tahu supaya hatimu lebih baik," ujar Bona.

Wanita dengan rambut panjang itu menghela napas. "Mencintai sendiri itu menyakitan, apalagi yang kau cintai sekarang adalah milik wanita lain. Menyimpan perasaan untuk suami orang lain itu lebih menyakitkan. Jangan menganggap dirimu buruk, ini adalah satu-satunya cara untuk membuat hatimu lebih baik. Kumohon, jangan menyiksa dirimu lebih lama lagi. Kau harus bahagia. Baiklah, anggap saja begini, katakan padanya lalu kau bisa pergi sesuai rencanamu. Kau bisa melanjutkan pendidikan mastermu lalu kau akan melupakannya dan melupakan perasaanmu padanya."

"Tidak semudah itu, Bona."

"Kau berkata seperti itu karena kau belum mencobanya. Hatimu dan perasaanmu padanya belum berubah karena dia belum mengetahui bahwa kau memiliki perasaan padanya. Aku yakin jika kau sudah memberitahunya tentang perasaanmu, maka apa yang membuatmu berat selama ini juga beban yang kau rasakan akan perlahan menghilang. Ini cuma masalah keberanian, Eunha. Dan kuyakin kau bisa." Bona meyakinkan.

Eunha mengangkat wajahnya. Menatap mata Bona yang menatapnya prihatin. "Haruskah kulakukan?" tanya Eunha lagi.

"Ya. Harus!" tegas Bona menunjukkan dukungannya.





{...}



waktu ngetik ini rasanya nano-nano sekali. Semoga suka ya...

Salam sayang <3 buat Mingyu... cinta memang berat Gyu.. makanya cintai aku aja jangan lainnya #digaplokMingyuStand

Can You Smile? (Mingyu x Rose) [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang