❤ Eight ❤

2.1K 397 12
                                    



"Bagaimana keadaan Jungkook ?"

Nyonya Jeon tak menjawabnya terlalu sedih melihat anak tercinta terbaring lemah di depannya. Tuan Jeon menghela nafas kemudian melangkah keluar dari sana. Kakinya berjalan ke kamar lain. 

Cklek

Tuan Jeon mendekati anak itu dengan tatapan sedihnya.  Suatu kesalahan fatal saat ia membawa Jungkook dan Istrinya menuju bandara. Tabrakan itu tak bisa di tahan dan menyebabkan anak itu harus terbaring koma. 

Seseorang yang menemaninya berdiri dan menatap Tuan Jeon. Tuan Jeon pun membalas tatapan itu. Dirinya benar-benar menyesal. 

"... Aku seperti melihat diriku yang sekarat. Ku harap anda bisa mempertanggung jawabkan semuanya, Tuan Jeon. Karena kalau tidak aku sendiri yang akan menghadapi anda di pengadilan." 

Tuan Jeon tidak bodoh. Tentu ia akan bertanggung jawab penuh atas kesalahan yang ia buat. Tuan Jeon paham bagaimana perasaan saudara kembar di depannya ini. Yang satu baik-baik saja dan satunya lagi--  sekarat.

"Jika tidak ada hal penting yang ingin anda sampaikan, Silahkan keluar dari kamar adikku."   Ujar Suga tetap dengan nada ketusnya.  Tidak disuruh dua kali Tuan Jeon keluar meninggalkannya. 

Suga tak melarang siapapun menjenguk adiknya tapi, air matanya tidak bisa di ajak untuk bekerja sama saat ini.  Sakit sekali. Sekelebat memori bersama adik kembarnya kembali menghantam kepalanya. 

"Sadarlah, Min Yoongi. Aku tahu kita memiliki kebiasaan tidur yang lama sampai Ibu sendiri terkadang harus memukul kita. Tapi, apa harus selama ini ? Aku tidak pernah tidur nyenyak lagi karenamu..!" 




Itu benar.




Selama Yoongi koma Suga tidak pernah lagi tidur dengan nyenyak bahkan bisa dikatakan tak bisa tidur lagi. Tangannya mengelus pelan punggung tangan adiknya.













"Bangunlah dan nyatakan perasaan mu. Tak masalah siapa yang memulai duluan karena yang terpenting adalah bagaimana kau jujur atas perasaan mu."   Ucapnya seraya mengecup tangan adiknya. 

.
.
.
.
.
.
.

Kring ~ kring ~

"Aigoo, nak Taehyung kau terlihat tampan seperti biasanya. Senang melihat mu mengantar lagi."

"Hahaha, senang rasanya kembali kerja juga Ahjumma. Ah, maaf karena aku sedikit terlambat."  

Taehyung kemudian memberikan pesanan yang ia antar kepada wanita tua di depannya. Setelah menerima bayaran Taehyung kembali mengayuh sepedanya. Namun, kayuhannya terhenti ketika sampai di depan kediaman Jeon. 

Taehyung turun dari sepedanya dan memarkirnya. Tangannya terulur mengambil sebuah note kecil. Huruf-huruf kecil itu ditulis rapi dalam sebuah kalimat kemudian menempelkannya pada dinding pagar. 


"Entah kau akan kembali atau tidak. Namun, anggap saja ini bentuk penyesalan ku yang terlambat menyadari semuanya."   Batinnya. 














"Loh, Taehyung ? Tak ada siapapun di Kediaman Jeon saat ini."

"Aku tahu Ahjussi. Aku hanya ingin menempel note ini saja."  

"Jika ingin bicara dengannya kenapa tidak langsung menuju Rumah Sakit tempat Jungkook di rawat..? Anak itu dirawat di---"











Tidak ada basa-basi lagi setelah Taehyung mendengar kabar yang membuat hatinya bergemuruh. Ia mengayuh sepedanya dengan kuat dan untung saja semua pesanan sudah ia antar. 















"Tunggu aku, Jeon." 
















".. Itukan Taehyung ? Mau kemana dia buru-buru seperti itu ?" 

Baru saja Jimin ingin melajukan motornya menuju rumah tiba-tiba datang rasa penasaran dan ia memutuskan untuk mengikuti Taehyung saja. 




To be Continued ...












"Yah, karena pada intinya fanfic ini akan berakhir dengan cepat. ea"



Big Luv ❤

Sweet Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang