Si Luman

421 5 0
                                    

Aku adalah manusia yang terlahir tanpa tujuan. Aku sekolah karena orang tua yang memaksa. Dan kini aku sudah mulai dewasa. Aku menikah karena orang tua juga memaksa. Tapi, aku bingung. Mau menikah sama siapa?. Pacar saja aku tak punya. Jujur saja, wajahku tidak setampan Al, El dan Dul. Aku hanyalah laki-laki biasa berhidung mancung ke dalam. Orang tuaku terus mendesak. "Kapan nikah?", ucapan itu masih terngiang di dalam hati ketika aku pulang kampung. Maka, terpaksa aku harus berbohong kalau sudah punya calon.

Malam itu aku sendirian di dalam kamar. Sudah satu tahun aku lulus kuliah, tapi masih nganggur-nganggur saja. Meski begitu, aku selalu mendapatkan jatah uang saku dari Nyokap. Beruntunglah Nyokap dan bokapku tergolong orang yang kaya raya. Saking kayanya, mobil koleksi ayahku banyak yang disumbangkan kepada para pembantunya. Saat itu aku merasa jenuh. Malam yang begitu sunyi. Padahal malam ini adalah malam Minggu. Sesaat, aku mendengar suara motor berhenti di depan rumah kontrakanku. Kulihat di balik pintu jendela. Ada seorang pria memakai kaos hitam polos dan celana elvys dengan gaya cutbray. Pria itu rupanya Si Luman. Nama aslinya Lumanto. Dia lebih akrab dipanggil Si Luman. "Mau ngapain malam-malam gini datang ke rumah kontrakan gue!?" tanya aku sedikit cuek. Mengapa aku cuek?. Pasalnya seminggu yang lalu dia pinjam PS2 gue tapi sampai sekarang belum dikembalikan. "Ayo, ikut aku?" ucapnya dengan mata berbinar. "Nggak!" jawabku ketus. "Ya udah, kalau nggak mau. Aku ngajak Sintia saja," ucapnya agak songong. Lantas, aku terkejut. Beang kerok ini ternyata dekat dengan Sintia. Menurut info yang tersebar di medsos. Sintia adalah seorang model. Wajahnya cantik idaman semua pria. "Tunggu, Kampret. Aku mau ikut!" jawabku lalu bergegas pergi.

Malam itu aku dan Si Luman pergi ke tempat dugem. Baru kali ini aku masuk ke tempat semacam ini. Suasananya cukup ramai. Suara musik disco menghantam detak jantungku. Kuping rasanya seperti ditusuk-tusuk palu. Wajah Si Luman tampak begitu riang dan gembira. Dia mengajakku duduk di kursi. Seorang pelayan wanita berbaju seksi datang menemuiku. "Mau pesan apa, Mas?" tanya pelayan itu dengan wajah murah senyum. Aku sampai GR, jangan-jangan dia suka sama aku. Sejenak aku tertegun melihat pemandangan wanita-wanita seksi itu. "Mau pesen apa, Mas!?" ucapnya dengan suara lebih keras. Pelayan wanita itu mulai sedikit emosi. "Aku pesen es teh aja, Mbak," ucapku dengan wajah polos. Si Luman tertawa terbahak-bahak melihat diriku. "Ini bukan warteg. Ini diskotik, Mas!?" sergah pelayan wanita itu. "aku pesan vodka dua botol, Mbak," sahut Si Luman. Aku baru denger merk minuman itu. Bayanganku itu minuman bersoda seperti fanta atau Coca-Cola.

Sesaat, minuman itu datang. Si Luman memberikan satu gelas vodka kepadaku. "Mari kita bersulang," ucap Si Luman. Aku dan Si Luman mengangkat gelas tinggi-tinggi. Dalam hati aku sedikit ragu dengan minuman ini. Satu tegukan pertama aku langsung tersedak. "Setan!. Minuman macam apa ini!" ucapku dengan suara keras. Orang-orang yang berada di sekitar ku menoleh. Dia memandang diriku sedikit aneh. Si Luman tertawa terbahak-bahak melihat diriku. "Dasar kampungan. Itu vodka!. Minuman beralkohol!," ucapnya dengan nada santai. "Astagfirullah!. Gila kamu, ya!. Kalau gitu aku pulang saja!" ucapku sedikit emosi. Saat itu, tiba-tiba ada seorang wanita berparas cantik. Dia menemui Si Luman. "Hai, Sintia?" ucapnya. Aku hanya bisa tertegun melihat kecantikan wajah Sintia. Si Luman tampak akrab dengan Sintia. Hal itu membuat diriku merasa cemburu. "Ehem, ehem," ucapku. Si Luman melirik diriku. "Kenalin ini Farid. Teman kuliahku dulu. Orangnya baik, suka ngaji, suka nabung dan penyayang kucing," ucap Si Luman. Sintia melihat diriku dengan mata berbinar. Kali ini aku semakin percaya diri. Kuharap Sintia mau aku jadikan pacar. "Kenalin. Aku Sintia?" ucapnya seraya bersalaman dengan diriku. Jantungku berdegup kencang. Tangan Sintia terasa lembut dan dingin. Setelah itu Si Luman memberikan aku surat undangan. Di sini tertulis "undangan pernikahan Luman dan Sintia". Sontak, hal itu membuat diriku bersedih dan kecewa. Ternyata selama ini Si Luman menikung diriku dari belakang. "Dasar!. Teman kampret!" ungkapku di dalam hati. Sampai sekarang aku masih menjadi laki-laki jomblo. Entah siapa wanita yang mau dengan aku. Setelah kejadian itu seharian aku berdiam diri di dalam kamar, merenungi nasib kejombloanku.

CLMK - CERITA LUCU MANTAN KEKASIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang