PROLOG

130 27 32
                                    

"ARSENIO"

"Turunin gue sekarang! Turunin gue Sen!" teriak seorang gadis yang sedang duduk di bangku penumpang dengan teriakan histeris.

"Gue bisa pulang sendiri Sen, gue gak butuh lo anter anter segala. Turunin gue, SEKARANG!"

Gadis yang sedari tadi tidak bisa diam itu adalah ACACIA KIANA ALTAIR, cewek manja umur 16 tahun, berambut panjang nan cantik yang mempunyai banyak phobia dalam dirinya. Salah satunya adalah takut jika dibonceng dalam kecepatan tinggi.

"Diam!"

Sentakan yang Arsenio keluarkan tak menyurutkan niat gadis itu untuk segera pergi dari kursi penumpang bahkan gadis itu semakin memperkuat teriakannya ketika Arsenio semakin menambah kecepatan motor nya.

"Acacia diam!! Gua lagi buru-buru, makanya gua harus cepet anterin lo balik." Sentak Arsenio untuk kesekian kali nya, ia merasa risih karena teriakan gadis dibelakangnya.

Namun bukan Acacia nama nya kalau dia tak keras kepala. Setelah disentak berkali-kali dia tetap mengeluarkan suara 8 oktaf nya, membuat telinga Arsenio berdengung sepanjang perjalanan. Walaupun, ia memakai helm keselamatan tapi teriakan gadis dibelakang nya masih sangat sanggup menembus helm nya.

Sedangkan Acacia sendiri mulai merasakan kekeringan cairan pada tenggorokannya karena ia sibuk berteriak seperti orang hutan.

Mungkin sedari tadi orang yang melihat mereka mengira Acacia adalah pasien rumah sakit jiwa, dilihat dari yang ia lakukan sedari tadi hanya mencak mencak dan berteriak tidak jelas. Di Atas Motor!.

"Turunin atau gue loncat sekarang hah? Turunin" Acacia terus meronta sambil menggoyangkan punggung laki laki di depannya.

Namun, semakin keras Acacia meronta laki laki didepannya malah semakin memacu kecepatannya, ia benar benar tidak kuat menghadapi kelakuan cewek dibelakangnya. Yang ada dipikirannya saat ini adalah Mengantar gadis ini pulang secepatnya!.

Laki laki yang sedang tersiksa itu adalah ARSENIO JAVVAD ADALBARO, cowok berperawakan tinggi, berahang kokoh dan kadar ketampanan yang luar biasa. Ia banyak digilai remaja di sekolahnya, tak jarang pula ia mendapat tatapan memuja dari gadis gadis atau bahkan ibu ibu ganjen yang tak sengaja berpapasan dengannya.

Ciiittttttt..

Suara rem kendaraan berdecit di pekarangan rumah gadis cantik itu. Sesampainya dirumah ia langsung turun dan berlari masuk ke rumahnya tanpa berkata sepatah katapun.

"Selamat siang non Aca" sapa pak abdi satpam rumah Acacia. Namun, beliau tidak mendapatkan sahutan apapun dari sang empunya nama yang pak abdi dengar hanya isakan kecil dari nona rumah ini.

Sedangkan laki laki yang ditinggalkan Acacia di depan rumahnya, ingin beranjak memacu ninja hitam kesayangannya dan meninggalkan pekarangan rumah Acacia.

"Selamat siang Den Arsen, tadi kenapa non Aca nangis gitu den? Gak diapa apain kan den?" Baru saja ingin beranjak pergi, Arsenio sudah diserang dengan pertanyaan dari Pak Abdi.

"Biasa pak" jawab santai Arsenio sambil tersenyum dan memacu kecepatan motornya dan meninggalkan rumah Acacia.

----------
"Jika saja saat itu aku tau kau akan meninggalkanku, maka aku tidak akan menangis dan meronta seperti itu. Aku hanya akan menyandarkan kepalaku pada bahumu dan menikmati waktu perjalanan yang kita lewati".
-Acacia Kiana Altair-



Vomment yaa, Jangan jadi Silent Readers. Thanks udah baca🐾

EXPECTANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang