Seminggu semenjak malam pesta ulang tahun Yama berlalu. Sekarang aku benar-benar merasa terganggu dengan bunyi ponselku setiap pagi. Laki-laki bernama Yabu itu selalu menawarkan tumpangan ke sekolah. Dia selalu beralibi, bahwa kampusnya searah dengan sekolahku dan rumahnya pun searah dengan rumahku. Meskipun setiap hari aku tolak, dia tidak pernah menyerah dan aku benar-benar terganggu dengan sikapnya itu. Dia memang berniat baik, namun perlakuannya justru membuatku tidak nyaman.
***
Aku berjalan menuju kelasku sambil mempercepat langkahku karena aku sedikit terlambat datang. Namun tentu saja aku masih dalam batas melanggar aturan untuk tidak berlari di lorong sekolah. Beruntungnya jam pertama kosong karena sang guru sakit. Jujur aku merasa senang, meskipun hal itu terdengar jahat. Reputasiku cukup baik di sekolah sebagai salah satu murid teladan dan aku tidak mau datang terlambat terutama pada pelajaran dengan guru yang cukup menyeramkan itu. Aku hanya diam di kelas. Aku tidak terlalu akrab dengan anak-anak kelas. Bukan berarti aku dibully atau aku tidak bisa berbicara. Aku tidak menjauh dari mereka tetapi juga tidak mendekat. Jujur saja, aku menjaga jarak pada teman-teman sekelasku. Aku adalah tipe orang yang cukup gampang dimanfaatkan. Oleh karena itu, cukup Yura saja yang bisa memanfaatkanku. Bagiku aku sudah lelah memiliki satu teman seperti dia, apalagi memiliki banyak teman.
Paggilan Yura berhasil memecahkan lamunanku. Kami memang teman satu sekolahan, tapi aku beruntung tidak satu kelas dengan anak itu. Dia datang ke kelas untuk memintaku menemaninya ke kantin. Ini bukan kali pertama dia membuat kelasku bising, Bukan karena teriakannya jika memanggil namaku, tetapi dia cukup populer di sekolah. Anak laki-laki tentu menyukai perempuan seperti dia. Sekali lagi aku mengikuti keinginannya, aku menemaninya ke kantin sambil mengobrol. Ditengah percakapan itu dia berkata, “Rei, ada yang nanyain kamu lho. Itu yang nemenin kamu pas acara ulang tahunnya Yama. Ayo Rei waktunya move on, siapa tau cocok!” cerocos Yura.
“Siapa? Kak Yabu” jawabku agak sinis.
Yura menatapku dengan takjub. “Lah kak Yabu deketin kamu juga?” Tanya Yura heran. “Bukaaan bukan kak Kota. Ini temen baiknya Yama, satu sekolah sama diaa!” kata Yura menangkis tebakanku.
“Ya. Kak Yabu benar-benar menggangguku. Aku kira, dia tahu nomor ponsel ku dari kamu, ternyata bukan ya.” Kataku menyesal karena sempat berprasangka buruk pada Yura.
“dih aku gak pernah ngasihin nomor cewe galak sebelum ijin tau!” balas Yura.
“oh..” ucapku datar karena tidak berselera untuk melanjutkan percakapan ini.
Tiba-tiba Yura manarik tanganku dan membuatku berhenti melangkah. “Hey, bentar emang kamu gak penasaran siapa yang nanyain kamu? Ini seriusan, ada salam dari Nakajima!” kata Yura.
Aku mengangguk-anggukan kepalaku. “Ya, salam balik aja!” jawabku yang benar-benar tidak tertarik dengan apapun yang berhubungan dengan laki-laki saat ini. Pikiranku benar-benar tertuju pada ujian masuk universitas. Aku tidak terlalu bodoh, tapi aku juga bukan yang terpintar. Ujian universitas cukup membuatku stress dan tentu tidak mungkin aku memikirkan hal lain selain itu.
***
Aku melemparkan tubuku ke kasur mungil di kamarku. Hari itu tidak terlalu melelahkan, tetapi karena aku tidak sarapan, perutku sedikit sakit. Hal itu membuatku tidak berkonsentrasi terhadap pelajaran sampai jam pelajaran terakhir. Aku membaringkan tubuhku di kasur lalu menyalakan ponselku dan kutemukan pesan singkat di ponselku. Sudah bisa ku tebak. Pesan itu dari kak Yabu. Aku benar-benar lelah dengannya. Meskipun tidak sopan, aku memintanya untuk tidak menghubungiku sementara waktu dengan alas an perisapan ujian masuk universitas. Cukup terdengar klise bukan? Ku kira dia akan marah, tetapi mungkin pemikiran seorang mahasiswa tingkat dua berbeda denganku yang seorang anak SMA. Dia tidak marah sedikitpun, malah dia menyemangatiku. Tapi ada satu hal yang sedikit menganjal hatiku. Dari mana dia tau nomorku? Sedikit malu aku bertanya kepadanya. Ternyata Hikaru yang memberikan nomorku. Hikaru benar-benar menyebalkan, tapi dia sahabatku. Mungkin jika aku marah pun sepertinya dia terlalu bodoh untuk mengerti. Akhirnya aku sedikit lega karena telah menyudahi hubunganku dengan kak Yabu meskipun mungkin hanya sementara.
***
Malam ini, menu makan malamku adalah karage. Setelah makan, seperti biasa aku berendam dan memanjakan tubuhku yang cukup kelelahan hari itu. Usai mandi, aku kembali ke kamarku, memulai mempelajari lagi soal-soal ujian. Tiba-tiba ponselku bordering. Aku bukan tipe orang yang memiliki teman chating dan kak Yabu pun sudah ku minta untuk berhenti menghubungiku. Jika seseorang menghubungiku, berarti ada hal yang cukup penting yang harus disampaikan padaku. Karena alasan itulah, aku bergegas membuka ponselku dan ternyata itu suara notifikasi dari aplikasi twitter.
@nakajimayuto : hai @kireina_ followback boleh ? Aku temannya yama, salam kenal (
“Reply : followed !@nakajimayuto, salam kenal!” balasku.
Pikirku apa salahnya berteman di sosial media. Akupun mulai mengerjakan kembali soal2 latihan ujian universitas. Namun akhirnya ada hal yg mengganjal pikiranku.
Tunggu nakajima? Bukankah orang itu yg Yura bicarakan tadi di sekolah? Aku kembali membuka ponsel lipatku karena penasaran. Aku bersikap tak acuh tadi saat aku membalas pesannya. Aku tidak terlalu memperhatikah profil nya dan akhirnya kini aku terdiam sambil mengamati profil nya dengan jelas. Lalu ku buka fotonya, tp sayang aku tidak mengenal orang ini. Ingatanku benar-benar samar. Jujur saja aku tidak mengingat satu orang pun di acara malam itu. Mungkin hanya kak Yabu yang ku ingat. Itupun karena aku diantarkan pulang olehnya.
***
Waktu ujian percobaan masuk universitas pun tinggal seminggu lagi dan anak bodoh itu tetap tenang. Ya aku iri dengan Yura. Dia bisa setenang itu menghadapi ujian ini, sedangkan aku benar benar mati matian mengejar impianku menjadi seorang dokter. Dia benar-benar dimabuk cinta, bahkan aku tidak tahu, apa yang dia pikirkan saat itu. Padahal ada hal yang lebih penting ketimbang cinta. Ah ya, setelah hari itu Kota benar benar tidak menghubungiku. Namun kini giliran Nakajima yang menghubungiku. Dia berbeda, tidak sesering Kota dalam menghubungiku. Dia hanya menanyakan hal-hal yang lumrah. Itupun hanya di media sosial dan jujur saja aku tidak terlalu terganggu dengan hal ini.
***
Akhirnya masa-masa suram ujian selesai. Aku benar benar percaya diri dengan hasil yang aku peroleh, karena aku sudah berjuang sekeras mungkin. Ya meskipun bukan yang terbaik aku masuk dalam 10 predikat terbaik di sekolahku. Hal itu membuatku tambah percaya diri untuk masuk universitas pilihanku. Namun jujur saja, masih tersisa kehawatiran lain dibenaku. Aku takut, jika Kota kembali menghubungiku. Padahal aku benar-benar tidak suka pada dia yang terlalu jujur. Terlalu to the point. Saat Kehawatiranku mulai memuncak, ponselku berdering."Oh tuhaan, memangnya bisa ya terjadi sebuah kebetulan seperti ini?!" Gumamku.
Akhirnya aku membuka ponselku. Ternyata hanya pesan dari percakapan media sosial minggu lalu dan bahkan aku sudah melupakan apa yg aku balas. Pesan itu dari Nakajima. Dia dengan sopannya meminta nomorku, tapi tentu saja dia bilang jika aku keberatan dia tidak akan memaksa.
Ya aku sudah cukup mengenalnya. Lagipula dia cukup sopan untuk meminta langsung padaku dan tidak meminta ke si bodoh Hikaru itu. Akhirnya aku memberikan nomorku padanya.
***
Aku kira sesaat setelah dia mendapatkan nomorku, dia akan langsung menghubungiku. Ternyata dugaanku meleset. Nakajima baru mengubungiku setelah seminggu mendapatkan nomorku. Akhirnya kami mulai bertukar pesan, tapi tidak terlalu sering. Setiap hari, tapi tidak bisa diartikan sering. Entahlah kata apa yg cocok untuk menggambarkan hubungan kami. Yang jelas kami berjalan sangat lambat bahkan sangat lambat, dan aku menikmati itu.
YOU ARE READING
EVE
FanfictionAuthor : nobinaka Pairing : Nakajima Yuto x OC Genre : Drama/Romance Rating : G