Alternative Universe : Hey!

23 1 0
                                    

Aku kembali bersembunyi diam diam dibalik jalan tikus sebelah sekolah.

Sebenarnya aku sendiri bingung, untuk apa aku bersembunyi. Kupikir memperhatikan dia secara diam diam seperti ini menimbulkan kecurigaan yang ketara.

"Esta lagi sama Laras ternyata." gumamku.

Sejujurnya aku merasa sakit hati sih, sudah tau dia punya pacar. Masih saja memperhatikannya dari jauh.

Kesannya seperti aku ini sedang cari mati atau mungkin sudah bosan hidup.

Aku kembali memata matainya lagi. Oh, lihat apa aku saat ini.

Semesta merokok, kupikir dia bukan perokok. Entahlah ternyata aku belum sejauh itu untuk mengetahui banyak hal tentangnya.

"Puas mata-matainya?" Eh?

Aku terdiam, setauku jalan ini adalah jalan tersepi dan jauh dari pengawasan orang. Tapi kenapa...

"Kaget ya?" tanyanya.

Aku terbingung, bukan malu karena tertangkap basah sedang memperhatikan Semesta.

Tapi aku merasa asing dengan orang ini. Lagipula dilihat dari almamaternya, dia bukan berasal dari sekolah tempat aku belajar.

"Siapa?" tanyaku.

Dia tersenyum manis.

"Orang." Jawabnya.

Aku merotasikan bola mataku. "Ngapain disini?" Iseng saja sih sekedar bertanya supaya Esta tak curiga bahwa ada orang ditempat seperti ini.

Esta berpikir mungkin aku sedang bersama pacar?

Eh tunggu,

Pacar? Orang ini!?

Lagipula belum tentu Esta melihatku.

"Nggaaaaaaak boleh!" teriakku dengan tiba tiba.

"Kenapa?" Dia menyiritkan dahinya, merasa aneh karena aku berteriak tiba tiba.

Duh Athaya kenapa bisa kelepasan! Malu banget

"Gapapa." Aku kembali memperhatikan Semesta dan mengacuhkan orang yang tidak aku kenal ini.

"Oh, yaudah." ucapnya.

Aku pikir dia akan pergi, tapi sudah daritadi dia berdiam diri terus dibelakangku. Sebenarnya dia mau apa?

Okay aku merasa ketakutan sekarang.

Aku membalikkan badanku dan menatapnya. "Kenapa masih disini? Kamu orang jahat ya!?"

Dia terkaget, matanya melebar sedikit.

Yhaa, melototnya kurang full, sipit sih.

Aku menahan tawa dan sebisa mungkin menampilkan ekspresi datar. Tapi berpikir lagi.

Astaga masih sempetnya aku ngetawain orang jahat

"Jawab!" tegurku.

"Sedang mengawasi orang juga. Aku bukan orang jahat."

"Huh?" Siapa yang dia awasi?

Oh mungkin dia memata matai Laras.

"Huh kenapa?"

"Suka Laras?" Tanyaku.

"Laras siapa? Gak kenal." Jawabnya.

Kok ga kenal Laras sih? Aneh. Yang ada disana sih hanya Semesta dan Laras. Tidak mungkin dia mengawasi Semesta kan? Ah semoga saja bukan. Kalau iya berarti dia menyukai sesama jenis dong!

"Kok?"

"Kok kenapa?"

"Kamu ngapain disini?" Tanyaku.

"Kamu sendiri disini sedang apa, Athaya?"

Dia mengenalku?

"Kok kamu bisa kenal aku?"

Dia tertawa lagi. Aku disini merasa kesal dan tidak bisa menampik bahwa senyumanya itu sangat manis dan terlihat gentle disaat bersamaan.

Aduh mikirin apa sih kamu Athaya.

"Nanya terus. Bawel." ucapnya.

"Serius ya, by the way."

"Kan tadi udah bilang, aku sedang mengawasi orang."

"Siapa yang kamu awasi?"

"Memangnya kenapa?"

"Kok jadi bertanya kembali, bukannya dijawab."

"Untuk apa kamu bertanya?"

"Hanya ingin tau."

"Oh."

Aku kembali memperhatikan Semesta. Tapi orang ini tetap seperti tadi. Tidak bergerak kemana pun.

"Aduh, hampir lupa. Kamu tadi sedang mengawasi siapa?" tanyaku kembali.

Penasaran. Tapi kalau didiamkan, maka aku juga tidak akan tahu.

"Yakin mau tau?" godanya.

"Astaga. Kamu tuh tinggal jawab apa susahnya."

"Tidak bertanya siapa aku?" tawarnya.

Oh iya, aku gak kenal siapa orang ini.

"Kamu siapa? Dan lagi merhatiin siapa disini?" tanyaku.

Dia tersenyum sangat manis sekaligus tampan disaat bersamaan. Lalu mengulurkan tangannya, "Kenalin Samudra, dan aku disini lagi ngawasin perempuan yang lagi asik merhatiin orang pacaran, namanya Athaya."

Aku terkejut.

"Ngapain ngawasin aku?"

"Karena aku suka sama kamu."

END

Athaya's Poetrys ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang