Repost,,
Happy reading, reader💙
With love,
-D
⬇Nadi pun membuka gerbang yang setinggi pundaknya itu, lalu melangkah masuk sambil mengulum senyum di bibirnya.
Ia berjalan menuju kebun belakang rumahnya. Lalu mengedarkan pandangannya, dan melihat seorang pria duduk di bangku taman dengan posisi duduk membelakanginya.
"Ayah, Nadi pulang."
Bayu yang saat itu sedang menikmati suasana, langsung membalikkan kepalanya saat mendengar suara putri tunggalnya itu. "Wah, anak Ayah sudah pulang. Ayo, sini. Duduk dulu." ucap Bayu sambil menepuk bagian di sampingnya yang kosong.
Nadi melangkahkan kakinya dengan ringan, lalu memeluk Bayu. "Ayah, tumben jam segini udah ada di rumah. Ada apa?" tanya Nadi sambil mendudukan dirinya disamping Bayu yang kini sedang menatapnya.
Bayu tersenyum, dan menepuk puncak kepala Nadi dengan lembut. "Begini, Na. Ayah harus mempersiapkan keberangkatan Ayah ke Bali besok. Salah satu cabang kantor disana mengalami sedikit kendala." Nadi mengangguk, lalu menggenggam tangan Ayahnya. "Lama ya, Yah?"
Bayu menyadari nada sendu itu. Anaknya sedang merajuk, tetapi berusaha untuk tak memperlihatkannya. "Nggak, kok. Ayah cuma seminggu saja disana. Kamu gapapa kan, Ayah tinggal?" tanya Bayu. Nadi menggeleng, sambil memperlihatkan deretan gigi gingsulnya. "Gapapa kok, Nadi kan pemberani! Hehe. Ayah tinggal kasi uang keperluan dapur aja buat Nadi, beres deh." ucap Nadi, yang membuat Bayu tergelak mendengarnya.
"Yaudah, yuk. Kita masuk, Yah. Nadi buatin sayur jagung manis kesukaan Ayah, deh!" ucap Nadi sambil menarik lengan Bayu, yang membuatnya tergelak untuk yang kedua kalinya.
~~••~~
Malam pun tiba. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Saat itu Bayu sedang menonton televisi di ruang tengah bersama Nadi.
"Yah, Nadi ke kamar dulu ya. Mau siapin buku buat besok."
Nadi bangkit dari sofa disamping Ayahnya, lalu Bayu mengiyakan ucapan Nadi. Segera Nadi melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
Kamar Nadi berukuran sedang, dengan perpaduan warna biru dan putih yang mendominasi. Kasur berukuran sedang berada di samping jendela yang menghadap ke arah taman belakang. Lalu lantainya tertutup dengan karpet bulu berwarna putih gading.
Nadi meraih gitar kesayangannya yang tergantung di pojok ruangan, lalu melangkah menuju balkon yang dipisahkan oleh pintu kaca geser.
Di taruhnya gitarnya di atas bangku, lalu mendongak menatap bintang-bintang.
"Bunda, Nadi tahu kalo dari sana, Bunda selalu jagain Nadi dan Ayah... Makasih ya, Bun." lirih Nadi. Tak lama kemudian, air mata menitik keluar dari matanya yang sayu itu.
Diraihnya gitarnya, lalu ia mulai memetik senarnya dengan lembut. Alunan nada sendu merambat di kesunyian malam kala itu.
"Bawain lagu harusnya yang bikin orang seneng. Tiap malem bawain lagu sedih terus."
Suara bariton menginterupsi Nadi, yang saat itu sedang menghayati alunan nada yang ia mainkan.
Di lihatnya siluet seseorang yang berdiri di balkon di seberangnya itu. Perawakan yang tinggi, dengan rambutnya yang acak-acakan.
Nadi mendengus mendengarnya. "Salah denger kali lo. Gue orang lagi seneng gini." ucapnya yang mulai memainkan gitarnya lagi.
Dilihatnya orang itu beranjak memasuki rumahnya. Lalu kembali lagi dengan gitar yang sudah berada di genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Save You
RomanceJika Tuhan sudah berkehendak apa yang bisa kita lakukan? Nadita Davanti, seorang gadis SMA harus pasrah dipermainkan oleh takdir. Kehidupannya tidaklah semudah anak SMA pada umumnya. Bisakah Nadi menjalankan hidupnya ini? ~~••~~ "Tuhan memang memil...