Alternative Universe : Hujan di Sore Hari

20 2 0
                                    

Kota Bandung sedang diguyur hujan di sore hari. Terlihat seorang gadis mungil yang memakai seragam sekolah menengah atas itu sedang berlari dengan kencang. Badannya basah kuyup.

Gara gara insiden pembullyan yang ia alami disekolah, dia harus terkunci di kamar mandi kosong sampai penjaga sekolah menemukannya. Beruntungnya penjaga sekolah bisa menemukannya sehingga Ia masih bisa pulang, namun naas saat ini ia harus pulang dalam keadaan basah kuyup.

Saat ini matanya menatap butiran hujan yang menetes dari rambut panjangnya. Badannya sedikit menggigil karena udara dingin yang menusuk kulitnya. Ia tak memiliki jaket dan bisa dipastikan bahwa isi tasnya sekarang sudah ikut basah juga.

Ia tetap berlari di trotoar jalan Dago menuju halte terdekat, kepalanya ia lindungi dengan tas lusuhnya.

Saat ia hendak menyebrang, ada sebuah mobil hitam lewat dengan kencang, menyipratkan air hujan kearahnya.

Athaya si gadis itu hampir mengumpat pelan, sudah basah kuyup, kini ia harus merelakan baju seragamnya kotor pula.

Sial sekali hari ini.

••••

"Astaga tuan muda, pelan pelan. Anda lihat tadi, ada anak gadis basah kuyup karena mobil yang tuan Samudra kendarai, mencipratkan air hujan kearahnya!" Sang supir menegur majikannya.

Tau seperti ini, seharusnya Pak Wira tak menerima tawaran majikannya yang menggantikan dirinya mengemudi tadi.

Gara gara sang majikan ngotot ingin membawa mobil (namun sang orang tua melarangnya, dan menimbulkan rasa kasihan Pak Wira untuk mengijinkannya tanpa mengadu pada sang orang tua), sekarang ia harus merasa bersalah karena seorang gadis menjadi korban kecerobohan sang majikan, ia melihat seragam sang gadis kotor dan ia juga melihat bahwa gadis itu menggigil kedinginan.

Samudra pun sama merasa bersalahnya, akhirnya ia menepikan mobilnya tak jauh dari pemberhentian halte bus tempat gadis tadi ingin berteduh.

Ia sejenak berpikir apa yang ingin ia berikan pada sang gadis. Lalu pikirannya terpaku pada benda hangat dibelakang jok mobilnya.

Disana ada sebuah jaket hangat miliknya, lantas ia mengambil jaket itu lalu keluar mobil tanpa menutupi kepalanya.

Ia berlari menuju halte dan melihat sang gadis tadi belum beranjak dari situ, Samudra menghampiri Athaya, beruntung halte sepi sehingga ia tidak terlalu malu untuk mengucapkan minta maaf.

"Kamu yang tadi basah kuyup gara gara mobilku ya? Aku ingin minta maaf karena kecerobohanku tadi." Ucap Samudra to the point. Sang gadis kini terkejut, jadi ini orang yang membuat rokku kotor tadi.

"Ya, aku maafkan. Aku menghargai sikapmu yang berani meminta maaf." Gadis itu tersenyum manis.

Athaya tidak marah, mendapati seorang pemuda yang mungkin seumuran dengannya ini berani menghampirinya hanya untuk meminta maaf.

Biasanya orang orang mengabaikan hal sepele seperti ini. Namun bagi Athaya ini penting, sehingga ia menghargai niatan Samudra untuk meminta maaf

Samudra yang melihat gadis itu tersenyum kini sedikit menahan gejolak aneh dalam tubuhnya. Ia menjadi sedikit berdebar debar. Namun ia tepis rasa aneh itu,

Dengan langkah mantap, Samudra menghampiri Athaya lalu ia menyerahkan jaketnya ketangan Athaya, "Ini ada jaket milikku. Untukmu saja, harus dipakai! Aku tidak mau kamu kedinginan."

"Tidak usah." tolak Athaya secara halus.

"Sudah terima, aku tidak mau ada orang macam macam sama kamu. Dalamanmu tadi terlihat olehku." Ucapan datar Samudra membuat pipi Athaya bersemu merah, ia malu dan segera menutup seragamnya dengan tas lusuhnya itu.

"Maaf tapi aku tak perlu. Terima kasih." tolaknya lagi.

Karena kesal ditolak, Samudra tanpa babibu meletakkan jaketnya pada pundak sang gadis.

Sesudah memberikan jaket itu, Ia berlari meninggalkan sang gadis tanpa melihat bawa sang gadis sudah berteriak memanggilnya.

Samudra berlari kencang menembus hujan menuju mobilnya, setelah sampai, ia membuka pintu mobil dan masuk kedalamnya. Pak Wira melihat ada kelakuan yang aneh dari sang majikan namun ia tetap terdiam.

Ia melihat sang majikan memancarkan tatapan yang terlihat senang. Namun ia tak menanyai alasannya.

Samudra tersenyum. "Sudah, Pak! Ayo kita kembali lagi kerumah." sejenak ia menatap ke belakangnya. Lalu mobilnya ia jalankan lagi meninggalkan halte hangat saksi bisu dari perlakuan aneh dirinya.

END

Athaya's Poetrys ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang