04

34 3 4
                                    


Udara pagi begitu terasa menyegarkan, ayla membuka jendela mobil ayahnya. Menikmati setiap hembusan angin yg menyapu wajahnya. Tangannya terulur keluar jendela, menyapa angin yg berhembus cukup kencang.

"ayla, jangan gitu tangannya bahaya" tagur ayahnya begitu melihat kelakuan sang anak yg tengah duduk disampingnya ini

"hehe, abis anginnya sejuk sih pah" jawab ayla seadanya

Keadaan biasa saja, sebelum tiba² mobil ayahnya berhenti begitu saja. Sang ayah segera turun dari mobil,

"lho kok berenti disini pah? Sekolah ayla kan masih jauh" seru ayla sambil menatap ayahnya yg telah turun dari mobil terlebih dahulu

"yah la, mobilnya bocor!" mendengar seruan sang ayah, aylapun bergegas turun dan ikut melihat apa yg sedang ayahnya perhatikan,
"tuh! Liat ada paku payungnya!" seru ayahnya sambil menunjuk salah satu roda mobil belakangnya

"iya sih. Terus sekarang ayla gimana dong pah?" tanya ayla

Ayahnya nampak melirik arlojinya sekilas,
"udah jam setengah 7 lagi, ngga mungkin kalo ayla ikut nambal ban dulu. Nanti telat, gimana ya?" ayahnya nampak berfikir

Sementara ayla memilih untuk berdiri dipinggir jalan, siapa tahu ada taksi atau angkutan umum lainnya yg lewat. Tapi jalanan nampak sepi, hanya ada beberapa kendaraan pribadi yg berlalu lalang disana.

Hingga deruman nyaring dari beberapa motor yg lewat mengambil perhatiannya. Beberapa motor melewatinya, terhitung hampir 6 motor yg lewat. Mata bulatnya menyipit, mencoba melihat siapa yg lewat.

Kayak kenal?  -Ayla

"lagi ngapain ay?"Ayla mengalihkan pandangannya pada seseorang yg tadi melempar pertanyaan padanya

Gadis itu membulatkan matanya. Coba lihat siapa yg sekarang ada didepannya,

"oh itu,. Eum mobil, bannya bocor. Kena paku" seru ayla sambil menunjuk mobilnya

Devan. Pria itu nampak ikut memperhatikan mobil didepannya

"la? Kamu ngomong sama siapa?" tanya ayahnya, kemudian melangkah mendekati sang anak yg masih berdiri mematung ditempatnya
"ini siapa?" tanya ayahnya begitu melihat devan sudah berdiri disamping putrinya

"oh, devan om. Temen sekelasnya ayla. Sebangku malah" ucap devan sopan sambil menyalami ayahnya ayla, tak lupa senyum manis yg sedari tadi ia tampilkan

"oh, temennya ayla" ayahnya ayla nampak menepuk pelan pundak devan, membuat pemuda itu semakin menunjukan gigi kelincinya

"mobilnya kenapa om? Bocor ya?" tanya devan

"oh iya nih, kena paku. Kira² bengkel deket sini dimana ya?" tanya ayahnya ayla

"setahu saya sih deket sini cuma ada satu bengkel om, cuma dideket perempatan itu doang tuh om" ujar devan sambil menunjuk kearah perempatan yg tak jauh dari tempat Mereka sekarang

"disana ya, berarti kelewat dong ya" ujar sang ayah,
"eum.. Devan, om bisa minta tolong?"

"minta tolong apa om?" tanya devan

"hari ini ayla ikut kamu ya" mata ayla membulat mendengar penuturan sang ayah,

"ayah, apaan sih!" protes ayla, mana bisa ayahnya menitipkannya begitu saja

"gapapa kali ay. Boleh kok om, saya ngga keberatan" ujar devan, dibalas senyuman tulus dari ayahnya ayla

"bagus deh kalo gitu, mendingan sekarang kalian berangkat deh nanti keburu telat" devan segera mengangguk, lalu mecium punggung tangan ayahnya ayla dan begegas menuju motornya
"ayo ay" ajaknya

Semua Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang