12. Putus

79 24 4
                                    


Waktu berjalan begitu cepat. Hampir 3 bulan aku sudah menjauhi Mega dan 1 bulan lebih aku bersama Azzahra. Aku sangat bersyukur sekali karena aku bisa menjalin hubungan dengan Azzahra. Dia wanita yang perhatian, baik, peduli, pokoknya dia adalah wanita yang bisa membuatku menjadi lebih baik. Tapi tidak pada saat waktu itu.
Di sekolah, Azzahra berubah drastis. Dia seperti cuek kepadaku, ada apa dengan dirinya? Apakah aku membuat kesalahan? Jam istirahat pun tiba, aku langsung menarik Azzahra ke belakang sekolah untuk membicarakan tentang kenapa dia berubah kepadaku.
"Zah, kamu kenapa sih? Kok kamu jadi cuek ke aku? Aku ada salah sama kamu?"
"Ngga Dir, aku cuma butuh waktu sendiri."
"Maksud kamu?"
"Sebelumnya aku minta maaf Dir sama kamu. Aku selama ini menyimpan rasa cemburu aku sama kamu. Kamu memang anak yang baik, ganteng, pintar, dan banyak cewe yang mengagumimu, Aku tahu aku siapa Dir. Aku cuma cewe yang disayangi sama cowo yang juga disayangi banyak cewe."
"Hah?? Apa? Ya itu kan mereka Zah. Aku kan cuma sayang sama kamu."
"Maaf Dir, aku gak bisa buat nerusin hubungan kita. Makasih buat semuanya. Aku juga sayang sama kamu tapi memang keadaan yang memutuskan untuk kita sampai di sini. Aku mau kita putus!"
"Apa!??? Putus!!? Aku gamau putus dari kamu Zah."
"Kamu harus bisa lupain aku. Masih banyak cewe yang ngantri ke kamu. Maaf ya Dir. Aku sayang sama kamu."

Aku cuma bisa diam dan mengangguk. Setelah Azzahra memutuskan hubungannya denganku, dia langsung pergi meninggalkanku. Aku duduk di bawah pohon rindang yang membuatku nyaman berada di sana. Tidak lama dari itu, Mega datang menghampiriku. Dia mau apa??

"Dirga?"
"Eh kamu Ga, ada apa?"
"Aku ganggu kamu ga?"
"Ngga kok, kenapa?"
"Kamu ada masalah sama Az-Zahra?"
"Aku putus dengannya."
"Apa!?? Putus!? Secepat ini Dir?"
"Katanya dia cemburu."
"Cemburu ke siapa?"
"Aku juga gak tahu. Udah ya, kita tuh udah ga bisa dekat lagi Mega! Kamu urus sendiri urusanmu dan aku urus sendiri urusanmu."
"Tapi Dir."

Aku langsung meninggalkan Mega di bawah pohon tersebut. Aku sedang banyak pikiran tentang Az-Zahra tapi Mega datang dan malah makin menambah pikiranku lagi. Aku pergi ke kelas dan melihat Az-Zahra sedang menangis dan dikerumuni orang-orang.

"Dir itu Az-Zahra nangis." ucap Farhan
"Iyaa."

Aku langsung menghampiri Az-Zahra yang sedang menangis.

"Kamu kenapa nangis?"
"Ngga kok, aku gapapa."
"Karena kita putus?"
"Iya, tapi gapapa. Aku nangis cuma ingat kenangan yang pernah aku lalui sama kamu. Banyak memori yang mungkin ga bisa aku lupakan Dir. Kamu berhasil menjadi seseorang yang dapat membuat pasangannya bahagia. Makasih yaa."
"Iya sama-sama. Kamu ga usah nangis lagi yaa." Aku hapus air matanya dan mengusap rambutnya

Mungkin aku putus dengannya adalah jalan yang terbaik. Karena aku yang masih memiliki rasa kepada Mega itu pasti akan membuat Az-Zahra sakit hati lebih baik aku dengannya usai sampai di sini, aku takut malah membuatnya lebih sakit dan Azzahra yang sudah memperlakukanku dengan sangat baik memang pantas untuk memiliki pria yang lebih baik dari aku. Kalian boleh bilangku Jahat atau cowok brengsek sekalipun tapi aku tidak sejahat dengan apa yang kalian pikirkan. Coba saja kalian ada di posisiku.

Walaupun aku dengan Az-Zahra sudah putus, tapi komunikasi kami masih berjalan dengan baik.
Dia adalah wanita yang cukup dewasa dan dapat mengerti keadaan yang harus dia terima.
Untuk Az-Zahra aku sangat berterimakasih kepadamu yang sudah menerimaku dengan apa adanya.

Putus bukan berarti musuhan bukan? Kita bisa lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. Bahkan aku dan Az-Zahra sekarang malah menjadi sangat dekat tapi tidak untuk mengulang masa lalu. Karena masa lalu adalah cara pembelajaran kita untuk di masa depan.

Waktu berjalan begitu cepat dan sudah 1 bulan aku tidak bersama Az-Zahra dan 4 bulan lebih aku tidak bersama Mega. Dan saat ini adalah pembagian hasil raportku di kelas 8 untuk menentukan naik atau tidaknya aku ke kelas 9. Bunda datang bersama ayah ke sekolah dan ku lihat mereka sudah ada di depan gerbang sekolah.
"Ayahhh, Bundaaa." Ku lambaikan tanganku
"Sini nak."
"Ayah, bunda, hayu atuh ke kelasnya Dirga."
"Di mana kelasku itu?" Ucap ayah
"Hayu Dirga anterin."

Aku mengantarkan Ayah dan Bunda ke kelas, tapi yang masuk cuma Ayah, Bunda di luar bersamaku. Katanya, giliran sekarang bagian ayah yang menerima raportku. Aku mendengar ada suara Mega dengan menyebut nama Bunda dengan keras dan setelah ku tengok ke arah kanan ternyata benar ada Mega yang sedang lari menuju tempat kami berdua.

"Bundaaa."
"Sayanggg. Gimana raportmu?"
"Alhamdulillah bunda, Mega rangking 3 besar."
"Wahhh pintar nya anak Bundaa, terus siapa yang mengambil raportmu?"
"Ibu, bunda."
"Mana dia sekarang? Bunda ingin mengobrol dengannya."
"Sebentar bunda Mega panggilan dulu."
"Iyaa nak."

Mega lari menuju kelasnya untuk memanggil calon mertuaku he he he. Tidak, aku hanya bercanda. Dia lari untuk memanggil ibunya karena Bunda ingin bertemu dengannya. Tidak lama kemudian, Mega dan ibunya datang.

"Haiii." Ucap bunda
"Haiii sudah lama tak jumpa kita." Ucap ibu
"Marilah kita ke kantin untuk berbincang-bincang."
"Ayoo-ayoo."
"Dir, bunda ke kantin dulu ya. Kalau ayahmu sudah selesai suruh ke kantin saja. Kalian berdua pun ikut."
"Iya bun." Ucapku

Bunda dan ibu langsung pergi kantin untuk mengobrol masalah wanita. Berarti di situ hanya ada aku dan Mega. Dia terus menatapku yang sedang menunggu hasil raportku. Dan Mega pun berbicara,

"Dir, jangan diemin aku kaya gini dong. Aku ngerasa kita jadi kaya orang asing."
"Lagi malas ngomong."
"Dirgaaa, please. Mana Dirga yang dulu? Yang selalu menghiburku? Yang selalu ada buat aku? Yang selalu."
"Sudah cukup Mega! Itu dulu bukan sekarang. Kamu gak tahu beratnya jadi aku. Lebih baik kamu diam!"
"Dir kok kamu gitu sih?" Mega mulai menangis
"Maaf Ga, aku bukan ingin kasar padamu. Aku hanya tidak ingin menyakitimu atau mamaksakan diriku."
"Maksud?"

Setelah itu Ayah datang dan menanyakan Bunda

"Dirga, bunda mana?"
"Ke kantin ayah."
"Ya sudah ayo kita ke kantin."
"Bentar ayah, kenalin ini Mega."
"Mega, ayah." Ucapnya
"Hai Nak, kamu temannya Dirga?"
"Iya ayah. Waktu kelas tujuh sekelas."
"Oh iya iya. Kamu cantik nak."
"Makasih Ayah."
"Ya sudah ayo kita ke kantin nyusul bunda."

Kami pun langsung menuju kantin dan melihat Bunda dan Ibu sedang makan.

"Bundaa." Ucap ayah
"Ehh ayah, duduk yah."
"Iyaiyaa."
"Ayo Dirga, Mega kalian juga duduk."
"Iya bunda." Ucapku dan Mega
"Kenalin yah, ini ibunya Mega."
"Saya ayahnya Dirga." Sambil bersalaman dengan ibu
"Saya ibunya Mega."

Setelah berkenalan ayah juga memesan makanan. Aku dan Mega hanya memesan minum. Selesainya kami makan dan minum, ayah meminta untuk pulang karena ada urusan yang mendadak. Kami pun pulang dan berpamitan kepada ibu Mega.

"Bu, kami pulang dulu ya?"
"Iyaa bu, silahkan. Hati-hati di jalan."
"Ibu tidak mau bareng?"
"Saya bawa mobil kok."
"Oh gitu. Baiklah kalau begitu. Mega bunda pulang dulu ya?"
"Iyaa Bundaa." Ucap Mega
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."

Kami pamit dan berarti besok, lusa, dan hari-hari berikutnya aku tidak bisa bertemu Mega? Kita akan bertemu lagi pada semester baru yaitu kelas 9. Sedikit informasi bahwa di sekolahku pada kelas 8 memang di acak, tapi pada saat kelas 9 kelasnya akan kembali seperti kelas 7. Itu artinya aku dan Mega akan berjumpa lagii.

Dirga & MegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang