Kerja, Boss dan Stress [Wendy's Side]

621 79 7
                                    

Tuk, tuk, tuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuk, tuk, tuk

Suara tapakkan lambat hak stiletto Seungwan berbunyi nyaring di apartemen sepi miliknya, semua penerangan selain lampu luar di balkon dan lampu temaram dapur sengaja tidak ia nyalakan mengingat jam elektronik di ponselnya sudah menunjukkan waktu 00.34 dini hari

Seungwan menggigit bibirnya sembari pelan pelan melangkahkan kakinya agar tidak mengusik tidur anak anak --ah bukan, kucing kucingnya di sofa tengah

Seungwan telah sampai di rak sepatu, ia perlahan mengganti stiletto tinggi miliknya menjadi sandal rumah lucunya yang lembut dan tidak menimbulkan suara di lantai parket apartemennya

Dilemparkannya tas kulit merah tua miliknya keatas meja dapur dan ia meraih teko kaca berisi air dingin didalam kulkas sebelum menuangkannya ke mug biru pastel bergambar tiga ekor kucing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dilemparkannya tas kulit merah tua miliknya keatas meja dapur dan ia meraih teko kaca berisi air dingin didalam kulkas sebelum menuangkannya ke mug biru pastel bergambar tiga ekor kucing

Dilemparkannya tas kulit merah tua miliknya keatas meja dapur dan ia meraih teko kaca berisi air dingin didalam kulkas sebelum menuangkannya ke mug biru pastel bergambar tiga ekor kucing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dapat ia rasakan tenggorokkan keringnya basah oleh air segar yang ia tegukkan, desah kelegaan terdengar dari mulutnya setelah menandaskan air di mugnya

Drrrrt Drrrrt Drrrrt

Getaran dan suara sebuah benda didalam tas mahalnya membuat Seungwan menoleh, Seungwan menghela nafas panjang sembari merogoh benda panjang tipis itu

Sajangnim Calling📞

"Ck, apa tidak menyusahkanku sehari saja membuatmu gatal gatal?" Gumam Seungwan menatap layar ponselnya yang menunjukkan sebuah panggilan, agak lama Seungwan mendiami panggilan tersebut sebelum pada getaran ke lima ia segera mengangkatnya

"Ya, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Seungwan sopan, bak melupakan nada setengah dongkolnya tadi

"Laporan obat pemasokkan dari Jerman yaa? It-"

"...."

"Tidak, bukan saya yang memegangnya tuan, itu tugas sekretaris utama anda, tugas saya berbeda"

"...."

"H-hah? Saya? Maaf tap-"

"...."

"Tetapi memang bukan saya yang memiliki datanya, semua data masuk ke perusahaan memang Mrs. Irene yang pegang"

"..."

"Lalu, saya har-"

"...."

"B-baiklah tuan, setelah ini saya akan segera menghubungi Mrs. Irene"

"...."

"Selamat malam juga"

Panggilan dimatikan, Seungwan meletakkan ponsel ditangannya lalu perlahan memijit dahinya pusing

"Apa katanya? Sekretaris pribadi? Kalau tahu aku sekretaris pribadinya untuk apa dia menanyakan yang bukan tugasku?" Geram Seungwan tertahan, lagi lagi kepalanya seperti ingin pecah

Bagaimata tidak mau pecah? Setiap hari harus berangkat pagi pagi buta dan pulang tengah hari, berjalan mengikuti bosnya setiap kali melangkah keberbagai tempat sekaligus menata jadwalnya yang sangat sangat padat agar lebih fleksibel dan belum ditambah oleh kemunculan 'gangguan kecil' seperti ini

Seungwan tersenyum miris, ia bahkan hanya mendapatkan waktu liburnya setengah hari, karena dihari minggu pun ia harus bekerja walaupun diperbolehkan pulang saat matahari sudah berada tepat di atas kepala

Terkadang Seungwan bertanya tanya, apa bekerja menjadi sekretaris pribadi selalu seberat ini? Yang dia bayangkan saat menyerahkan map lamaran kerjanya di SM Corporation adalah seorang wanita pekerja kantoran yang mandiri, dewasa dan... Yah, normal normal saja. Kalau begini, yang salah siapa? Apa pemikiran Seungwan, atau bos nya yang membuat pekerjaannya seberat ini?

Ngomong ngomong soal bos nya, Seungwan sebenarnya sedikit tidak suka dengan bos nya itu

Bos nya tidak seperti tipe tipe bos biasanya. Kim Suho Sajangnim, CEO sekaligus bos nya itu merupakan tipe orang yang tegas tanpa rasa ampun pada bawahannya, dingin, perfeksionis tingkat tinggi, tegas dan super duper triple workaholic man

Contohnya percakapan sepuluh menit yang lalu, Si Kim Suho itu tiba tiba menelponnya setelah mereka berpisah di kantor satu setengah jam yang lalu hanya untuk meminta softcopy file pemasokkan obat obatan rutin dari Jerman, bayangkan! Pada tengah malam lewat setengah jam seperti sekarang saja pria tanpa senyum itu masih meminta file yang bahkan tidak ia miliki

Bagaimana mau memiliki file itu, masih ingat bukan pekejaan Seungwan itu apa? Cuman seorang sekretaris pribadi pria itu, seharusnya yang ia kerjakan adalah mengurutkan jadwal padat Kim Suho, mengatur pertemuan dan keluar masuknya relasi dari perusahaan lain, memesan tiket perjalanan VIP untuk keluar kota maupun negeri, membuatkan kopi dan menyiapkan segala kebutuhan sang atasan bagaimanapun keadaanya. Begitu saja Seungwan sudah kewalahan, bagaimana sempat menyimpan data apalah itu?!

Mungkin itu juga yang membuat Kim Suho tidak cuman merekrutnya sebagai Sekretaris pribadinya setelah permilihan panjang lebar dari beratus ratus calon. Ada Bae Irene, perempuan yang lebih tua tiga tahun darinya untuk menjadi Sekretaris keduanya

Tetapi tetap saja, walaupun pria itu memiliki dua sekretaris yang selalu siap sedia untuknya tidak membuat Seungwan merasakan kemudahan. Irene itu hanya sekretaris kedua, tugasnya juga cuman mengatur data dari segala divisi, mengetik ini itu, meminta tanda tangan. Simple, cukup duduk dibalik komputer menyala lalu menimbulkan suara ketikkan keyboard tanpa harus mondar mandir mengenakan hak tinggi kemanapun bak ekor kuc--

Drrrrt Drrrrt Drrrrt

Lagi lagi suara getaran ponselnya mengalihkan atensi perempuan itu, matanya langsung membola sempurna mengingat barusaja hampir melupakan perintah seorang Kim Suho yang terkenal tak malu untuk membentak siapapun yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik untuk melamun memikirkan nasib hidup sengsaranya. Ya, hidup sengsara, itu yang ia rasakan sebelum ketiga 'anak anak lucunya' hadir di apartemen sepi nan kosong ini

Ah iya, mengingat Spud, Loey dan Lazy, Seungwan tanpa sadar membayangkan bulu mereka yang halus, entah kenapa tiba tiba tangannya ngidam ingin memeluk mereka ber-- ASTAGA! TELFONNYA!

"Maaf pak! Saya mohon maaf..."

Tbc.













Full Seungwan's side :v dari chap ini kalian bisa bayangin gak gimana daily life dari wewen? Semoga bisa ngebantu kalian berkhayal pas baca chap selanjutnya wkwkwkwkw

Btw, thanks for vote n comments guizeeuuuuuuu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ma Hooman • WendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang