Prolog

54 6 6
                                    

Matahari bersinar cukup terik dipagi ini. Burung burung berkicau, menandakan bahwa ini adalah hari yg baik untuk tetap diam dirumah, sayangnya sekarang mereka harus pergi ke sekolah. Jam telah menunjukkan pukul setengah 8, pagar sekolahpun telah tertutup rapat sejak 1 jam yg lalu. Menandakan bahwa proses ajar mengajar sudah lama dimulai.

Beberapa motor berukuran besar berhenti didepan pintu gerbang. Terlihat beberapa orang pria berbaris sambil membuka helmnya masing², kemudian menatap gerbang yg tertutup itu miris.

"yah gerbangnya udah ditutup, gimana nih?" tanya alvaro yg masih bertengger diatas motor kebanggaannya

"jadi kita telat lagi nih?" bukannya menjawab, farrel justru malah balik bertanya

"pak satpam! Bukain dong, kita mau masuk nih" kini devan yg bersuara, pria bergigi kelinci itu memasang wajah memelasnya. Siapa tahu satpamnya jadi kasian, iyakan?

"gak bisa, kalian udah telat jadi ngga bisa masuk!" tegas satpam tersebut. Badan besar, juga kumis yg tebal menambah kesan kesangaran nya membuat ke-7 pemuda itu bergidik ngeri

"terus gimana dong?" tanya farrel bingung yg dijawab gelengan kepala oleh teman-temannya

"Cabut aja yuk!" usul rega, membuat ke-6 temannya membulatkan mata tak percaya

"tapi ga, kita udah ngga masuk lebih dari satu minggu loh" ujar roni. Kan gawat kalau mereka sampai diskors, lebih parahnya lagi kalau sampai dikeluarkan dari sekolah. Bisa² uang jajan roni yg jadi taruhannya

"cemen lo! Lagian kita kan bolos bareng², ya kalo kena masalah juga bareng bareng jadi apa yg perlu ditakutin? Iya ngga?" tanya daron, pria berbahu lebar itu memang sangat malas bila itu berhubungan sekolah. Apalagi hari ini adalah pelajaran matematika, bisa² otaknya pecah karna soal² yg rumitnya minta ampun itu

"jadi gimana? Jadi cabut ngga?" tanya kelvin yg sedari tadi memilih diam sambil menghisap rokoknya

"gw sih ayok aja, gimana ron?" tanya alvaro, masalahnya sekarang hanya roni yg keberatan yg lain sih iya iya aja

"yaudah deh gw ikut, yakali gw disini sendirian. Tapi janji ya, ini yg terakhir" roni mengangkat jari kelingking nya, meminta persetujuan dari ke-6 temannya

"cemen lu ah" ejek devan

"teuing ah, janji dulu" lagi-lagi roni mengangkat jari kelingking nya

"iya, yaampun! Udah ayok" daron menengahi perdebatan singkat itu, dibalas cengiran lebar dari si pria pemilik senyum kuda itu

"udahlah yuk cabut!" alvaro menyalakan motornya, diikuti yg lain

Kini mereka berbalik meninggalkan sekolah, menuju tempat persembunyian yg nyaman dan pastinya jauh dari sekolah. Deruman nyaring motor mereka menjadi salam penutup bagi pak satpam, yg sedari tadi masih berdiri didepan gerbang menyaksikan perencanaan bolos dari beberapa siswa itu.

***

Happy Reading❤

Semua Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang