Limabelas. Potongan masa lalu (1)

2.7K 110 4
                                    

Warning! Sorry for typo(s)
Nggak suka? Senyumin aja :)

Ps. Lagunya nggak diputar juga nggak papa, cuma lagi suka aja

Jam menunjukkan pukul 23:45 saat pemuda itu terbangun. Ia mendapati dirinya berada di ruang tengah. Berarti ia sudah ketiduran dari 2 jam yang lalu.

Ia pun mengecek ke kamar sang adik dan mendapatinya tertidur dengan pulas. Ia pun lanjut memeriksa kamar kedua orang tuanya dan mendapati sang ibu yang tertidur sendirian.

Itu berarti objek yang sedari tadi ditunggunya belum pulang. Sebagai anak sulung yang sudah beranjak dewasa, ia tau ada yang salah.

Ia pun beranjak turun ke lantai bawah. Terdengar suara mobil ayahnya.

Akhirnya, pikirnya.

Sang anak pun membukakan pintu dan menyalami sang ayah.

"Belum tidur kak?"

Pemuda itu hanya menggeleng sembari tersenyum tipis "Nungguin papa"

Sang ayah hanya tersenyum dan mengusak rambut anaknya pelan. Kehangatan menjalar begitu saja di hati sang anak.

Namun, netra pemuda itu menangkap suatu yang aneh berada di baju sang ayah.

"Lipstick?"

Sang ayah menegang, ia tidak tau harus menangkal dengan cara apa.

"O-ohh kenapa kak? Eh iya kok ada ya?"

Sang anak tidak bodoh, dia tau ada yang disembunyikan. Apalagi akhir-akhir ini gelagat kedua orang tuanya agak aneh.

"Hmm mungkin lipstik mama, pa"

Sang ayah hanya bisa mengangguk dan berlalu dari hadapan sang anak. Sang anak sendiri hanya bisa menatap nanar punggung ayahnya.

Ia lebih memilih memasuki kamarnya. Apa yang sebenarnya terjadi?

---

Siang itu, kedua kakak beradik itu sedang berada di taman kota. Mereka di sini, karena sang adik yang meminta pergi memakan es krim di taman.

Sebagai kakak, ia hanya bisa mengiyakan. Lagipula, hari ini free timenya.

Mereka memakan es krim sembari tertawa karena guyonan sang kakak. Mereka terlihat sangat senang, walaupun hanya berkeliling taman.

Namun, tawa sang adik terhenti dan membuat kakaknya heran. Ia melihat ke arah pandang sang adik dan mendapati pemandangan yang menyakiti hatinya.

"I-itu... papa?"

Pemuda itu hanya bisa terdiam tanpa berniat menjawab pertanyaan adiknya. Rahangnya mengeras, ia sedang menahan amarahnya.

Tanpa sadar, ia menguatkan genggaman tangannya pada sang adik dan menyebabkan adiknya berteriak kesakitan.

"Akhh.. sakit kak! Akhh lepas!"

Pemuda itu tersentak kaget dan secara spontan melepaskan tautan tangan mereka. Ia memutar tubuhnya menghadap sang adik yang sedang menangis.

"Maafin kakak ya, kakak nggak sengaja"

Sang adik hanya bisa diam dan tidak membalas perkataan kakaknya. Pemuda itu menghembuskan napas lelahnya, dan mengalihkan atensinya pada objek tadi.

Ia tidak mendapati apapun pada titik yang sedari tadi diperhatikannya. Apa tadi hanya salah lihat? Bahkan adiknya melihat itu.

Pemuda itu tidak ambil pusing dengan hal itu dan memilih untuk membawa adiknya pulang. Jangan lupakan, dia harus berupaya untuk mendapat maaf dari adiknya.

[FINISHED]Kapten Basket vs Vlogger CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang