Pertemuan

28 3 0
                                    

JAM PASIR

Jendela yang terbuka kini telah ditutup, angin berhenti berhembus. Keheningan mendadak tercipta, dan aku melabuhkan pandanganku padamu. Siapa dirimu sebenarnya? Mengapa dirimu begitu tenang? Dari sekian banyak partikel yang dibawa angin, mengapa hanya ada bunga ini yang lantas mendarat di rambut indahmu? Sang putri kau begitu tenang, aku bahkan tak dapat mendengar deru napas mu. Melihat mu seperti ini, aku merasa waktu berjalan sangat amat lambat. Aku seakan dapat menghitung jumlah helai bulu matamu, begitu indah waktu tercipta.  Segala kemungkinan itu mendadak hadir dan mulai menghanyutkan ku.

-Yang mengagumi mu hari itu-

 ***

Perempuan itu bersandar di kursi lipat hitam tepat di depan sebuah meja kerja, ia mencoba mengatur napasnya. Sesekali dia melihat-lihat dekorasi ruangan yang nampak seperti kantor pada umumnya. Ia hanya menunggu sambil terus mendengar suara "klik" pada mouse komputer, ia menunggu dengan harap-harap cemas. Kakinya sampai gemetar dan pikirannya kemana-mana, ia tak ingin mendengar seruan seseorang di rumahnya ketika pulang nanti.

"Ammm...bagaimana bu?" Tanya Maylin memecah keheningan.

"Sebentar..." Ucap seorang ibu paruh baya dari balik mejanya "Oh, yaa. Ada kekeliruan, dari catatan saya nilai kamu A, tandanya kamu masih bisa ambil mata kuliah saya. Biar nanti saya bilang kebagian admin untuk masalah nilai mu"

Akhirnya jawaban yang ingin ia dengar keluar juga dari dosen mata kuliah penyutradaraan TV itu, Maylin menghembuskan napasnya perlahan "Alhamdulillah kalau begitu bu, jadi saya bisa ikut kelas ibu yang hari apa yaa?"

"Hari ini bisa, ini jam berapa yaa?" Tanya dosen berjilbab motif bunga krisan itu.

"Jam 9.50 bu"

"Oh, kalau begitu sekarang. Saya ada kelas jam 10 di gedung B ruangan 105. Sekalian saya minta tolong bawakan beberapa skripsi ini untuk bahan mengajar saya nanti."

Maylin sebenarnya sedikit terkejut, dirinya tidak siap kuliah. Lagi pula ini hari sabtu, dan dirinya belum izin jika hari ini ada jadwal kuliah. Tapi apa daya, ibunya akan lebih curiga jika semester ini Maylin hanya mengambil 20 SKS padahal dia bisa mengambil SKS lebih. Toh, kegelisahan dirinya akan nilai C di mata kuliah penyutradaraan Radio di semester lalu telah usai. Hanya kesalahan dalam input data rupanya, ia bisa bernapas lega meski kini dirinya kuliah sampai hari sabtu.

"Baik bu, amm yang ini saja kan bu?" Maylin menunjuk 1 buah skripsi di dekat monitor komputer.

"Oh yaa, yang ini dan yang diatas lemari situ" Dosen yang kini menjadi kesayangan Maylin itu menunjuk tumpukan skripsi diatas filling kabinet yang tebalnya hampir seukuran kamus Bahasa Inggris 2 milyar kata. Maylin sampai melongo melihatnya, "tentu tidak semua, tolong bawakan yang ini dan yang disana 2 buah saja." Ucap dosen itu, sambil beranjak dari kursinya.

"Baik bu" Jawab Maylin, ia pun segera mengambil 3 buah skripsi tebal itu lantas mengikuti perginya dosen itu.

Pukul 10.00 yang cukup terik, meski matahari belum berada tepat di atas kepala tapi panasnya sudah membuat Maylin berkeringat. Apalagi jarak antara ruang dosen ke gedung B lumayan jauh dan ia harus berjalan kearah matahari, yang sinarnya menyilaukan matanya.

Akhirnya Maylin tiba di kelas, dimana mahasiswa sudah berkumpul di ruangan 105. Maylin tidak heran lagi jika sudah banyak mahasiswa yang berada di kelas. Beberapa dosen di kampusnya memang sangat menuntut mahasiswanya untuk on-time apalagi dirinya kuliah di jurusan Broadcasting yang menuntut kedisiplinan waktu. Tak masalah bagi Maylin, karena di keluarganya ia sudah terbiasa diajarkan untuk menghargai waktu.

KemungkinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang