Alternative Universe : Botol Hitam

19 1 0
                                    

"Ini, botolmu kemarin tertinggal." Aku menyerahkan botol milik Samudra yang tertinggal di tempat duduk depan ruang kepala sekolah kemarin.

Tangannya ia angkat untuk mengambil botol minum miliknya. "Terima kasih." ucapnya.

Aku tersenyum, "Lain kali jangan sampai ceroboh." lalu meninggalkan Samudra yang masih berdiri didepan kelasnya. Ia menatapku yang mulai berjalan menjauhi kelasnya. Rasanya senang, entahlah yang pasti komunikasi singkat yang aku barusan lalukan tadi menimbulkan rasa berdebar yang sangat cepat.

Flashback.

"Kamu belum pulang, Ay?" tanya Mira temanku yang kebetulan berpapasan. Hari sudah sore, wajar saja dia bertanya seperti itu padaku.

"Belum, Bu Tina nyuruh aku buat bantuin rekap nilai murid, lumayan lah buat nambahin nilai sebagai imbalan, hehe. Kamu sendiri kenapa belum pulang Mir?"

Aku sebenarnya tau alasan dia belum pulang. Hanya saja, mumpung kami berjalan dikoridor sekolah sekalian juga aku mengajak basa basi dengannya.

Biasanya Mira pulang lebih awal, tapi semenjak dia pacaran sama Erlangga sahabat Samudra, dia menjadi lebih sering disekolah menunggu Erlangga.

"Nunggu Erlang, nah itu Erlang!" Seru Mira, dia berjalan lebih cepat meninggalkanku menuju pacarnya.

Erlangga tersenyum melihat Mira, tanggannya mengusap kepala Mira dengan pelan. Aku cukup sirik juga, menjadi korban satu satunya yang menyaksikan sepasang kekasih yang sedang lovey dovey.

Setelah Erlangga menatap Mira, tatapannya beralih padaku yang sedang berjalan. "Eh, ternyata ada orang disini." Gurau Erlangga. Cukup tau saja pasti orang yang dia maksud itu aku. Sudah tak terhitung berapa kali aku selalu berdebat dengannya. Ya, kami memang cukup dekat.

"Botol minum Samudra tertinggal. Kamu tolong bawain ya, Ay." pinta Erlangga.

"Loh, kan kamu teman sebangkunya. Gimana sih? Masa aku yang harus kasih botol sama dia?" Protesku.

"Gak apa apa, sekalian juga nanti kamu bisa ngobrol dengan Samudra 'kan? Lagipula nanti Mama bertanya 'ini botol siapa?' lalu botol ini diambil dan aku lupa bagaimana?" Lebay. Tapi itu memang Erlangga.

"Ya sudah, mana?" tanyaku.

"Di kursi depan ruang kepala sekolah, ambil saja sendiri. Sekalian pulang'kan?" Mira mencubit lengan Erlangga, "Dia mau bantu Bu Tina, main nyuruh aja!"

"Aduh Mir, sakit tau!"

"Udah, kalian kalau mau berantem jangan depan aku, hargai yang belum punya pasangan ini dong!" Aku meninggalkan mereka yang masih tertawa karena gerutuanku tadi.

Setelah berada didepan ruang kepala sekolah, aku menemukan botol minum berwarna hitam. Pasti milik Samudra.

Aku sejenak tersenyum lalu meraih botol itu dan memasukkannya pada ransel milikku. Hanya karena botol saja bisa parah seperti ini, sungguh lebay.

END

Athaya's Poetrys ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang