Radja Sabdayagra Wisenggana.
Tiba-tiba kepalaku berputar rasanya mendengar nama itu. Setelah ditipu mentah-mentah oleh playboy cap kuaci itu, setiap kali melihat atau bahkan mendengar namanya ingin sekali kutusuk badannya pakai ujung pensil sampai dia mampus.
S: gue jemput ya? Kangen keluar sama lo
Kamaniaagni: knp mesti sm gw? Temen2 lo kan byk sih.
S: lo beda dari yang lain. Kangen aja. Kenapa? Lo gak mau?
Jadi, beberapa waktu silam aku pernah khilaf mengunduh aplikasi dating online. Itu disaat aku merasa di titik terendah dan sangat butuh teman baru. Ditinggal para sahabat pindah, meskipun hanya ke gedung sebelah, tapi tetap saja aku merasa kesepian.
Di usia yang semakin dewasa, lingkup pertemananku pun dirasa makin mengecil. Berteman dengan orang kantor sudah bosan, mau keluar sekedar nongkrong kali-kali dapat kenalan, malas. Terlalu lelah dan weekend adalah quality time dengan diri sendiri.
Akhirnya, dalam aplikasi tersebut aku match dengan seseorang bernama Sabda.
To be honest, untuk urusan dengan lawan jenis aku tergolong pribadi perempuan yang kurang percaya diri. Berkali-kali pun para sahabatku mengingatkanku untuk bersyukur atas apa yang kumiliki sampai detik ini, entahlah aku merasa keinsecureanku masih belum berkurang.
Melihat Sabda match denganku kala itu, seperti ada batin bergejolak.
Bener nih seorang Sabda yang tampan ini match sama gue?
Ah gue kan juga oke.
Tapi dia gak fake kan? Gak pake foto orang?
Liat ntar deh.
Serius nih ada orang ganteng match sama gue?
Ada lah. Lo kan cantik.
Beneran gak sih nih aplikasi?
Dan seterusnya.
Sampai akhirnya Sabda mengirimkan chat terlebih dulu yang berisikan.
"Shall we continue this over whatsapp? Whats your number?"
Seriusan, melihat caranya berbahasa dalam chatting saja aku sebenarnya sudah bisa menilai, Sabda ini laki-laki yang seperti apa. Ditambah lagi dalam dunia perdating-online an.
Entah kenapa waktu itu hati kecilku merasa aku harus melanjutkan percakapan dengan Sabda yang selisih usianya berbeda 5 tahun lebih tua dariku.
Kuberanikan diri memberikan nomor ponselku—yang biasanya tidak akan pernah kulakukan—dan melanjutkan percakapan.
Kalau diingat-ingat, waktu itu aku seperti puber lagi, maklum setelah sekian lama tidak berhubungan dengan lawan jenis, aku seperti norak bisa berkenalan dengan Sabda yang tampannya diatas rata-rata.
Ehm, menurutku sih.
Kamaniaagni: lg bnyk kerjaan.
S: lo selalu menghindar ke gue ya semenjak waktu itu.
Kedua alisku bertaut, mengernyit. Ya iyalah, ngerasa juga lo?
Kamaniaagni: biasa aja sih. Lo aja yg terlalu sensitif.
S: buktiin dong kalo emang gak kenapa2
KAMU SEDANG MEMBACA
My New Year's Eve
ChickLit[Note: Versi lengkap terbaru ada di Karyakarsa] Perayaan tahun baru tidak lagi berkesan sejak 5 tahun yang lalu. Ulang tahun yang harusnya semenyenangkan itu karena dirayakan orang seluruh dunia, tidak berarti apapun tanpa orang spesial. Dihadapkan...