❤ Five ❤

2.1K 403 8
                                    

Hari itu suasananya sedikit berbeda. Yah berbeda karena hari ini Taehyung sendiri di halte dimana dia selalu istirahat. Orang yang ia tunggu tak kunjung datang. Taehyung menghela nafas dan mencoba menunggu 5 menit lagi. 

Namun, nihil Jungkook tetap tidak datang. Dan masih banyak pesanan yang ia harus antar. 

"Mungkin bukan hari keberuntungan ku." 


Taehyung berlalu dari halte dan mengayuh sepedanya ke tempat selanjutnya. Entah mengapa terbesit rasa penasaran tentang Jungkook yang tidak ada hari ini.


Ckit



Taehyung menghentikan sepedanya dan menatap ke belakang. 

"Perasaan ku tidak enak."  

Tidak peduli dengan pekerjaannya Taehyung memutar arah dan mengayuh sepedanya menuju kediaman Jeon. Tentu dia ingat dimana itu.  



.
.
.
.
.




15 menit perjalanan ditambah mengebut akhirnya Taehyung sampai juga.  Kediaman Jeon begitu sepi. Memang selalu sepi ketika dilihat dari luar tapi kali ini Taehyung merasa ada yang salah. 



"Eh ? Taehyung ? Apa yang kau lakukan disini ? Perasaan hari ini bukan waktunya mengantar pesanan."   Ujar wanita paruh bayah yang menghampiri Taehyung. 


Dada Taehyung bergemuruh hebat begitu matanya tidak sengaja melihat banyak kotak di luar kediaman Jeon. 

".. Ahjumma, apa yang sedang terjadi di kediaman Jeon Jungkook ?"   Tanya Taehyung tanpa mengalihkan pandangannya dari rumah Jungkook.

"Pagi tadi anak mereka satu-satunya, Jeon Jungkook tiba-tiba saja diantar pulang oleh ayahnya padahal belum pulang sekolah. Dari yang kami dengar Jungkook terkena sakit yang cukup parah. Kami belum tahu itu apa tapi sepertinya itu adalah kanker." 


".. A-apa ?"



"Terkejut ? Kami pun seperti itu. Padahal anak itu sangat manis dan baik. Tuhan begitu tega memberikannya sebuah penyakit." 




Bruk!




Taehyung menjatuhkan sepeda miliknya dan tidak memedulikan pesanan yang harus di antar itu sudah hancur. Dengan tergesa-gesa Taehyung berlari menuju kediaman Jeon.



"Ku mohon, jangan dulu. Aku bahkan belum memulai."


Memorinya kembali terputar saat percakapan pendeknya dengan Jungkook di halte. Taehyung menatap pintu besar kediaman Jeon dan banyak sekali orang yang keluar masuk dari sana. 


Taehyung menahan salah satunya.



"Ahjussi, dimana pemilik rumah ini ?"   Tanya Taehyung.

"Tuan Jeon dan Nyonya sedang menuju bandara mengantar putera mereka ke Amerika. Sekarang permisi, anak muda."

Detik berikutnya Taehyung merasa lututnya melemas. Dirinya masih merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang.

"Tidak, tidak mungkin. Omong kosong, haha!"

Taehyung berlari masuk ke dalam kediaman Jeon dan terus meneriaki nama lengkap Jungkook. Banyak yang sudah menahannya namun tenaga Taehyung lebih kuat. Kakinya berlari menuju lantai 3 dan memeriksa semua ruangan untuk mencari kamar Jungkook. 



Cklek











Taehyung menangis. 



Ruangan yang ia buka sekarang adalah kamar milik Jungkook. Jelas sekali karena ada lukisan wajahnya disana. Ia menangis. Menyesal karena terlalu lama menyadari semuanya. 





To be Continued ...






Next










Jimin berhenti mengharapkan bingkisan kecil itu lagi. Bagaimana tidak, sudah 2 hari dan tidak ada bingkisan kecil lagi di atas motornya.  Jimin berjalan lesu menuju lapangan basket indoor untuk latihan.

Langkahnya terhenti begitu mendengar suara piano yang mengalun dari ruang musik.

"Belum pernah aku mendengar orang bermain piano."






Big Luv ❤

Sweet Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang