┇하나

6K 698 8
                                    

"Ah yang benar saja", Seulgi menutup pintu kulkas dengan kasar, "Baru saja aku menabung untuk kuliahku, sekarang harus membeli kebutuhan hidup?"

Seulgi mengeluarkan handphonenya dengan kesal. Jempolnya nyaris, menekan logo telfon di layar handphone. Seulgi mendesah kesal lalu membuang mukanya dari layar handphone.

"Ini tidak akan menyelesaikan masalah"

Seulgi melihat ruang tamunya berantakan. Benar, semalam dia berpesta bersama teman-temannya. Bukan ide Seulgi sih, tapi tetap sama teman-temannya mengambil semua isi kulkas Seulgi yang harusnya ia habiskan untuk sebulan penuh.

"Aku menyesal menyuruh mereka pesta di apartemenku, aish!"

Seulgi mengambil jaket dan dompetnya. Seulgi mengeluarkan beberapa lembar uang lalu menaruhnya dalam laci meja komputer. Dia tidak mau mengeluarkan uang banyak, karena tahun ini dia harus mengumpulkan banyak uang agar bisa masuk ke Universitas yang Seulgi inginkan.

Masih dengan mood yang kesal, Seulgi keluar dari apartemen dan pergi ke minimarket untuk membeli bahan-bahan makanan. Pagi ini, walaupun sudah jam 8 pagi, ini terlalu pagi untuk merasakan mood yang kacau.

;;;

Seulgi menghindar rak yang penuh dengan daging. Kali ini dia tidak mau makan daging. Daging lumayan mahal dan Seulgi tidak mau menghabiskan uangnya untuk makanan yang mahal. Lebih baik Seulgi membeli sayuran dan beberapa ramyun, seperti biasa paket makanan anak kosan.

Sayuran, telur, ramyun, dan bumbu-bumbu masakan yang lainnya. Setelah semuanya hampir selesai, Seulgi mengambil beberapa kotak jus dan minuman kopi. Tepat disampingnya, ada yeoja yang membuka pintu lemari berisi minuman kaleng juga. Seulgi tidak sempat untuk melirik yeoja itu karena sibuk memilih rasa pada minumannya.

Tapi, yeoja disampingnya ini mengambil tiga botol soju dan dua kaleng bir. Seulgi akhirnya melirik karena itu menarik perhatiannya. Soro mata Seulgi benar-benar terkejut sekaligus heran, melihat yeoja muda membeli soju dan bir di pagi hari begini? Apa tidak kepagian untuk mabuk-mabukan?

Yeoja itu menutup pintu lemari dengan pelan. Ekspresi wajahnya juga terlihat sendu dan gelisah. Seulgi pikir dia adalah yeoja yang punya masalah tentang hutang atau keluarga atau baru saja putus dari pacar. Tapi, heol. Kenapa dia mau mabuk-mabuk di pagi hari? Dimana-mana orang mabuk-mabuk malam sampai tengah malam, pulang ke rumah sudah benar-benar tidak berdaya.

Seulgi menaruh semua kotak jus dan minuman kopinya tanpa mempedulikan rasa apa yang dia akan beli. Seulgi berlari kecil ke arah kasir. Yeoja itu masih ada dan dia akan membayar minuman yang akan dia beli. Seulgi tidak melihat tatapan curiga dari penjaga kasir. Setelah itu, yeoja itu berterima kasih dan keluar dari minimarket dengan soju dan bir di kantung plastik.

"Banyak, ya? Untuk bulanan?", tanya yang menjaga kasir

"Begitulah", lirih Seulgi, "Tapi, apa kamu tidak curiga pada yeoja yang tadi bayar?"

"Yeoja dengan soju dan bir? Memang apa salahnya?"

"Apa tidak aneh kalau dia mau mabuk-mabukan di pagi hari begini?"

"Ini pagi ya? Kalau begitu shift-ku berakhir dong..."

"Aish, ada apa dengan orang-orang ini.. membuatku gila"

Seulgi melirik keluar dan yeoja itu masih di depan minimarket. Kepalanya kadang menengok ke kanan lalu ke kiri dan terus seperti itu. Seulgi memohon kepada penjaga kasir untuk men-scan makanannya lebih cepat.

Mendengar permintaan aneh dari pelanggan terakhirnya, penjaga kasir dengan senang hati melakukan itu untuk Seulgi. Setelah Seulgi membayar belanjannya, dia melesat keluar toko tapi dia kehilangan yeoja tadi.

"Ah, kemana dia?", Seulgi menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari dimana sosok yeoja yang tadi membeli soju dan bir, "Aish, kemana dia?"

Seulgi ingin mencarinya. Tapi, semua orang tahu kalau Korea ini luas. Yeoja itu bisa saja sudah pergi naik bis dan pergi ke ujung pulau Korea. Seulgi menghela napas, mengeluarkan handphonenya dan menelepon temannya yang tadi berpesta di apartemennya.

"Yah! Kamu pikir apartemenku itu gratis?!"

"Aish, Seul... kamu pasti mengertilah apa maksudnya dari pesta kan?"

"Harusnya kalau mau makanan seperti di kulkasku, setidaknya kita patungan untuk membelinya! Bukan mengambil tanpa izin!"

"Ah, arraso, arraso! Pagi-pagi sudah ngomel!"

"Pagi-pagi sudah ngomel?! Karena lu lu semua gue pagi-pagi harus ke minimarket beli buat bulanan tahu gak?!"

"Ish, galak amat sih? Yauda, lain kali kami traktir kamu buat pesta selanjutnya"

Seulgi menghela napasnya, "Setidaknya kalian semua belajar sesuatu, kan?"

"Ne~"

"Dan Jisoo-ah, tidur sana! Kamu masih lemas karena pesta kan?"

"Itu tahu. Kalau begitu.. dah~"

"Woi! Gue belum sele—Woi? Jisoo-ah? Kurang ngajar lu! Jisoo—"

Karena emosi dalam telpon. Seperti itulah cara Seulgi tidak sengaja menabrak seseorang. Plastik yang dia bawa dan yang Seulgi bawa juga tidak sengaja jatuh dan beberapa barang ikut jatuh berantakan. Orang yang Seulgi tabrak jatuh seketika, Seulgi menjauhkan handphonenya dan terkejut.

"Omo.. um, jeoseongham—", Seulgi tidak melanjutkan kalimatnya, "Kamu kan.. yeoja tadi?", lirihnya.

"Aduh..", ringis yeoja itu

Seulgi melihat belanjaan yeoja itu—soju dan bir—dan beberapa belanjaannya jatuh di trotoar. Seulgi langsung membereskan semuanya karena merasa bersalah. Setelah itu, dia memberikan plastik belanjaannya pada yeoja tadi sekaligus membantu yeoja itu berdiri.

"Jeoseonghamnida.. aku harusnya tidak menelepon sambil berjalan.."

"Ini bukan salahmu", nada suaranya benar-benar lembut tapi lemas.

"Kamu.. tidak apa-apa?"

"Aku... tidak apa-apa", yeoja itu mengambil plastik belanjannya, "Kamsahamnida. Kalau begitu, aku pergi dulu"

Yeoja itu langsung pergi. Seulgi tersenyum penuh kebahagiaan. Lalu menatap isi plastik belanjaannya. Dimana terdapat tiga botol soju dan dua kaleng bir. Senyum Seulgi makin lebar. Dia berbalik dan melanjutkan perjalanannya ke apartemennya.

"Semoga kamu suka kotak jus yang aku berikan, orang asing", kata Seulgi.

She Saved Me ─ Seulrene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang