1. Awal

15 0 0
                                    

Namira pov

Namaku Namira Aisyah, biasa dipanggil Mira. Kedua orangtuaku sangat menyayangi dengan sikap possesive mereka terutama ayahku. Aku tidak tahu mengapa ayahku selalu khawatir terhadapku tapi dibalik kekhawatirannya aku menyukainya seolah tidak perlu ada orang lain yang melekat dihatiku.
Aku mempunyai 1 Saudara perempuan kakakku, Fatimah Azzahra nama anak Nabi Muhammad SAW dan aku mempunyai 1 Saudara laki-laki Abangku, Gibran Malik. 
Dan, ini kisah hidupku dimulai...
.
.
.

"Ma, Mira berangkat sekolah dulu ya" kataku sambil mencium punggung tangan umma, nama panggilan yang aku sukai karena hampir rata-rata temanku memanggil ibunya dengan sebutan "Mama", "Bunda", atau "Ummi". Aku suka memanggil nama orang dengan sebutan berbeda untuk orang yang special dihidupku.

"Iya hati-hati ya", Umma langsung mencium keningku.

Kini aku duduk dikelas 6 SD disalah satu Sekolah Dasar Swasta terbaik dikota ini. Sebenarnya aku lebih suka masuk ke sekolah Madrasah agar aku mendapatkan ilmu agama dari kecil tapi orangtuaku lebih memilih sekolah swasta karena sekolah ini termasuk sekolah terbaik di kota ini.
Sampai disekolah, aku langsung duduk dibangku dengan teman sebangku, namanya " Arya Aditya"

"Lah tumben datang lama biasanya kamu duluan baru aku", kata Arya sambil duduk disebelahku

"Hehehe, iya", balasku sambil menatapnya.

Arya Aditya teman sebangku dari kelas 3 SD entah kenapa wali kelas kami selalu menunjuk kami untuk menjadi teman sebangku.
Waktu SD, aku hanya tau cinta tapi tidak tahu begitu tau apa makna cinta sebenarnya. Sejak kelas 6 SD aku memang menyukai Arya hanya sekedar kagum dengan banyak prestasi yang diperolehnya dalam bidang agama.

Setelah tamat pendidikan di Sekolah Dasar, orangtuaku menyuruh agar aku masuk di Madrasah Tsanawiyah Negri yang ada di kota ini. Sebenarnya aku ingin masuk kesekolah SMP yang ditempati rata-rata kawan sekelasku.

"Arya, kamu nanti lanjut dimana?", tanyaku kepadanya.

"Masuk mana ya aku juga bingung", jawabnya sambil memikirkan dimana iya lanjut dijenjang Sekolah Menengah Pertama

"Kok bingung sih, gak jelas", jawabku tidak senang karena dia tidak serius dengan pertanyaanku.

" Lihat aja nanti, emg kamu masuk dimana?", tanyanya kepadaku.

"Aku masuk disekolah Madrasah",jawabku sambil menawarkannya makanan ringan yang aku beli tadi dikantin.

"Yah, sepertinya kita gak jadi teman sebangku lagi deh", katanya dengan mengambil alih makananku.

"Sama aja napa,  yayayaa?", balasku karena aku mau satu sekolah lagi bersamanya.

"Lihat nanti deh", kata Arya yang langsung pergi meninggalkan aku karena ayahnya sudah menjemputnya.

Waktu berlalu begitu cepat, sekarang aku sudah masuk di salah satu sekolah Madrasah Tsanawiyah mengikuti perkataan orangtuaku dan aku hanya mengikutinya karena perkataan orangtua menurutku itu yang terbaik buatku.
Bagaimana dengan Arya? 
Dia sama sepertiku, kami kembali dipersatukan tetapi kami beda kelas. Sejak beda kelas kami hampir tidak pernah cakapan dan bahkan kami seperti orang yang tidak saling kenal.

Ting... Ting... Ting...

Bel istirahat berbunyi, aku langsung keluar ke kamar mandi bersama sahabatku, Hanum Pratiwi

"Itu Arya kan? Yang kamu pernah cerita? Itu temanmu kan?", tanya sahabatku ketika kami berpapasan dengan Arya

"Iya dia Arya teman aku waktu SD dulu", jawabku ketika aku melihat Arya yang tidak membalas senyumanku

"Sombong banget sih jadi orang balas senyumku aja gak mau". Batinku

"Kok dia seolah-olah tidak mengenalimu?", tanya Hanum kebingungan

"Aku gak tau apa salahku sama dia semenjak dia masuk sekolah ini seolah-olah dia tidak mengenaliku bahkan membalas senyumku aja tidak", jawabku karena aku memang bingung kenapa Arya bersikap begini terhadapku

Hanum pun tidak menanggapi lagi dan kami langsung menuju kamar mandi yang letaknya didepan Lab Bahasa.



Doa dalam Sujud TerakhirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang