Panas terik seakan tidak dihiraukan olehnya, bola terus dipantul-pantulkan ke lantai mendekati dan memasukkannya ke dalam ring lawan.
Senyuman kemenangan terpancar dari wajahnya di sambut tiupan panjang peluit tanpa berakhirnya permainan.
Aku yang menatapnya dari jendela kelas hanya bisa menahan kekesalanku kepada setiap orang yg tidak sengaja menutupi bayangan cowok itu.
Ya! Dia masih cowok yang sama, yang baru saja menolakku tiga hari yang lalu.
Keputusanku untuk melupakannya sudah bulat namun hasilnya masih belum tampak sampai sekarang. Aku masih saja memuja senyum dan segala yang ada padanya tanpa beban.
Sekali lagi aku melihat ke arahnya dan mata kami bertemu. Aku sangat-sangat takut akan didatangi dan dimarahi seperti beberapa hari yang lalu. Namun, sebelum sempat menunduk takut.DIA TERSENYUM PADAKU!! Ini pertama kalinya ia tersenyum padaku. Kulihat di sekitarku tidak ada seorang pun. Walau itu hanya sekilas namun aku yakin itu untukku.
"Ya' ampun Ega. Dia paling senyum karna menang bukan buat lo. Please deh, move on. Cari yang lain. Atau perlu gue cariin? Dia tega bilang lo jelek di hadapan banyak orang. Ga mungkin dia suka sama lo." Jelas Kyla yang sedang menghabiskan bekal yang dibawanya.
Aku terdiam. Ku pandangi lapangan basket tadi yang kini telah kosong. Aku mendesah pelan.
"Gue jelek banget ya, Kyla?" Tanyaku.
"Apaan sih lo, Ga! Perkataan Bass gak usah lo pikirin. Lo uda cukup cantik ko. Santai aja!" Jelas Kyla.
"Ia. Lo enak uda cantik, populer, disegani teman-teman. Lah gue, kalo gak ada elo gue mah ga bakalan ada yang ingat gue sampai kita tamat." Kataku merengek tidak senang dengan kenyataan yang ada.
Aku juga berpikir, dulu waktu TK aku lumayan cantik dan imut. Dan sekarang, bukan berarti aku sangat buruk rupa sih sekarang. Hanya saja, dibandingkan teman-teman seumurku yang sudah pandai make up dan fashion, Aku sama sekali tidak mengerti tentang hal itu.
Sebenarnya itu adalah alasanku untuk menutupi kelemahanku. Kyla tidak seperti yang lain yang selalu mengandalkan make up, seharusnya kami sama. Tetapi, darah Australia dari ayahnya membuatnya menjadi menarik tanpa make up.
"Kalo lo mikirnya gitu, Ga! Kenapa lo ga coba make up." Kata Kyla santai.
"Ga bisa. Gue malu sama bunda."
"Ngapain malu, bunda lo kan emang cantik. Tiap cewek itu......" jelas Kyla panjang lebar sepanjang les kosong berakhir.***
Aku berjalan menuju teras rumah sambil membawa teh hangat bersama brownies buatan bunda.
Bunda tampak terburu-buru setelah selesai menerima telpon tadi siang saat membuat brownies yang ku ceritakan barusan.
"Sayang... mama mau jemput klien mama dulu ya! Ntar, kalo mama lama kamu kunci semua pintu dan jendela rapat-rapat. Jangan sampai keteledoran. Bunda berangkat dulu." Kata bunda sambil mencium keningku.
Melihat bunda yang pergi, aku mengunci pagar dan kembali masuk ke dalam rumah. Menghidupkan tv dan menyeruput teh milikku dengan nikmat.
Ketika di luar mulai hujan aku mengambil selimut dari kamar dan bermalas-malasan di sofa.
Kunaikkan suara tv hingga memenuhi ruang tempatku berada dan aku mulai tertidur. Di sela tidur nyenyakku aku sempat mendengar suara yang memanggilku.
"Krriingg!" Suara handphoneku berbunyi membangunkanku dari tidur. Sebuah pesan dari bunda.
Ega... bunda masih ada kerjaan di kantor sama mama Diny. Kamu jangan lupa buatin makan malam buat dia yah...
Aku tidak mengerti apa yang di maksud sama bunda. Masih dengan tv yang menyala aku berjalan menuju dapur dan memperlototi semua isi kulkas.
Di cuaca yang sangat dingin seperti ini aku butuh sesuatu yang hangat. Kunyalakan kompor dan kemudian merebus mie instant untuk mengisi perutku.
"Egggaaa..." sebuah suara yang terdengar sangat memelas tapi masih samar-samar.
Aku berjalan mencari arah sumber suara itu. Ku lihat lewat jendela depan. Seorang gadis seumuranku atau lebih dewasa dariku, sangat cantik sedang meringis kedinginan di bangku kursi teras.
Ia memakai kaos tipis dan hot pants yang sangat tidak cocok di cuaca seperti sekarang. Aku menatapnya aneh setelah selesai itu aku segera sadar dengan pesan yang dikatakan bunda dan membuka pintu.
"Do you want to kill me?!" Gumamnya dengan bibir gemetaran.
"Maaf aku gak dengar karna suara tv." Kataku sedari dia bangkit berdiri dan duduk di sofa berlindung di bawah selimut yang tadi ku biarkan.
Aku mengunci pintu dan menyalakan pemanas ruangan lalu kembali ke dapur menyelesaikan pekerjaanku yang tadi sudah tertinggal.
Aku tau aku akan di marahi bunda nanti. Menyalakan suara tv terlalu kencang dan membiarkan anak kliennya harus menunggu 2 jam di luar rumah dengan cuaca seperti ini!!***
Oke. Ini uda cerita yang kedua.
Author harap teman-teman suka dan ga bosan bacanya🤣.
Untuk jadwal up nya.... author milih hari minggu dan senin!!!
Jadi, jangan lupa buat selalu nunggu karya author dan author sangat mengharapkan vote dan komen teman-teman semua😃.
KAMU SEDANG MEMBACA
17😍
RomanceApa jadinya jika kamu harus ditolak mentah-mentah oleh orang yang kamu suka di depan banyak orang? Ya... itu cerita sebelum umurku 17 tahun dan semuanya pasti akan berubah.... Akankah orang yang ku suka juga berubah? Ini cerita pertama yang author...