Aku membuka mataku perlahan. Rasanya seluruh tubuhku susah digerakkan. Kepalaku terasa berputar dan pandanganku kabur.
Aku mengerjap-erjapkan kedua mataku sampai akhirnya aku bisa melihat sebuah lampu remang-remang diatas-ku.
Oh, aku berada di sebuah ruangan. Tapi ini dimana?
Aku mencoba mengumpulkan kesadaranku beberapa saat lalu bangkit dari posisi tidur. Ternyata aku berada disebuah kamar. Dindingnya berwarna putih dan di dalam kamar ini hanya ada satu buah tempat tidur dan lemari. Oh ya, di bagian kanan pintu lemarinya mencakup sebuah cermin seukuran lemari tersebut.
Aku mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya.
Oh ya, bus study tour yang kunaiki jatuh ke jurang. Segalanya berguling-guling dan tiba-tiba semuanya gelap. Ya, aku mengingatnya.
"Luda? Lo udah bangun?" pintu kamar tiba-tiba terbuka dan suara Hyunbin langsung terdengar.
Ya ampun benarkah itu Hyunbin?
Ia langsung berlari ke arahku dan memelukku erat-erat. Aku benar-benar akan melakukan hal yang sama tadi tapi aku keduluan olehnya.
Aku benar-benar senang ia ada bersamaku. Rasanya aku ingin menangis.
"Lo ga papa kan? Ada yang sakit?" Hyunbin melepaskan pelukannya dan memegang kedua pundakku. Baru kusadari kalau ada perban di kepalanya. Ternyata ia terluka.
"Gue gapapa. Lo gapapa?" tanyaku khawatir. Ia tergelak.
"Gapapa kok." Ujarnya dengan nada menenangkan.
"Kita dimana?" tanyaku pada Hyunbin.
Ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah dan jujur saja hal itu membuat jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya.
Hyunbin lalu mendekatkan wajahnya ke arahku, membuatku langsung melotot saking kagetnya atas pergerakannya barusan.
"Mungkin kedengerannya gak masuk akal. Tapi apapun yang terjadi disini, lo harus percaya sama gue ya." Bisik Hyunbin. Suaranya amat sangat pelan tapi aku bisa mendengarnya.
"Hah?"
"Janji?" tanyanya meminta kepastian.
Aku menganggukkan kepalaku.
Ia lalu menjauhkan wajahnya dariku,
"Oh iya. Bentar," Ujar Hyunbin padaku. Ia lalu melepaskan pegangannya dari pundakku dan berjalan ke arah pintu.
"Dia sadar." Ucapnya pada –aku baru menyadari kalau ada orang– seseorang yang ternyata menunggu diluar.
Setelah melaporkan keadaanku, tiba-tiba sesosok lelaki tinggi berjalan masuk ke dalam kamar ini.
Tubuhku langsung kaku. Kalau mataku bukan buatan Tuhan, mungkin kedua benda bulat ini sudah keluar dari tempatnya.
Jaehyun?
"Jaehyun?" ucapku tak percaya.
Jaehyun tersenyum ke arahku dan berjalan mendekatiku. Setelah jarak kami sudah benar-benar dekat, ia langsung memelukku.
Tubuhnya begitu dingin. Sangat sangat dingin.
Apa artinya aku dan Hyunbin sudah mati?
"Akhirnya gue bisa meluk lo lagi." Ujar Jaehyun pelan. Aku terdiam sebentar, lidahku kelu, aku tidak bisa mengatakan apapun. Aku hanya membalas pelukannya dan menenggelamkan kepalaku dalam-dalam di dadanya.
"Tapi lo bener-bener bego. Kenapa lo bisa sampe disini sih?" tanya Jaehyun tiba-tiba. Suaranya bergetar.
"Hah? Maksud lo?" aku buru-buru melepaskan pelukanku darinya. Bisa kulihat jelas matanya memerah. Oh ia menahan tangis berarti.
"Lee Luda, lo ga bingung kenapa lo bisa ketemu gue?" tanya Jaehyun sambil mengusap matanya.
Aku menganggukkan kepalaku.
"Karena sekarang lo ada di dunia yang sama kaya gue."
***
jeng jeng jeng
hahaha maaf ya kalo pendek
jangan lupa
vote and comment huhu
by the way ada yang udah nonton burn the stage nya bangtan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Alive ft. jjh & khb ✔️
Fanfiction"Trust no one. Especially when i'm gone." copyright ©2018 by lilthumbel cover by : erranteile [May, 1st 2018 - July, 27th 2018]