1• Program MB

94 25 20
                                    

Pagi yang cerah untuk jiwa yang marah.

Seperti yang terjadi kemarin, Acacia hari ini memutuskan untuk memulai aksi mogok bicara dengan cowok bernama Arsenio. Aksi mogok bicara ini sudah di rencanakan sejak kemarin ia sampai di kamarnya, segala rencana untuk progam MB ini sudah tersusun rapi di otak cantik nya. Sedangkan disisi lain, cowok yang sedang menjadi topik pagi ini sudah siap sedia menunggu sang ' Tuan Putri'.

Tinnnn... Tinnnn

"Pak Abdi buka pagernya pak" Teriak Arsenio dari luar pagar sambil terus membunyikan klaksonnya.

Srekkkk..

"Selamat pagi Den Arsen, silahkan masuk den, Non Aca ada didalem tapi kayaknya masih siap siap" Sapa pak Abdi, dan dibalas dengan anggukan kepala lalu beranjak memarkirkan motor ninja nya di halaman rumah Acacia.

"Assalamualaikum, Acaa yuk berangkat keburu siang" Teriak Arsen begitu sampai di dalam rumah dan langsung mendudukkan dirinya di sofa tanpa permisi.

Berteriak. Adalah kebiasaan Arsen. Setiap pagi membuat keributan di rumah Acacia, bahkan sarapan pagi bersama pun sering. Di rumah sebesar ini Aca hanya tinggal bersama pembantu dan satpam rumahnya saja karena kedua orang tua Acacia sibuk mengurusi bisnis keluarga di Amerika. Terkadang sebulan sekali orang tua Aca baru pulang ke Indonesia itupun hanya beberapa hari saja.

Sama seperti Aca, Arsen pun begitu ia tinggal sendiri dirumah megah 'nya. Bahkan terkadang Arsen sampai menginap di rumah Aca untuk menemani gadis tersebut jika sedang kesepian. Namun, orang tua mereka tidak pernah mempermasalahkan hal itu karena mereka yakin dengan anak anak nya.

Dan perlu diketahui sebenarnya kedua orang tua Aca dan Arsen sudah bersahabat semenjak mereka masuk ke bangku Sekolah Menengah Pertama.

"Waalaikumsalam, eh Den Arsen udah dateng. Sebentar ya den bibi panggilin Non Aca nanti sarapan bareng aja udah bibi siapin" Sapa Bi Mimin pembantu rumah Aca sekaligus istri dari Pak Abdi.

Hanya anggukan kepala yang didapat Bi Mimin sebagai jawaban, setelah itu Bi Mimin beranjak ke kamar Aca, dan menggedor pintunya untuk memberitau kalau di ruang tamu sudah ada Arsen yang menunggunya.

"Non, ayo turun sarapan dulu sebelum berangkat. Di bawah juga sudah ada Den Arsen menjemput"

"Iya sebentar bi, ini lagi siap siap bentar lagi turun kebawah, bibi duluan aja" teriak Aca dari dalam kamar tanpa membuka pintu kamarnya.

Setelah mendapat jawaban dari Aca, bi Mimin segera turun kebawah namun, belum sempat benar benar meninggalkan pintu kamar Aca langkah bi Mimin terhenti. Karena gadis itu memanggilnya.

"Bi, katanya di bawah udah ada Arsen yaa. Bilang ke dia saya mau berangkat sendiri dia suruh duluan ke sekolah aja" aksi pertama progam Aca telah dimulai.

"Tapi non.." belum sempat bi Mimin menjawab pernyataannya keburu terpotong oleh ucapan Aca.

"Gak ada tapi tapi bi, pokoknya saya gak mau liat Arsen dibawah. Titik" tegas Aca kepada bi Mimin, dan tanpa menunggu jawaban dari pembantunya ia kembali menutup pintu kamarnya, Bi mimin hanya menarik nafas dalam untuk menanggapinya.

Sedangkan Aca didalam kamar hanya cekikikan saja mendengar helaan nafas dari ART nya itu, ia sibuk membayangkan ekspresi dari Arsenio yang pasti akan meledak-ledak ketika tau dirinya menolak ajakannya.

"Den Arsen, aden duluan ke sekolah aja, kata non Aca dia mau pergi ke sekolah sendiri. Mungkin lagi ngambek sama aden karena masalah yang kemarin." Terang bi Mimin setelah sampai ke ruang tamu.

"Enggak bi, saya tungguin Aca disini. Bibi gak usah takut kalo Aca marah saya yang tanggung jawab"

Tak lama suara kemlatuk sepatu mendekat kearah mereka. Dia adalah.

Acacia.

"Bi, kenapa dia masih disini? Kan tadi aku bilang gak mau ketemu dia" tanya Acacia sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

"Tadi udah bibi suruh non tapi den Arsen gak mau" bantah bi Mimin.

"Yaudah lah, saya mau berangkat aja udah gak mood sarapan. Itu makanannya bibi makan aja sama pak Abdi dan anak bibi, saya pergi dulu Assalamualaikum"

"Iya deh non, hati hati yaa. Waalaikumsalam" jawab bi Mimin dan pergi ke dapur.

Baru sampai beberapa langkah, Aca merasakan ada sebuat tangan yang mencekal pergelangannya dan membuat ia memutar lagi tubuhnya.

"Aca, lo berangkat sama gue. Gue udah nunggu dari tadi dan lo seenaknya mau ninggalin gue?" tanya Arsen dengan nada yang tidak suka karena tingkah kekanakan Aca.

Namun, yang didapat Arsen hanya tepisan kasar dari empunya tangan, tanpa mengeluarkan jawaban apapun Aca pergi meninggalkan Arsenio dan masuk ke dalam mobilnya.

'Ini anak pasti marah gara gara kemarin, duh Alamatt deh' batin Arsenio berbicara.

Seolah tak ingin kehilangan jejak Acacia, Arsen segara menaiki ninja hitamnya dan memacunya dengan kecepatan tinggi untuk mengikuti mobil Aca.

----------
"Jika hari itu aku tak bertindak kekanak kanakan, apa hari ini kamu akan tetap bersamaku?"
-Acacia Kiana Altair-



Vomment Oke, Jangan jadi Silent Readers. Thanks uda baca🐾

EXPECTANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang