MAYLIN

23 3 0
                                    

Holaaa, akhirnya aku nerbitin lagi ni part kelanjutan dari part Pertemuan. Yaa, namanya masih awal-awal jadi masih membahas tentang pengenalan tokoh yaaa. Tapi udah ada kan sedikit gambaran konfliknya? Di part ini, kalian akan tahu kalau sebenarnya Maylin itu bagaimana. Oiya di novel ku yang ini sedikit berbeda, gaya penyampaian ceritanya juga berbeda dari cerita sebelumnya. Semoga kalian suka, yaaaa. Jangan cuma scroll-scroll yaaa sempetin klik tombol bintang dong buat kelanjutan cerita Maylin dan Dion nih.

***

*beberapa bulan kemudian*

Maylin telah siap dengan pakaian formalnya, setelan mini dress brokat berwarna putih menghias tubuh mungilnya. Rambut hitamnya ia ikat kebelakang dan menyisakan poninya yang sudah panjang. Ia meletakkan brush make up di atas meja rias usai berdandan, lantas ia melamun. Ia tarik napas dan mencoba tenang, Maylin baru saja mendapat kabar tidak enak mengenai kehidupannya di masa depan. Obrolan yang lagi-lagi ditekankan oleh ibunda Maylin, selama ini Maylin selalu menghindari pembahasan masalah orang itu, dan kini ia akan bertemu dengan orang itu.

"Permisi non, Tuan Hangga sudah menunggu dari tadi." Ucap Bi Sainah, di depan pintu kamar yang terbuka

"Tidak apa bi, aku tau seorang Sabila Maylin pasti selalu menyiapkan penampilan terbaiknya di depan semua orang" Tanpa di undang, pria yang baru disebutkan itu masuk ke dalam kamar Maylin.

"Baiklah tuan, saya permisi"

Hangga melangkah kan kakinya ke dalam kamar Maylin namun dengan sigap Maylin bangkit dari meja rias dan mengambil tas hitamnya di atas kasur.

"Ayo, mas kita pergi sekarang" Ucap Maylin menunduk, ia berusaha tidak ingin menatap mata pria yang kini berada di hadapannya.

"Tunggu dulu dong" Hangga meraih tangan Maylin dan mengecupnya lembut. "Kamu memangnya tidak rindu? Aku seneng ketika bunda kamu mengizinkan aku untuk bersama kamu lebih sering sekarang. Apalagi ke acara pernikahan seperti ini" Hangga merangkul Maylin dan mereka sama-sama menghadap cermin sekarang, "Lihat, bukankah kita serasi?"

Maylin hanya tersenyum dan diam-diam mencoba menenangkan dirinya. Sebetulnya Maylin merasa geli ketika tubuhnya disentuh oleh Hangga, namun ia tak bisa menolak. Terlebih bundanya yang meminta Maylin untuk bersama Hangga.

"Iya ya mas" Ucap Maylin dengan nada bergetar. Mereka pun berlalu.

Sepanjang jalan Maylin berusaha tidak berinteraksi dengan Hangga, dia mengandalkan lagu-lagu yang diputar di radio agar dia bisa bernyanyi sehingga tidak terkesan jika dia cuek. Sudah 4 lagu Maylin nyanyikan, Hangga sesekali bertanya basa-basi namun Maylin hanya menjawabnya dengan 'iya' atau 'tidak' bahkan hanya lewat anggukan kepala. Sudah lama Maylin terbebas tidak bertemu dengan Hangga, tapi kini istirahatnya kembali terusik dan harus menjalankan perannya sebagai kekasih Hangga. Kekasih yang sebenarnya jauh dari lubuk Maylin dia tidak menganggapnya.

Perjodohan yang mulanya ia kira main-main kini nampaknya semakin serius, keluarga Maylin berasal dari keluarga terpandang dan bundanya kini semakin mengikuti zaman, menjadi sosialita yang gemar bolak-balik ke luar negeri. Sementara ayahnya membanting tulang, dan menjaga nama baik keluarga sebagai Constrution Manager.

Hangga sendiri sebenarnya 2 tahun lebih tua dari Maylin, itulah mengapa Maylin memanggilanya dengan kata 'mas'. Karena berbeda 2 tahun sudah pasti Hangga memiliki pekerjaan tetap. Hangga sudah terbilang mapan dengan gaji pokok yang tak kalah tinggi dengan gaji ayahnya, dan sudah siap jika harus menikah dengan Maylin detik ini juga. Karena mau menunggu apalagi? Secara materi sudah mencukupi, restu keluarga sudah dikantongi, mencintai Maylin sudah sepenuh hati, hanya tinggal menunggu kesiapan Maylin yang sampai saat ini belum pasti. Bahkan kedua belah pihak sering memperbincangan usulan menikah Maylin dan Hangga agar dipercepat.

KemungkinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang