"No secret" itulah yang dijunjung kelas XI IPA 2 selama ini. Mereka saling berbagi satu sama lain, tidak peduli cewek atau cowok. Tidak ada pula rasa curiga bahwa di antara mereka ada yang menjalin hubungan atau saling jatuh cinta. Sama seperti saat Satya menarik Oca untuk duduk di sampingnya, tempat yang biasa diisi Satya dan Edgar.
"Kenapa sih Sat?" Oca yang tadinya mau ke kantin jadi batal gegara Sayta
"Gue pengen curhat nih" Satya tampak celingak celinguk, entah menghindari siapa
"Apaan? Buruan ya, gue laper"
"Santai gue traktir bakso" jawab Satya santai, kayanya suasana kelas anteng banget karena anak-anak pada ngilang ke kantin
"Nah gue suka nih kalo lo gini" mata Oca berbinar karena uang jajannya selamat, bisa buat tambahan isi kuota
"Iye selow, Lo tau kan si kunyuk Edgar naksir Nadin?"
"Oh itu mah satu kelas juga tau kali Sat"
"Nah masalahnya.." Satya diam tidak melanjutkan
"Lo naksir juga?" Tebak Oca yang disambut wajah kaget Satya
"Lo ko tau?"
"Nebak aja kali, selow selow"
"Gue udah naksir Nadin sebelum si kunyuk itu mendeklarasikan kalau dia naksir Nadin. Cuma ya lo kan tau, gue mah apa atuh dibanding Edgar, cuma serpihan rengginang" sekarang si Satya mengalihkan pandangannya ke arah pintu kelas, mungkin takut ada yang datang.
"Hmm bentar gue mikir dulu" si Oca tampak bingung, karena sebenarnya gak nyangka juga kalau Satya bakal ikutan naksir Nadin, secara mereka berdua cs'an.
"Si Edgar kan belum ada aksinya nih, berarti kan belum jadian juga, nah elo maunya gimana? Deketin Nadin juga apa enggak? Kalau iya berarti lo harus ngaku duluan ke Edgar, yaa itung2 sopan santun dalam tikung menikung" ujar Oca mantap.
"Gile lo ngaku ke Edgar? Males gue entar dibilangnya ikut-ikutan lagi. Padahal gue udah kenal Nadin duluan, secara sepupu gue sekelas sama doi pas SMP jadinya gue tau lah dikit-dikit soal dia"
"Ya lo terangin gitu juga lah ke Edgar" sekarang giliran Oca yang celingak celinguk ke arah pintu kelas, maklum kalau kelamaan disini bisa-bisa dia gak jadi makan di kantin, tapi kalau dia tinggalin Satya yaa nabung kuotanya ntar batal, ahh duka si kere.
"Gue tengsin kali Ca, harga diri. Dan cukup tau diri. Kaya yg gue bilang tadi gue mah apa atuh, kalau si kunyuk aja masih belum maju-maju deketin Nadin, apalagi gue bisa-bisa belum ngasih coklat ke doi, eh langsung di tolak" jawab Satya gusar.
Memang bukan rahasia umum sih kalau si Edgar ya tampangnya sedikit lebih baik lah dari Satya. Walaupun gak ganteng-ganteng banget, tapi si Edgar yang supel bakal lebih mudah narik perhatian Nadin, selain itu Edgar juga pinter, sebulan dia bakal ikut olimpiade biologi, sedang Oca yang kebetulan bakal ikutan olimpiade fisika. Ditambah lagi si Edgar pedenya kebangetan.
Agak sedikit berbeda dengan Edgar, Satya lebih berisi, dengan tinggi badan yang segitu, dibanding gemuk Satya terlihat lebih bongsor, mungkin itulah pikir Oca kenapa Satya gak pede buat deketin Nadin. Padahal kalau dibandingkan, Satya lebih lembut dan baik kalau sama cewek. Inget cuma sama cewek. Tapi yang Oca lupa, baik aja ga cukup jadi alasan buat jadiin seseorang pacar, sama kaya Oca yang masih bertahan sama Rajen yang acuh dan kadang ga peduli keadaannya.
Oca kembali menghela nafas, barengan dengan munculnya Edgar yang baru masuk ke kelas dengan wajah kusut. Satya dan Oca menatapnya bersamaan, lalu senyum kecil tampak dari wajahnya. Edgar yang biasanya tidak akan tersenyum seperti itu. Seakan tau maksud tatapan dua temannya itu, Edgar hanya menjawab singkat.
"Coklat gue gak diterima Nadin, gue ditolak"
Kalimat yang berhasil bikin Satya menghela napas panjang sekali lagi, kemudian mendekati Edgar yang masih berdiri di hadapan mereka.
"Buruan yu gue traktir bakso sama Oca"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrapping Paper
RomanceKadang aku menyayanginya Kadang aku tidak suka sikapnya Kadang aku merindukannya Kadang aku marah dibuatnya Kadang aku mengekorinya kemanapun dia pergi Kadang aku tidak masalah kalau dia tidak ada Kadang aku ingin membuatnya tersenyum Kadang aku jug...