"Bully"

3 1 0
                                    

***Vallerine***

"Hey Vallerine!"teriak gadis berambut pirang dari belakangku dengan sangat tidak ramahnya. Dan aku tau dia adalah Qyu, teman sekelasku.

Qyu dan teman-temanku yang lain mulai menatapku lagi dengan sinis, mereka menyeretku hingga keluar gedung sekolah.

"Apa mau kalian?!" Teriakku pada mereka,tapi mereka terus menatapku sinis,seakan sudah siap mencelakaiku.

"Kau tau Vallerine! Kami sudah muak melihatmu!"teriak gadis dibelakangku.

"Yah! Kami sudah tak tahan melihat namamu tercantum paling atas didata pringkat!" Sahut yang lainnya.

Dan mereka mengelilingiku,sambil memasang muka garang mereka masing-masing.

"Katakan! apa mau kalian!"kataku lagi.

"Kami ingin! Kau memberikan jawabanmu nanti pada kami!"

"Aku tidak akan memberikannya! Kalian harus berusaha!" Ucapku sedikit tergupuh,mereka benar-benar serius kali ini, dan sekarang mereka memperkecil ruang gerakku.

"Kalau begitu hanya ada satu cara untuk membuatmu kalah"

"Apa maksudmu! Bukankah kita teman sekelas?"

"Teman sekelas kau bilang? Kau bahkan selalu menolak saat kita ajak bermain. Apa lagi belajar kelompok!"ucap Qyu dengan nada khas sinisnya.

"Jangan bilang begitu Qyu, seharusnya kau maklum... diakan miskin!"ucap yang lainnya mengucilkanku.

"Kalian salah, aku tak mau bergaul dengan kalian bukan karna miskin! Tapi karna aku tak punya waktu untuk membicarakan orang lain"

"Maksud kamu kita gosip gitu?"

"Bukankah memang itu pekerjaan kalian, selalu berulah tak jelas"ucap ku dengan sinis "Dan kau bilang apa Qyu? Belajar kelompok? Bukankah kita pernah melakukannya sewaktu kelas satu? Dan yang kau lakukan hanyalah bersantai dan memberikan seluruh beban padaku. Dan aku tak mau menyia-nyiakan waktuku hanya untuk menanggung bebanmu!"ucapku lagi dengan lantang.

Dan mereka kembali menatapku dengan sinis.

"Kalau begitu terikasih untuk waktumu yang sangat berharga itu!"

'Byur!'

Mereka menyiramkan setimba air bercampur es padaku, dan meninggalkanku sendirian. Rasanya sangat sakit, bukan karna esnya, melainkan karna yang menyiramkannya adalah temanku sendiri. Aku hanya bangkit dengan bajuku yang basah kuyup, aku tak ingin ada yang melihatku bersedih apalagi menanggis. Aku menelusuri jalan menuju rumahku dan aku melihat Titan yang memandangku khawatir, dia memegang pundakku agar langkahku terhenti,tapi aku tak menghiraukannya.

'Klining'

"Vallerine!" Teriak kak Sena saat melihatku terduduk lemas, didepan pintu cafe. "Kenapa basah kuyup?"

Aku tak bisa menjawabnya, dan rasanya, semakin ku lihat semakin buram rasanya.

*

"Kau sudah bangun putri tidur?"ejek kak Sena saat melihatku berada didapur.

Dan aku hanya memeluk punggungnya.

"Ternyata aku pingsan sangat lama ya... tak kusangka sekarang sudah malam"

"Yah... bahkan kau tak membantu kakak sama sekali..." keluh kak Sena kepadaku. "Duduklah... kakak akan buatkan bubur".

"Apakah kakak pernah bermimpi aneh?"tanyaku sambil menyantap bubur hangat buatan kak Sena.

"Entahlah... mungkin tidak. Kenapa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The World Of DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang