Musim Duren

120 2 0
                                    

Tatkala malam tiba Paijo datang membawa sepotong roti. Langkah kakinya sedikit tergesa-gesa menuju pos ronda. Aku sedikit curiga dengan keadaan dirinya. "Kenapa kamu, Jo," ucapku menghampirinya. "Anu, Ndan, tadi saya denger ada suara wik wik wik di kampung sebelah," ucapnya dengan penuh antusias. "Ah, kirain ada apaan," jawabku dengan muka manyun.

Musim duren adalah musim perkawinan yang terjadi setiap satu tahun sekali di musim hujan. Aku tidak heran jika Paijo kemarin mendengar suara orang yang sedang melakukan hajat besar tersebut. Kenalin namaku Sukoco biasa dipanggil komandan. Akulah ketua RT di kampung durian Desa Sukoharjo. Sebuah desa dengan pemandangan pohon durian dimana-mana. Sudah lama aku hidup menjomblo alias tidak laku-laku. Terkadang aku gelisah, di usiaku yang sudah berkepala tiga ini harusnya sudah mempunyai seorang istri. Namun apalah daya, Tuhan belum menakdirkan aku untuk berumah tangga. Banyak warga memanggilku perjaka tua. Meskipun begitu aku tidak akan marah, walaupun didalam hati terasa menyakitkan.

Disuatu malam aku dan Paijo berkeliling kampung untuk mengamankan hewan ternak warga, karena terdengar kabar dari kampung sebelah banyak sapi yang hamil alias bunting. Aku cukup gelisah mendengar kabar ini, karena aku tidak ingin sapi dari warga kampung durian ikut-ikutan bunting. Terlihat dari kejauhan sorot lampu mobil Pajero menerangi kedua tubuh kami. "Siapa itu, Ndan. Tengah malam gini ada mobil masuk kampung," ucap Paijo. "Alah, paling-paling pak lurah habis kencan dari diskotik,"tukasku. "Hus, ngawur kamu, nggak boleh berprasangka buruk," ucap Paijo. Perlahan mobil Pajero berwarna merah itu berhenti dihadapan kami, terlihat seorang wanita memakai sweater mini berwarna ungu. Sungguh ini bukanlah mimpi, sesosok wanita cantik berhidung mancung kulitnya putih mendatangiku. "Mau kemana, Neng?" tanyaku dengan wajah ganjen. "Mau kerumahnya pak lurah, Mas," jawabnya dengan suara lembut. "Boleh saya antar, Neng,"sahut Paijo. "Ah, nggak usah,"jawab cewek itu sembari tersenyum. "Ya, udah kalau gitu,"ucap Paijo dengan penuh kekecewaan. "Oiya, Mas. disini ada toilet terdekat?" tanya wanita cantik ini sembari menahan kencing. "Sini aku antar ke toilet," jawab Paijo dengan penuh semangat. Aku, Paijo dan wanita tadi berjalan menuju toilet yang letaknya bersebelahan dengan pos ronda. Setelah sampai wanita itu masuk kedalam toilet. Saat itu nafsu bejat Paijo mulai datang. "Ndan, Ndan,"ucap Paijo dengan suara lirih. "Apaan,sih," jawabku sedikit jengkel. "Ngintip, yuk," ucapnya dengan wajah nakal. "Ah, kamu aja, Jo. Imanku masih kuat,"jawabku sok alim. Saat itu Paijo mengintip ke dalam toilet, kebetulan pagar toilet itu sudah banyak yang bolong. Sontak, Paijo tiba-tiba lari terbirit-birit. "Jo, ada apa Jo!!" ucapku sembari bertanya-tanya di dalam hati. "Kamu kenapa, Jo?" tanyaku sembari menenangkan Paijo. "Anjir, Ndan, ternyata cewek itu banci kaleng," jawabnya dengan suara lantang. "Apa!" jawabku terkejut dan seolah tidak percaya. "Apa buktinya kalau dia banci kaleng?" cecar aku. "Tadi aku lihat dia kencing sambil berdiri," jawabnya penuh dengan penyesalan. Mendengar jawaban dari Paijo aku tak henti-hentinya tertawa sampai beberapa warga bangun dan menegur aku atas kegaduhan di tengah malam ini. 

CLMK - CERITA LUCU MANTAN KEKASIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang