"Gue ramal, sebulan lagi lo putus Ca" seru Edgar dengan wajah selengeannya.
Saat ini suasana kelas XI IPA 2 sedang ramai, karena bel istirahat baru saja berbunyi. Oca, Elin, Edgar dan beberapa teman lainnya sedang duduk membicarakan banyak hal ga penting di kelas. Termasuk sekarang, saat Edgar sedang menatap Oca dengan serius.
"Sotoooyyyyy lo" Oca mengerjapkan matanya mengalihkan pandangannya dari Edgar.
"Lo gak percaya sama gue"
"Ya ialah kan percaya harusnya sama Tuhan, lagian dimana-mana ramalnya baca garis tangan gitu, mana ada pakai tatap-tatapan bisa ramal-ramal ga jelas" Oca tambah manyun gegara Edgar.
"Tunggu aja. Yahh bisa jadi kurang dari sebulan Ca. Lo harus percaya yang gue bilang, karena mata gue yang penuh kharisma ini bisa ngebaca isi hati orang" jawab Edgar mantap yang dibalas dengan toyoran oleh Sayta.
"Eloooo malah doain si Oca putus Gar"
"Kalau lo masih gak punya keberanian buat deketin Nadin gak usah ngajak-ngajak Oca jadi jomblo ngenes kaya elo jua ogeb" Elin menimpali
"Gue bukan gak berani Lin belum ketemu timing yg pas aja kali"bela Edgar.
Edgar memang lagi naksir Nadin anak kelas XI IPA 4 yang kelasnya cuma dibatasin satu kelas, XI IPA 3. Teman-temannya satu kelas tau. Karena susah menutupi banyak hal saat teman-teman sekelas mulutnya kaya ember bocor semua. Salah Edgar juga cerita dengan Satya jadinya malah di cengcengin mulu jadilah ketauan. Mungkin Nadin sendiri bisa jadi sudah tau. Tapi sampai sekarang belum ada aksi dari Edgar. Kalau sepengenal Oca, Edgar mungkin hanya penasaran karena Nadin yang tinggi, cantik, putih, anggun, ya princess banget lah. Beda dengan Oca yang badannya ga tinggi-tinggi amat, badan kurus, muka ga putih-putih amat, ini juga syukur Rajen yang sudah jadi pacarnya setahun lebih ini belum sadar juga dari khilafnya. Kalau engga ya alamatnya Oca bisa ditinggal ntar.
Tringgg
Tiba-tiba handphone Oca berbunyi. Ada pesan masuk. Oca diam-diam membacanya. Dari Rajen. Sementara diperhatikannya teman-temannya masih gila dengan obrolan -Edgar cemen tukang ngibul-, Oca sibuk dengan handphonenya sendiri.
My Bebe
Kayanya aku ga bisa ke sana minggu depan bebe
Oca menghela nafasnya. Sebenarnya sejak setengah tahun lalu dia dan Rajen sudah LDR-an. Mereka memang beda sekolah. Dulu tidak masalah toh mereka masih dalam kota yang sama. Rajen kadang-kadang menjemputnya dan mengantarnya sampai depan komplek. Karena memang Oca tidak berani bilang ke orang tuanya kalau dia sudah mulai pacaran.
Tapi ternyata tidak cukup backstreet dari orang tuanya mereka juga harus berpisah. Ibu Rajen dipindah tugaskan dan itu berarti Rajen dan Dinda adenya yang masih sekolah dasar harus ikut pindah. Sementara abangnya yang kuliah tetap tinggal disini. Maka mulailah hubungan LDR-an menyiksa ini. Kalau dulu mereka bisa jalan-jalan paling tidak seminggu sekali sampai dua kali kalau sekarang sebulan sekali aja kalau bisa Rajen usahakan balik menemui Oca.
Dan sekarang Rajen mengirim pesan bahwa mereka batal bertemu. Rasanya Oca mau menangis di tempat. Pasalnya jauh di lubuk hati Oca takut. Takut bahwa ramalan Edgar yang konyol itu jadi kenyataan. Dia dan Rajen bakal putus.
Mereka memang pernah putus sebelumnya, tapi setelah bicara semua baik-baik aja. Mereka jarang bertengkar, karena jarak yang jauh selama ini Oca selalu berusaha memahami Rajen. Semua tingkah laku Rajen yang diakui Oca memang menyebalkan. Rajen terkadang lupa menelponnya atau sekedar mengabarinya. Oca hanya takut bahwa kejadian sebulan lalu terulang kembali, saat mereka merayakan hari jadi hubungan mereka yang pertama.
Saat itu Rajen mengajaknya makan di sebuah cafe, memberinya sebuah boneka beruang lucu. Lalu setelah itu malam harinya Rajen menelponnya dan menyanyikan lagu-lagu yang dia sukai. Rajen juga mengiriminya puisi indah malam itu.
Lalu besok harinya saat Rajen sudah pergi dan kembali ke tempatnya tiba-tiba sms itu muncul. Rajen bilang dia ingin melakukan pengakuan dosa. Bahwa dia salah menutupinya dari Oca. Rajen tidak mau Oca bahagia tanpa tau yang sebenarnya. Selama setengah tahun mereka menjalani LDR ini Rajen sudah berpacaran dengan orang lain. Teman sekelasnya sendiri, yang Oca tidak akan sudi mengingat namanya.
Mereka berpacaran selama dua bulan. Rajen mengakui bahwa dia kesepian tanpa Oca. Saat dia membutuhkan teman bicara maka cewek itu ada untuknya. Tidak hanya sekedar bicara lewat telpon. Tapi juga yang bisa ditatap matanya dan digenggam tangannya.
Betapa sakitnya Oca saat itu. Orang yang betul-betul disayanginya sepenuh hati justru mengkhianatinnya. Tapi Oca bisa apa. Bukannya memaki Rajen habis-habisan dia hanya bisa menangis sejadi-jadinya saat Rajen menelponnya. Rajen yang kala itu meminta maaf hanya dibalas dengan kalimat sesegukan dari Oca.
"Aku tau be aku yang salah, biarpun aku selalu berusaha ada buat kamu tapi aku gak bisa disamping kamu" Rajen hanya diam karena tau bahwa Oca akan terus menangis seperti ini. Oca pasti akan menyalahkan diri sendiri.
"Gak be, kamu tau aku gak mikir gitu, aku yang salah, aku yang brengsek, maafin aku, kalau kamu mau ninggalin aku yang bodoh ini aku gak larang, kamu berhak bahagia, jangan nangis lagi" Rajen masih berusaha menenangkan Oca.
"Aku sayang kamu be, aku gak mau kalau gak ada kamu, kamu udah ga sayang sama aku?" hanya kalimat itu lah yang membuat Rajen tidak berkutik. Bahwa Oca menyayanginya dan iya tau begitu pula sebaliknya, memang benar dia pernah mengkhianati Oca tapi tidak pernah terpikirkan olehnya untuk memasukan orang lain dalam hatinya. Ia hanya kesepian.
"Aku selalu sayang kamu Ca"
Dan begitulah mereka kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrapping Paper
RomanceKadang aku menyayanginya Kadang aku tidak suka sikapnya Kadang aku merindukannya Kadang aku marah dibuatnya Kadang aku mengekorinya kemanapun dia pergi Kadang aku tidak masalah kalau dia tidak ada Kadang aku ingin membuatnya tersenyum Kadang aku jug...