- 6 tahun kemudian -
[ AUTHOR POV ]
Enam tahun telah berlalu, kini Allysa sudah menjadi gadis remaja yang masih mempunyai harapan yang sama; merasakan kehangatan keluarga. Tidak ada yang menyadari akan kesehatan tubuh gadis remaja itu, termasuk pun dirinya. Dia tidak menganggap serius tentang mimisan yang tiba-tiba datang, rasa pusing yang begitu hebat, dan menurunnya keseimbangan tubuh yang dia punya sehingga seringkali gadis remaja itu terjatuh walau hanya sedang berjalan di lorong sekolah. Kini ia telah menginjak masa-masa paling indah. Ya, masa SMA. Allysa menduduki bangku kelas 11 SMA, atau 2 SMA. Di SMA pun, dia mendapati banyak teman baru yang baik.[ ALLYSA POV ]
Sekarang aku sudah ingin menginjak 17 tahun. Rasanya senang sekali. Dari kecil aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang orangtuaku, dan kini aku mulai terbiasa. Walaupun aku tetap menginginkannya, tetap saja aku tidak mau mengemis untuk diberikan kasih sayang mereka. Hari demi hari berlalu, cinta yang aku butuhkan, perlahan sirna menjadi bibit kebencian. Aku tidak berkata membenci keluarga ku, tapi kupikir itu akan. Lagipula, mau aku membenci mereka pun, kurasa mereka tidak akan peduli. Dan kini aku lebih senang menjalani hidupku, dengan teman-temanku. Mereka lebih mengertiku. Entah mengapa, teman-temanku seperti sudah menjadi keluarga kedua bagiku. Kamu juga harus mengetahui bahwa di sekolahku, banyak sekali manusia yang hidup dengan baik bersama keluarganya. Tapi, aku tidak memikirkan tentang hal itu.
- - -
Hari ini hari Minggu, dan jam masih menunjukkan pukul 8 pagi.
Krriingg... Krriingggg
HAIIISHHH.. Suara telfon itu sangat mengganggu ku.
Allysa: "Halo?"
Riana: "WOII LYS BAGUS BANGET YA LO BARU BANGUN KAN LO!"
(Allysa yang baru bangun tidur kaget karena mendengar suara yang sangat keras diseberang sana)
Allysa: "Na, apaan sih pagi-pagi nelfon? Mana pake teriak-teriak lagi, biasa aja kali mba"
Riana: "Mana gue bisa biasa? kita kan ada janji shopping sayaaang."
Allysa: "Astogee masih jam 8 Rianaa, udah ah ganggu gue tidur aja lo."
Riana: "Hehh lo mimpi apa gimana? Sekarang tuh jam 2 siang Lysss, 2 siang!"
Aku melihat jam di handphone ku dan benar saja, sekarang adalah jam 2 siang. Oh tidak! Apakah aku sudah gila? Bangun sesiang ini? Seingatku semalam aku tidak melakukan hal apapun yang membuat ku lelah.
Aku langsung bergegas pergi kekamar mandi dan bersiap untuk shopping bersama Riana. Shopping ku dan Riana berbeda, kami tidak akan menghabiskan uang-uang itu untuk berbelanja baju baju branded seperti yang kalian pikirkan.
Shopping versi kami adalah membeli bahan-bahan makanan dan alat sekolah untuk kami bagikan kepada anak-anak jalanan yang membutuhkan. Bukannya aku ingin sombong, tapi menurutku untuk menghabiskan uang ku untuk membeli barang-barang branded itu bukan tipeku, aku lebih menyukai berbagi bersama anak-anak diluar sana yang tidak mampu.
--
Setelah mandi pun, ternyata Riana sudah menungguku diruang tamu. Hmm, cepet juga ya dia. Riana merupakan salah satu temanku yang paling on time jika sudah ingin berpergian. Tak heran jika tadi dia ngomel-ngomel padaku karena aku baru bangun dari tidur nyenyakku.
Kami langsung menuju ke salah satu pusat perbelanjaan di Ibukota. Kami membeli beberapa alat tulis, buku cerita, dan beberapa bahan makanan bahkan cemilan lainnya. Setelah membeli semua barang itupun, kami memutuskan untuk mampir dulu ke salah satu toko baju kecil milik teman kami, Putri.
Saat sampai pun, kami disambut dengan hangat oleh Putri.
"Kalian beli apasih, kok kayanya banyak amat" tanya putri mengawali pembicaraan kami
"Ini lohh biasa kita shopping shopping cantik" balas Riana sambil tertawa
"Oalahh, buat anak-anak jalanan lagi?"
Putri memang mengetahui kegiatan rutin kami. Kadang, jika dia tidak sedang menjaga toko, tak jarang dia ikut kami untuk membagikannya kepada anak-anak jalanan. Jika kalian bertanya kenapa Putri menjaga toko baju, ya, Ayahnya telah meninggal karena kecelakaan 2 tahun yang lalu, dan ibunya sakit keras dan tidak bisa bekerja yang mengharuskan Putri bekerja banting tulang untuk menghidupi Ibu dan kedua adiknya. Jika Putri berjaga toko, kedua adiknya lah yang menjaga Ibunya dirumah. Nama adiknya adalah Revan dan Sania. Revan sudah berumur 11 tahun, dan Sania baru berumur 7 tahun. Aku sangat salut dengan keluarga ini. Walau umur mereka masih jauh terpaut lebih muda dariku, tetapi mereka sudah mempunyai pemikiran yang dewasa untuk menjaga dan menghidupi keluarganya. Kadang aku merasa beruntung sudah mempunyai kehidupan berkecukupan, walaupun aku seperti hidup sebatang kara. Setiap hari selalu merasa kesepian, kesepian, dan kesepian. Namun aku tahu, aku harus tetap bersyukur dalam menjalani hidup ini.
"Iya nih udah lama gak ketemu mereka, rindu juga." balasku
"Iyaa gue juga kangen mereka, tapi sekarang ini gue lagi jaga toko." Putri menunjukkan wajah sedihnya
"Yaudah lain kali aja lo ikutnya, masih ada lain waktu kan" sahut Riana
Setelah berbincang-bincang sebentar, aku dan Riana pun pamit pada Putri untuk langsung pergi ketempat anak-anak jalanan itu berada.
--
Aku dan Riana disambut hangat sekali oleh anak-anak jalanan itu. Senyuman tulus mereka, pelukan hangat mereka berhambur dimataku. Tak jarang aku meneteskan air mataku saat bertemu mereka, mereka adalah motivasiku, mereka adalah alasan aku masih bertahan sampai sekarang. Merekalah yang menyadarkanku, bahwa tak semua orang bernasib seberuntungku. Karena mereka, aku masih bisa bersyukur.to be continued..